Prodi Sosiologi Agama FUSA UIN RIL Gelar Seminar Nasional

BUKA SEMINAR: Dekan FUSA UIN RIL Dr. Ahmad Isnaeni, M.A. saat membuka seminar nasional bertema Menjadi Sosiolog: Pengelola Transformasi Sosial, Kamis (2/11)-FOTO HUMAS UIN RIL -

BANDARLAMPUNG – Program Studi (Prodi) Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama (FUSA) Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung (UIN RIL) mengadakan seminar nasional dengan tema Menjadi Sosiolog: Pengelola Transformasi Sosial, Kamis (2/11). Acara yang berlangsung di Ballroom UIN RIL ini dibuka Dekan FUSA Dr. Ahmad Isnaeni, M.A.
Ahmad Isnaeni memberi pesan kepada seluruh mahasiswa Prodi Sosiologi Agama untuk mempertahankan semangat dalam proses akademik di kampus. ’’Mari jaga semangat belajar, menjalin kolaborasi yang baik, dan terus menginspirasi satu sama lain. Selamat kepada kalian semua dan terima kasih atas dedikasi serta kerja sama kalian. Semoga acara ini menjadi awal yang baik dari prestasi dan keberhasilan yang akan kalian raih pada masa depan,” harapnya pada giat yang juga diprakarsai oleh Himpunan Mahasiswa Prodi Sosiologi Agama.
Seminar ini bertujuan membahas isu-isu terkini dalam bidang sosiologi, yaitu  masalah-masalah sosial yang meliputi politik, ekonomi, industri, hukum, lingkungan,  dan lain sebagainya. Atas persoalan tersebut, manusia secara individu maupun kolektif mempunyai kapasitas sebagai aktor akan melakukan tindakan sosial untuk mengatasi masalah tersebut dengan cara melakukan transformasi sosial.   

Selain itu, seminar ini juga dapat memperkuat jaringan antar-peneliti dan institusi pendidikan serta memantik diskusi dan pemikiran kritis mengenai peran sosiologi dalam menghadapi tantangan transformasi sosial di era modern.
Dengan menghadirkan Novri Susan, S.Sos., M.A., Ph.D. selaku dosen sosiologi Universitas Airlangga sekaligus Sekjen Asosiasi Program Studi Sosiologi Indonesia (APSSI).
Materi yang disampaikan mengenai strategi dan pendekatan dalam mengelola perubahan sosial di masyarakat. Menurut Novri, dalam mengelola transformasi sosial yang efektif, penting untuk memahami nilai-nilai budaya, melibatkan partisipasi masyarakat, dan mengadopsi pendekatan yang inklusif serta berkelanjutan. ’’Dengan demikian dapat menciptakan perubahan yang positif dalam masyarakat,’’ katanya. (rls/c1/ful)

Tag
Share