RAHMAT MIRZANI

Ekonom Sebut BI Bakal Tahan Suku Bunga Acuan di Level 6 Persen

JAKARTA - Ekonom senior dan Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia Ryan Kiryanto memprediksi Bank Indonesia  menahan suku bunga acuan di level 6 persen dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) yang hasilnya diumumkan Kamis (21/12) pukul 14.00 WIB.

’’Dengan mempertimbangkan perkembangan eksternal, baik secara global maupun regional, serta perkembangan internal (domestik), maka dalam RDG bulan ini, tampaknya cenderung untuk mempertahankan stance kebijakan moneter, yakni menahan posisi BI rate tetap di level 6,0 persen,” kata Ryan dalam keterangan tertulis, Kamis (21/12).

Dia menjelaskan, saat ini terlihat bank-bank sentral di negara maju condong menahan posisi suku bunga acuannya sambil menanti laju inflasi menuju ke level target yang sebesar 2 persen.

Sebagai contoh, The Fed pada pertemuan terakhir Desember ini memutuskan menahan suku bunga acuannya –Fed Fund Rate (FFR)—di level 5,25-5,50 persen. 

BACA JUGA:Masyarakat Semakin Hemat Belanja, Pemerintah Wajib Dongkrak Daya Beli

Keputusan ini menandakan the Fed tidak mengubah FFR untuk ketiga kalinya secara beruntun.

Pada saat yang sama, inflasi tahunan AS terus menurun ke 3,14 persen di November 2023 dari 3,24 persen di Oktober. 

Terpantau beberapa bank sentral di negara maju lainnya sudah mendahului menurunkan suku bunga acuannya menyusul arah inflasi yang sudah mendekati level target yang 2 persen.

“Para pelaku pasar keuangan global kini menunggu waktu terbaik dan tepat bagi bank-bank sentral di kelompok negara maju untuk melandaikan suku bunga kebijakannya,” jelasnya.

BACA JUGA:Operasi Lilin Krakatau Dimulai, Polres Pringsewu Kerahkan 107 Personel

Sementara itu, diperkirakan pada pertengahan 2024 nanti bank-bank sentral negara maju akan memulai langkah penurunan suku bunga acuan dan kemungkinan besar akan diikuti oleh bank-bank sentral negara berkembang. 

Disesuaikan dengan perkembangan inflasi yang sudah melandai cukup signifikan.

Hal lain, perkembangan terkini terkait posisi dolar AS yang masih kuat terhadap mata uang kuat dunia lainnya juga menjadi pertimbangan lain bagi bank-bank sentral lain untuk tetap menahan suku bunga acuannya guna melindungi mata uang negaranya agar tidak terdepresiasi atau melemah terhadap dolar AS secara lebih dalam. 

Terlebih, proses dolarisasi bisa dicegah sekaligus menahan ancaman pelarian modal ke luar (capital outflows).

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan