Minggu, 10 Nov 2024
Network
Beranda
Berita Utama
Ekonomi Bisnis
Lampung Raya
Politika
Olahraga
Metropolis
Lainnya
Advertorial
Edisi Khusus
Iklan Baris
Sosok
Bursa Kerja
Arsitektur
Wisata dan Kuliner
Otomotif
Teknologi
Lifestyle
Kesehatan
Hobi
Kriminal
Pendidikan
Edisi Ramadan
Network
Beranda
Lainnya
Detail Artikel
Losmen Eyang Putri
Reporter:
Rizky Panchanov
|
Editor:
Rizky Panchanov
|
Jumat , 17 May 2024 - 21:38
-ILUSTRASI FREEPIK-
losmen eyang putri karya : regista adzra siswi sma negeri 3 bandar lampung alunan musik tenggelam dalam sudut nostalgia, menghanyutkan setiap jiwa yang termangu di bawah langit jingga yang merona. sudah hampir dua belas bulan sejak kepergian eyang putri.musik jazzyang dahulu selalu eyang putri putarkan setiap petang, kini denyutnya kembali menyapa rerumputan. “ah, sudah lama sekali kesunyian menyelimuti losmen ini.” wanita paruh bayaitu mengarahkan jemarinya memeluk secangkir teh hangat. uapnya mengepul di udara, terbang bersama memori yang memanggil-manggilnya dari hari lalu. aku tahu betul itu adalah ibuhilda, kawan erat eyang putri. ibu hilda sering datang ke losmen ini. umurnya yang sudah di tepi telaga kehidupan itu terkadang membuatnya lupa bahwa eyang putri sudah berpulang. terkadang ia melamun lalu menangis dalam sepi, harus menerima kenyataan bahwa telah kehilangan sosok perempuan tua yang mengajaknya berteduh dibawah langit jingga merona. sama seperti ibu hilda, mungkin aku sedikit merindukan musik jazz ditemani oleh sepotong senja yang enggan mengucap selamat tinggal. aku merindukan kehadiran sosok perempuan tua yang tidak pernah ada habisnya untuk membicarakan musik-musik jazz, meski aku tahu sosok itu tidak akan pernahlagi membelai halus punggungku seperti kemarin kala itu. juwita asmara, itu nama kesayangan eyang putri. namaku. aku sosok gadis yang dahulu senyumnya kerap menyapa setiap raga yang terpandang di depan mata.aku sosok gadis yang selalu mengekor di balik punggung perempuan tua. akulah sosok gadis yang kini merana diterkam gundah gulana. kehilangan eyang putri bukanlah suatu hal yang mudah dilupakan dalam benakku. losmen yang kemarin hangatnya menyapa mentari pagi kini sunyi membisu. sudah berbulan-bulan losmen ini tidak terurus dengan baik.aku dan laskar adikku, yang dulu kerap mengurus losmen ini, kini mati angin.semenjak kepergian eyang putri, losmen ini perlahan-lahan sepi pengunjung. bermula darirerumputan liar yang tumbuh berserakan, sedikit demi sedikit cat di tembok-tembok mulai mengelupas, disusul atap-atap yang bocor di beberapa sisi membuat kami menerima ratingburuk. satu pekan yang lalu datang seorang pengunjungke losmen ini. “permisi, saya ingin memesan beberapa kamar di losmen ini.” ujar seorang lelaki tambun kepadaku. “iya silakan, bapak ingin memesan kamar untuk berapa orang?.” ujarku menyambutnya. “saya ingin melihat-lihat dulu boleh mbak?” ujarnya perlahan. “boleh pak. losmen ini ada 33 kamar. mari saya antar bapak untuk melihat-lihat losmen.” ujarku berusaha ramah. aku dan seorang lelaki tambun itu berjalan bersamaan di selasar untuk melihat-lihat losmen. aku tidak percaya diri, halaman dan selasar di kelilingi rerumputan liar. kuakui, aku dan laskar keteteran mengurus losmen ini. sangat jauh berbeda saat eyang putri masih bersama kami. eyang putri yang perfeksionistidak akan membiarkan rerumputan liar tumbuh di sekiar losmen ini. apalagi di sore hari anak-anak jalanan kesayangan eyang putri kerap datang untuk sekadar bersenda gurau sambi mencabuti rerumputan liar atau mendempul tembok yang usang. “maaf mbak, nanti saya akan menghubungi kontak losmen ini ya, jadi atau tidaknya saya memesan kamar.” ujar lelaki tambun itu mengagetkanku. entah sudah berapa orang pengunjung yang datang hanya untuk sekadar melihat-lihat losmen namun tetap saja lepas dari genggaman. selasarlosmen ini lengang, hanya terdengar suara angin yang memanggil-manggil malam dan suara derap langkahku yang melaju terlalu cepat. tak menghiraukan sosok lelaki yang derap langkahnya sama terburu-burunya denganku. “bibi ann sudah menunggumu di dapur belakang.” sosok lelaki itu menghentikan langkahnya tepat dihadapanku. laskar, adik semata wayangku yang kini nafasnya terengah-engah. aku menghela nafas kasar, “aku harus pergi ke pameran seni sekarang.” “apa kau lupa? hari ini hari ulang tahun losmen.bagaimanapun kita harus bersiapuntuk acara malam ini.” balas laskar sedikit ketus. aku tak menghiraukan perkataannya,melenyapkan diri dari hadapannya lalu berkata, “tidak akan ada yang datang juga, semuanya sudah berbeda.” memang benar bahwa semuanya sudah berbeda.aku mungkin menjelma menjadi gadis angkuh ketika tadi berbicara pada laskar. “inilah kenyataannya, tidak mungkin ada lagi yang datang ke losmen yang sudah tidak terurus ini.” gumamku dalam hati. “semuanya juga berubah gara-gara kau!”aku yang hendak meninggalkan laskar seketika tersentak, “gara-gara aku?” “kau lebih memilih meninggalkan losmen sepanjang waktu, menghabiskan waktu bersama teman-temanmu. kau benar-benar melepas tanggung jawabmu di losmen ini.” ujarnya. aku terdiam dibungkam kata-kata. laskar menghela nafas, “jika eyang masih hidup, aku yakin sekali losman ini menjadi persinggahan ternyaman.” ujarnya lagi. aku tak memedulikan perkataan laskar, meninggalkan dirinya yang masih berdiri di selasar losmen. aku tak mampu membalas perkataannya, yang ia ucapkan memang sepenuhnya benar. aku memang lebih sering menghabiskan waktuku bersama dengan teman-temanku, pulang terkadang larut sehingga aku selalu melupakan kewajibanku untuk mengurus losmen. kusadari aku terlalu tenggelam dalam gundah sehingga lupa naik ke daratan. ingatanku melayang tertiup hembusan angin yang menjanjikan hujan sore ini. membuka satu memori pada soremerah yang merekah di ujung langit.mengingatkanku pada suatu waktu, waktu dada ini masih terasa lapang. “eyang sudah berumur tujuh puluh tahun, seharusnya sudah menikmati masa tua. tidak perlu khawatir, aku, laskar, dan bibi ann yangakan mengurus tamu di losmen ini.” ucapku kala itu. eyang putri membalas dengan tatapan belas kasih, membelai punggungku yang dingin akibat ditujah cuaca. “aku tidak pernah keberatan sama sekali, lagipula mengobrol dengan tamu membuatku merasa lebih baik. ya, hitung-hitung menggusur rasa sepi.” ucapnya sembari menciduk kuah soto yang akan dihidangkan pada perayaan malam itu. “bagaimana mau merasa sepi, eyang saja selalu asyik mendongengi anak-anak jalanan itu.” ujarku. “losmen ini adalah tempat berbagi sukacita.” eyang putri menimpali dengan logat khasnya. kabut bahkan segan menyelimuti mentari yang merekah dalam senyumnya. selalu saja ada seribu satu cara untuk membuat diriku takjub pada sosok tua yang tangguh itu. jiwanya seluas samudera, membiarkan anak-anak jalanan duduk di halamanlosmen untuk sekadar memberi dongeng di sore hari, atau mengajak anak-anak jalanan mengikuti kelas lukis. tidak lupa eyang putri selalu mengajak serta ibu hilda, kawan eratyang pandai melukis. malam itulebih pekat dari malam-malam sebelumnya. hujan datang mengetuk jendela, meninggalkan bercak-bercak air di setiap sudutnya. tepat pada malam itu perayaan ulang tahun losmen. kami sudah mempersiapkan hidangan terbaik sambi menunggu tamu-tamu undangan yang sesaat lagi kuyakin akan datang. mereka sudah menunggu di muka pintu, jemarinya enggan mengetuk, kepalanya tertunduk. empat anak jalanan dengan tubuh kurus itu basah kuyup diterkam rintik hujan. ya, mereka memang tamu undangan pada malam itu. anak-anak jalanan yang kerap datang ke losmen setiap senja untuk mendengar dongeng yang diceritakan eyang putri. “selamat dat... oh, hei! kalian basah kuyup.” aku cukup panik melihat baju yang dikenakan empat anak itu telah basah diterkam rintik hujan. mereka salingbertatapan danbertukar senyum. salah seorang dari mereka menghampiriku sembari menyerahkan kantung plastik berwarna putih, “selamat ulang tahun, kak mara!.”ulang tahun losmen ini memang bertetapan dengan hari ulang tahunku, tetapi sama sekali tidakpernah kusangka mereka tahu hari kelahiranku. “bagaimana kalian tahu?.” senyumku merekah menerima kantung plastik putih itu. sudah pasti eyang putri yang mendongengi hari kelahiranku kepada anak-anak jalanan itu. eyang putri selalu berhasil membuat setiap orang takjub dengan seribu satucaranya memanusiakan manusia. ia lalu membawa anak-anak itu masuk dan memberikan kaos oblong,pakaian gantiuntuk anak-anak jalanan itu.tak berselang lama, tamu undangan eyang putri lainnya berdatangan. kang udin, pengambil sampah, kang budi, pengantar surat kabar, mbok ning, penjual kue tampah, dan beberapa tamuundangan lainnya yang tidak kukenal. tidak lebih dari sepuluh orang yang datang. malam itu sungguh bukan malam biasa. hujan yang berdenyut dari luar jendela hampir tak terdengar, tergantikan oleh suara gelak tawa yang menggelitik. kami benar-benar telah larut dalam kegembiraan di malam itu.di sela perbincangan eyang putri menatapku lamat-lamat, “kelak akan datang suatu masa, kau akan mengerti bahwa kebaikan yang kau taburdi masa kini akan menyelamatkan dirimu di masa yang akan datang.” seketika lamunanku buyar diguyur hujan yang merekah pada senja yang lebam.aku melangkahkan kaki menuju halte bus yang jaraknya tidak terlalu jauh dari losmen.tidak peduli seberapa banyak kakiku menapak dalam genangan air.aku duduk termangu di halte bus. sesekali menonton film bisu dari kaca jendela yang buram, menerka-nerka siapa pemeran di balik film bisu yang tak terlihat jelas di kedua bola mataku. lalu aku kembali termangu, kali ini menatap rintik-rintik hujan, berharap tetesannya dapat membunuh sunyi. pameran seni dekat stasiun kali ini menjadi tempat pelarianku. aku mulai mencari-cari dimana tempat yang dipilih teman-temanku untuk berteduh dari hujan yang mulai mereda ini. kurasa aku tak akan menemukan mereka di sepanjang jalanan ini, karena kusadari ponselku kini bergetar menampilkan notifikasi yang tak pernah kuharapkan.mereka tidak akan datang. seolah-olah membatalkan tinta perjanjian yang sudah kami tuang beberapa minggu yang lalu. langkahku terhenti di depan etalase toko dekat pameran seni. kutatap lamat-lamat empat anak jalanan dari kejauhan, mereka menenteng alat musik sederhana dalam genggamannya. peluhnya mengucur di pelipis matanya bercampur dengan tetesan hujan. salah seorang dari mereka mulai bernyanyi dengan suara yang bergetar hebat, sepertinya pilu berhasil mencekik tenggorokannya.seseorang menghampiriku, menyodorkan plastik yang berisi beberapa keping uang recehan. segera kurogoh kantung celanaku, kutemukan uang sepuluh ribu rupiah terlipat tak beraturan. kumasukkan uang sepuluh ribu rupiah ke kantung plastik milik seorang lelaki itu. “kak mara?” seorang lelaki itu menyebut namaku. aku mengerjapkan kedua mataku, berusaha mengenali sosok yang menyebut namaku. “hei... kau!” bola mataku menyorot anak jalanan itu. anak-anak jalanan lainnya berdatangan menghampiriku seolah sangat mengenaliku. “kalian! sudah lama sekali.” aku memeluk tubuh mereka satu per satu, tak peduli seberapa basahnya baju mereka yang telah naas diterkam rintik hujan. “mengapa kalian tidak pernah datang ke losmen lagi?” tanyaku. “kami sungkan kak mara.” “eyang putri pasti sangat bahagia di sana bila menyaksikan kalian berkunjung lagi ke losmen.” ucapku lirih.wajah mereka tertunduk lesu, gelagatnya menampakkan kerinduan, sesekali wajahnya terangkat dan terlihatlah binar di matanya yang memancarkan keinginan untuk datang kembali ke losmen eyang putri dan untuk menghadirkan suasana sehangat dulu lagi. kami berjalan bersama-sama menuju losmen eyang putri. kami telah tiba di muka pintu losmen.jemariku mulai mengetuk, menunggu sosok di balik pintu datang membukakan pintu untuk kami.pintu terbuka, menampilkan sorot cahaya dari balik ruangan. terlihat sosok wanita paruh baya di balik pintu membukakan pintu untuk kami.bibi ann, sosok wanita paruh baya yang setia mengurus losmen eyang putri. ia menyambut kami dengan hangat, “asmara? kukira kau akan pulang larut malam.” ujar bibi aan. “temanku mengingkari janjinya untuk menonton pertunjukan seni, jadi lebih baik aku kembali ke losmen.” aku menimpali. bibi ann mengalihkan pandangannya ke arah empat anak berbaju lusuh yang basah diguyur hujan, “astaga,kalian? sudah lama sekali kalian tidak berkunjung ke losmen ini.” bibi ann seakan melepas rindunya yang sudah lama membendung.“aduh, kalian basah kuyup. mari masuk.” lanjut bibi ann mempersilahkan kami masuk. pakaianku yang tadi basah kuyup kini telah berganti menjadi pakaian yang cukup hangat untuk dikenakan malam ini. suaraku memanggil-manggil empat anak yang tadi kutuntun untuk datang kemari. rupanya mereka sedang duduk-duduk di selasar losmen. kulihat pula ibu hilda sedang berbincang dengan anak jalanan itu, seakan sedang melepaskan rindu. ibu hilda sudah datang sejak siang menjelang petang tadi. ia pasti banyak menghabiskan waktu bersama bibi aan di dapur.ibu hilda dan anak jalanan itu tidak akan saling melupakan karena mereka seringkali berjumpa dalam kelas melukis di suatu petang saat eyang putri masih mewarnai setiap sudut losmen ini. kuperhatikan gelagat mereka dari kejauhan, semakin serius pembicaraan.kupaksakan langkahku perlahan mendekati mereka. ibu hilda dan anak jalanan itu menyambut langkahku yang menghampiri mereka.”kok ngobrolnya di sini? ayo masuk.” seketika aku memecahkan pembicaraan mereka. tak banyak basa basi, kami langsung melangkah masuk ke sebuah ruanganlosmen. kami mulai mengambil posisi duduk di sebuah ruangan itu. bibi aan menghampiri kami dengan membawa nampan berisi teh hangat untuk suguhan di atas meja oval memanjang. “losmen ini semakin sepi pengunjung sejak kepergian eyang putri.” bibi aan memulai percakapan. “bu aan, kami turut prihatin. sekiranya ada yang bisa kami bantu, pasti dengan senang hati akan kami bantu untuk membuat losmen ini ramai pengunjung kembali.” ibu hilda menyambut percakapan. “ini salahku.” aku menimpali. “aku dan laskar memang pemalas.” aku menambahkan. “cah ayu, sudahlah, daripada terus menyesali diri lebih baik kita bahu membahu. eyangmu banyak berjasa kepadaku. aku tidak akan melupakan kebaikan-kebaikan eyangmu.” ibu hilda berkisah. konon ibu hilda pernah ditolong oleh eyang putri. kala itu ibu hilda tertimpa musibah, rumahnya habis dilalap api. ia, suami, dan dua orang anaknya yang masih kecil-kecil diberikan tempat untuk berteduh selama beberapa bulan. perlahan ia dan suaminya membangun rumah kecil di sekitar losmen eyang putri. waktu semakin berjalan, anak-anak ibu hilda kini telah dewasa dan semuanya bekerja di luar kota. itulah awal mula ibu hilda menjadi kawan erat eyang putri. berkat kebaikan-kebaikan yang dipancarkan oleh eyang putri kepada orang-orang di sekitarnya itulah yang membuat kesanmendalam di lubuk hati orang-orang. ibu hilda, anak-anak jalanan, kang udin, kang budi, mbok ning, bibi aan, laskar, dan aku, kami sepakat bahu membahu meramaikan kembali pengunjung losmen eyang putri ini. ibu hilda menggambar losmen eyang putri, kang budi sang pengantar surat kabar menyebarkan kertas promosi berisi gambar-gambar losmen eyang putri, anak-anak jalanan semangat membersihkan rerumputan dan dedaunan di sekitar losmen eyang putri, kang udin ingin membantu mengecat tembok-tembok losmen eyang putri, bibi aan masih seperti biasanya meracik menu masakan untuk tamu-tamu pengunjung, aku dan laskar seperti biasanya bergantian menyambut tamu-tamu pengunjung yang datang ke losmen eyang putri. tepat pada perayaan ulang tahun losmen eyang putri sekaligus bertepatan dengan hari ulang tahunku, aku menemukan jalan hidupku yang baru. aku percaya bahwa orang baik sudah pasti hadir di dunia ini jika kita dapat memperlakukan mereka sama seperti apa yang kita perlakukan. “kelak akan datang suatu masa, kau akan mengerti bahwa kebaikan yang kau tabur di masa kini akan menyelamatkan dirimu di masa yang akan datang.” kalimat yang eyang putri ucapkan kembali terngiang dalam benakku. kini aku mengerti bahwa sesuatu yang kita tabur pastinya akan kita tuai. eyang putri berhasil menuai kembali benih-benih kebaikannya. begitu banyak cara kita untuk melakukan kebaikan di sekitar kita, tidak hanya melulu mengenai materi atau uang semata.(*)
1
2
3
4
»
Tag
# sman 3 bandar lampung
# cerita pendek
# cerpen
# sastra
# sms
# sastra milik siswa
Share
Koran Terkait
Kembali ke koran edisi Koran Radar Lampung Minggu 19 Mei 2024
Berita Terkini
Pemprov Lampung Usulkan Dua Pahlawan Daerah
Berita Utama
9 jam
Ini Rangkaian Kegiatan Hari Pahlawan Pemprov Lampung
Berita Utama
9 jam
Kampanye AkuInvestorSaham Tuju Kemandirian Finansial Masa Depan
Berita Utama
9 jam
PT Astra Honda Motor Luncurkan New Honda Scoopy, Sepeda Motor Retro Modern dengan Berbagai Pembaruan
Otomotif
10 jam
BRImo FSTVL Hadir, Sediakan 5 Unit BMW dan Ratusan Ribu Hadiah Langsung
Ekonomi Bisnis
12 jam
Berita Terpopuler
BRImo FSTVL Hadir, Sediakan 5 Unit BMW dan Ratusan Ribu Hadiah Langsung
Ekonomi Bisnis
12 jam
Ar Raihan Islamic Science-Tech School Buka Lowongan untuk 3 Posisi
Bursa Kerja
23 jam
Pemprov Lampung Usulkan Dua Pahlawan Daerah
Berita Utama
9 jam
Ini Rangkaian Kegiatan Hari Pahlawan Pemprov Lampung
Berita Utama
9 jam
SMP Muhammadiyah Ahmad Dahlan Metro Buka Lowongan Guru dan Tenaga Kependidikan
Bursa Kerja
23 jam
Berita Pilihan
Presiden Prabowo Resmi Teken PP Hapus Utang Macet Petani, Nelayan dan UMKM
Ekonomi Bisnis
3 hari
Jadwal Liga Champions Malam Ini 6-7 November 2024, Ada Real Madrid vs AC Milan dan Inter vs Arsenal
Olahraga
4 hari
Perebutan Gelar Juara Dunia MotoGP 2024 Ditentukan Hingga Race Terakhir
Olahraga
5 hari
Prediksi Real Madrid vs AC Milan, Rabu 6 November 2024: Pembuktian Vinicius
Olahraga
5 hari
Didominasi Pemain Liga 1, Indonesia Akan Bawa Timnas U-22 Tampil Piala AFF 2024
Olahraga
6 hari