Melihat Tradisi Maulid Nabi di Berbagai Negara

Foto-Foto Muslimhands/Net -Foto-Foto Muslimhands/Net -
BANDARLAMPUNG – Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang jatuh setiap 12 Rabiul Awal dirayakan dengan cara yang berbeda-beda di setiap negara. Meski bentuk perayaannya beragam, semuanya memiliki benang merah yang sama: menghidupkan kecintaan kepada Rasulullah sekaligus mempererat persaudaraan umat Islam.
1. Yaman
Di Yaman, perayaan Maulid selalu meriah. Kota-kota besar seperti Sana’a dipenuhi lautan manusia berpakaian serba hijau. Mereka melantunkan shalawat, membaca puisi keagamaan, dan menggelar prosesi berjalan kaki. Warna hijau dipilih karena dianggap melambangkan kehidupan, kesejukan, dan ajaran Rasulullah.
2. Aljazair
Masyarakat Aljazair menjadikan Maulid sebagai hari libur nasional. Pada momen ini, rumah dan masjid ramai dengan dzikir dan kasidah. Anak-anak biasanya mengenakan busana tradisional dan berfoto bersama keluarga.
3. Mesir
Suasana Maulid di Mesir menyerupai festival. Selain pengajian dan dzikir, ada pawai tarekat dengan pakaian tradisional hingga atraksi seni. Camilan khas yang tak pernah absen adalah Arouset El-Moulid, permen manis berbentuk tokoh menunggang kuda. Warga percaya, makanan manis menjadi simbol kegembiraan menyambut kelahiran Nabi.
4. Maroko
Di Maroko, Maulid menjadi momen spiritual sekaligus budaya. Masjid-masjid menggelar pembacaan doa dan riwayat Nabi, sementara keluarga berkumpul menyantap hidangan khusus. Di kota Salé, terdapat tradisi unik berupa pawai lilin raksasa berwarna-warni yang disebut Sekar Baki Lilin.
5. Turki
Turki mengenal perayaan ini dengan istilah Mevlid Kandili. Masyarakat menghadiri majelis shalawat, membaca kitab tentang kehidupan Nabi, hingga menyaksikan tarian sufi darwis berputar yang sarat nilai spiritual. Lampu-lampu masjid dinyalakan sepanjang malam sebagai tanda kegembiraan.
6. India
Di India, terutama Hyderabad dan Kashmir, perayaan Maulid dihiasi arak-arakan, pemasangan lampu hijau, serta pembacaan shalawat di jalanan. Perempuan biasanya menyiapkan makanan manis seperti Sheer Khurma dan Seviyan untuk dibagikan kepada tetangga dan kerabat.
7. Pakistan
Perayaan di Pakistan ditandai dengan tembakan meriam saat fajar sebagai tanda resmi. Kota-kota dihiasi lampu berwarna-warni, sementara masjid-masjid ramai dengan pengajian dan lomba tilawah. Pemerintah juga menggelar konferensi keagamaan, dan masyarakat berbagi makanan kepada fakir miskin.
8. Rusia
Komunitas Muslim di Moskow dan daerah Kaukasus memperingati Maulid dengan cara yang lebih akademis dan budaya. Selain dzikir dan shalawat, ada juga pameran kaligrafi, peluncuran buku-buku Islam berbahasa Rusia, serta pertunjukan kasidah. Hal ini sekaligus menjadi sarana memperkenalkan Islam kepada masyarakat non-Muslim.
9. Sudan
Di Khartoum, perayaan disebut Zafat Al-Molid. Tradisi ini dimulai sejak hampir dua pekan sebelum hari H, dengan parade, tarian sufi, dan dzikir bersama. UNESCO telah mengakui ritual ini sebagai salah satu warisan budaya takbenda dunia, menunjukkan betapa kuatnya tradisi Maulid di Sudan.
10. Indonesia
Sebagai negara dengan populasi muslim terbanyak di dunia memiliki tradisi perayaan maulid yang beragam. Indonesia menjadikan hari kelahiran nabi menjadi hari libur resmi. Setiap tahun, di seluruh daerah di Indonesia digelar pengajian peringatan Maulid Nabi baik di masjid, lapangan, hingga rumah-rumah warga.
Misalnya di Banda Aceh, sebuah daerah istimewa di Indonesia yang disebut sebagai Serambi Mekah. Perayaan Maulid Nabi yang dalam bahasa Aceh disebut Kenduri Maulod merupakan perayaan yang terbesar bila dibandingkan dengan tradisi-tradisi lain di Aceh. Yakni dalam rangka memperingati hari kelahiran Nabi Besar Muhammad sebagai Pang Ulee Alam (penghulu Alam).
Tradisi perayaan yang digelar pun mirip, intinya warga berkumpul di suatu tempat, kemudian pembacaan ayat-ayat Al Quran, riwayat kehidupan Nabi Muhammad, dzikir, doa, tausiyah, dan ditutup dengan makan bersama.
Meski berbeda cara dan ekspresi, perayaan Maulid Nabi di berbagai negara tetap berakar pada tujuan yang sama: meneladani akhlak Rasulullah, menumbuhkan cinta kepada beliau, dan mempererat ukhuwah Islamiyah. Ragam tradisi tersebut menjadi bukti bahwa ajaran Nabi mampu menyatu dengan budaya lokal tanpa kehilangan nilai spiritualnya.(nca)