AI Berdaulat Bakal Ubah Wajah Ekonomi Indonesia

LAUNCHING: Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria dalam peluncuran laporan Empowering Indonesia Report 2025 bertema “Building Bridges of Tomorrow” di Jakarta, Senin (27/10).-FOTO BERITASATU.COM/HERMAN -

JAKARTA – Pemerintah Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi hingga 8% dan status negara berpenghasilan tinggi pada 2038. Salah satu pendorong utama pencapaian tersebut adalah pemanfaatan kecerdasan artifisial atau artificial intelligence (AI) yang berdaulat atau sovereign AI.

 

Hal ini menjadi sorotan dalam laporan Empowering Indonesia Report 2025 bertema “Building Bridges of Tomorrow” yang diluncurkan Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) bersama perusahaan riset Twimbit, di Jakarta, Senin (27/10).

 

“AI bukan hanya soal teknologi, tetapi tentang kemandirian bangsa. Kedaulatan AI berarti kita membangun teknologi yang merefleksikan nilai-nilai Pancasila, menjamin etika dan keamanan, serta memastikan manfaatnya dirasakan secara merata oleh seluruh masyarakat," kata Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria dalam peluncuran laporan tersebut.

 

Dalam laporan ini, diuraikan lima pilar utama menuju kedaulatan AI, yakni infrastruktur digital yang andal, tenaga kerja AI berkelanjutan, industri AI yang tumbuh, riset dan pengembangan yang mumpuni, serta regulasi dan etika yang kokoh.

 

Apabila dijalankan secara strategis, adopsi AI berdaulat berpotensi menambah USD140 miliar terhadap PDB Indonesia pada 2030, meningkatkan pertumbuhan ekonomi tahunan hingga 6,8%, serta mempercepat pencapaian status negara berpenghasilan tinggi ke 2041 atau bahkan 2038 dalam skenario terbaik.

 

Menurut laporan tersebut, penerapan AI berdaulat juga dapat mendorong peningkatan produktivitas hingga 18% di sektor jasa, 15%–20% di manufaktur, dan 5%–8% di pertanian.

 

Dari sisi kesiapan infrastruktur, laporan ini mencatat Indonesia membutuhkan investasi sebesar USD3,2 miliar hingga 2030 untuk memenuhi kebutuhan komputasi nasional. Saat ini, AI data center di Indonesia baru mencakup kurang dari 1% dari pasar global.

 

Tag
Share