Usung Sustainable Fashion di JMFW 2024

SUSTAINABLE FASHION: Konsep sustainable fashion disajikan tertuang dalam tema Saeba yang memiliki arti sebuah pesona.- FOTO IST. -

LIMBAH pakaian menjadi salah satu masalah lingkungan yang kini menjadi sorotan. Berdasarkan riset dan data lingkungan, terdapat 92 juta ton pakaian yang berakhir di tempat sampah.
Melihat hal tersebut, para desainer dunia tak henti-henti menyuarakan sustainable fashion untuk menekan angka limbah pakaian. Tak terkecuali yang dilakukan siswa-siswi NU Banat Kudus binaan Djarum Foundation dalam perhelatan Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) 2024. Lewat jenama Zelmira, para siswa-siswi tersebut berkomitmen mengusung konsep sustainable fashion dalam koleksi yang ditampilkan.
Konsep sustainable fashion disajikan tertuang dalam tema Saeba yang memiliki arti sebuah pesona. Pemilihan konsep sustainable fashion ini dilatarbelakangi oleh kegelisahan para siswa-siswi SMK NU Banat Kudus akan masalah sampah pakaian.
Terlihat pakaian batik yang sudah tidak terpakai ’’disulap’’ menjadi desain baru yang dipadukan dengan potongan kain sisa praktik di sekolah. Bahkan bahan yang digunakan berasal dari pakaian yang tidak lolos quality control dari koleksi Zelmira sebelumnya.
Para siswa-siswi yang terlibat, antara lain, Adelia Dwi Azkia Rahma, Faradina Shohibah, Tasya Raudatul Jannah, dan Mega Rahmawati. Keempatnya merupakan siswa visioner jurusan Tata Busana kelas 12 di SMK NU Banat Kudus yang berhasil mewujudkan koleksi sustainable fashion pertama dari Zelmira.
’’Koleksi kali ini sangat menantang untuk saya dan teman-teman karena kami harus bisa memadukan beberapa pakaian yang sudah tidak terpakai menjadi desain pakaian baru yang bisa diterima oleh konsumen sehingga kami juga harus bekerja keras mengasah ide kreatif kami,” tutur Mega Rahmawati.
Sementara diungkapkan Primadi H. Serad, direktur Program Bakti Pendidikan Djarum Foundation, keberhasilan siswa-siswi SMK NU Banat Kudus ini tidak lepas karena penerapan Kurikulum Merdeka yang mampu mendorong mereka memiliki hard skills dan soft skills.
’’Mereka telah menunjukkan kemampuan mampu bekerja dalam tenggat waktu yang ketat, menerjemahkan keinginan klien, berpikir kritis, dan berkreasi di luar kebiasaan sampai akhirnya mampu membuat koleksi berkonsep sustainable fashion ini,” kata Primadi.(jpc/ful)

Tag
Share