RSUD Ryacudu Kotabumi Carut-marut
TENGAH TERLILIT UTANG: RSUD Mayjend HM. Ryacudu Kotabumi, Lampung Utara membuat, Jumat (17/5).-FOTO FAHROZY IRSAN TONI/RLMG-
KOTABUMI – Carut-marut manajemen Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Mayjend HM. Ryacudu Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara (Lampura) membuat gerah masyarakat yang ingin berobat. Ada pun persoalan dihadapinya mulai honorarium para nakes yang belum dibayar, kurangnya sarana dan prasarana nakes, hingga yang lebih urgen kekosongan obat-obatan.
Kekosongan obat-obatannya karena belum melunasi utang kepada pihak ketiga. Imbasnya, masyarakat yang berobat ke rumah sakit berpelat merah kebanggaan Kabupaten Lampura ini pun harus membeli obat secara mandiri ke apotek di luar rumah sakit. Sehingga, pasien umum maupun BPJS terpaksa harus mengeluarkan uang untuk membelinya.
Direktur RSUD Ryacudu Kotabumi dr. Aida juga mengakui bahwa saat ini rumah sakitnya memang mengalami kekosongan obat-obatan karena belum bisa melunasi utang terhadap pihak ketiga selaku penyedia obat. Menurutnya, ketidakmampuan RSUD Ryacudu untuk melunasi utang tersebut lantaran pendapatan masih sangat rendah sehingga harus mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah setempat.
Sementara ketika ditanya terkait total utang yang dimiliki RSUD Ryacudu kepada pihak ketiga, wanita berhijab ini justru mengarahkan untuk bertanya kepada Kepala Bidang Tata Usaha (TU). “Silakan tanya dengan Ibu Kepala Bidang Tata Usaha (TU, red),” ujarnya, Jumat (18/5).
BACA JUGA:Divonis 5 Tahun Penjara, Ratu Narkoba Menangis
Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Lampura dr. Maya Natalia Manan juga membenarkan terkait kondisi RSUD Ryacudu Kotabumi yang belum mampu melunasi utangnya. ”Utang yang lama hingga saat ini belum selesai. Berapa jumlahnya coba tanya sama direktur, terkait itu saya tidak hafal,” katanya.
Seakan saling lempar tanggung jawab seperti halnya dengan Direktur RS Ryacudu, Kepala Dinas Kesehata Lampura ini pun sama-sama tidak mengetahui utan-piutang RS tersebut. Namun demikian, pihaknya mengaku telah berupaya membantu RSUD Ryacudu untuk memenuhi kebutuhan obat-obatan.
“Kami sudah mengajukan anggaran ke Dinas BPKAD, tapi memang dana untuk obatnya belum juga cair,” tukasnya.
Lebih lanjut, Bunda Maya --sapaan akrabnya-- mengungkapkan anggaran yang diajukan sebesar Rp2,5 miliar dari APBD tahun 2024. “Jumlah yang kita ajukan Rp2,5 miliar, mudah-mudahan minggu depan cair. Sehingga, kekosongan obat-obatan dapat tertutupi,” pungkasnya. (ozy/rim)