Capacity Building FOILA Bangun I-PRO Untuk Ditawarkan ke Investor

Capacity Building FOILA, pada Kamis 16 Mei 2024) di Holiday Inn Bukit Randu, Bandar Lampung.---Foto Bank Indonesia -

BANDARLAMPUNG - Forum Investasi Lampung (FOILA) perkuat sinergi dalam mengakselerasi investasi melalui penyajian

daftar proyek investasi yang siap ditawarkan (Investment Project Ready to Offer atau I-PRO).

Untuk mempersiapkan I-PRO, pemahaman dan kapabilitas anggota FOILA hingga ke level kabupaten/kota perlu diperkuat mengingat besarnya potensi daerah untuk dieksplorasi.

BACA JUGA:Inalillahi, Tiga Bocah di Desa Adiwarno Lampung Timur Meninggal Tenggelam di Kolam Ikan

Hal tersebut disampaikan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Lampung, Junanto Herdiawan saat membuka kegiatan Capacity Building FOILA, pada Kamis 16 Mei 2024) di Holiday Inn Bukit Randu, Bandar Lampung.

Kata Junanto Herdiawan, perlu dipahami bersama dan mempersiapkan I-PRO yang sesuai dengan preferensi pasar internasional dalam mengoptimalkan potensi sektor pertanian, perkebunan, pariwisata, hingga energi baru terbarukan Lampung yang tersebar di kabupaten/kota.

Dimana, proyek investasi yang siap ditawarkan atau I-PRO harus memenuhi beberapa kriteria agar dapat diterima oleh calon investor pada skala internasional. 

Sementara, Ratih Purbasari Kania, Director ofN atural Resource Planning BKPM mengatakan, proyek I-PRO harus memenuhi aspek legal, teknis, bankable, atraktif, dan memiliki model bisnis yang jelas dan terukur. 

BACA JUGA:Hanya untuk UMKM yang Ditunda, Sertifikasi Halal Bagi Usaha Besar Tetap Jalan 2024

“Kami menghargai keseriusan Provinsi Lampung dalam mendorong investasi melalui FOILA. Langkah berikutnya adalah mengeksplorasi potensi daerah menjadi daftar proyek investasi berstatus I-PRO, artinya clear and clear, memiliki model bisnis berkelanjutan, serta tentunya menguntungkan bagi calon investor," ujar Ratih Purbasari.

Dalam perancangan proyek-proyek investasi berstatus I-PRO, disampaikan Ratih Purbasari, pemerintah perlu mendorong penerapan skema Creating Shared Value (CSV) untuk mendayagunakan masyarakat lokal. 

“Dengan prinsip CSV, investor tidak hanya memberikan bantuan sosial, namun mendukung transformasi petani atau masyarakat lokal menjadi small holder melalui sarpras produktif, pembiayaan, dan pembinaan," ucapnya.

Kemudian, Welly Soegiono, Director of External Affairs PT GGP mengatakan, dalam bisnis PT GGP, pihaknya membina petani pisang di Tanggamus dan menjadi offtaker yang memasarkan pisang mereka ke pasar ekspor dengan harga yang mendukung kenaikan kesejahteraan petani.

BACA JUGA:Hanya untuk UMKM yang Ditunda, Sertifikasi Halal Bagi Usaha Besar Tetap Jalan 2024

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan