Tahap Awal, Kemenag Kucurkan Rp5 M untuk TPG Diniyah Pesantren
CAIRKAN TPG: Kemenag mulai mencairkan tunjangan profesi guru (TPG) bagi guru madrasah diniyah di pesantren.-FOTO ILUSTRASI-DOK. JAWA POS -
JAKARTA – Kementerian Agama (Kemenag) untuk kali pertama mencairkan tunjangan profesi guru (TPG) bagi guru madrasah diniyah di pesantren salafiyah. Hal ini diumumkan Kemenag menyambut peringatan Hari Amal Bakti (HAB) Ke-78.
Selama ini TPG hanya diberikan kepada guru di satuan pendidikan formal, seperti madrasah atau sekolah. Sedangkan di pesantren salafiyah, ada satuan pendidikan muadalah (SPM) dan pendidikan diniyah formal (PDF). Selama ini guru atau ustad di SPM dan PDF tidak mendapatkan TPG meskipun punya sertifikat profesi guru.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag Muhammad Ali Ramdhani menjelaskan, sebagai titik awal pihaknya mengucurkan Rp5 miliar untuk 293 guru di lembaga PDF dan SPM.
BACA JUGA:Penguatan Karakter di Satuan Pendidikan, Kemendikbudristek Lahirkan Berbagai Kebijakan
’’Selayaknya guru swasta di sekolah atau madrasah, mereka menerima TPG sebesar Rp1,5 juta/orang/bulan atau Rp18 juta/tahun. TPG diberikan kepada guru yang memiliki sertifikat pendidik,” katanya seraya menambahkan TPG bertujuan memberikan penghargaan atas profesionalitas para guru atau ustad.
Sementara Plt. Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kemenag Waryono Abdul Ghofur mengatakan, total ada 302 guru PDF dan SPM yang mengajukan TPG.
’’Kemudian dilakukan seleksi sesuai persyaratan pencairan TPG. Hasilnya, guru yang lolos verifikasi terbanyak berasal dari TMI PP Al-Amien Prenduan, Sumenep. Yaitu 58 orang. Disusul SPM Pesantren Musthafawiyah Mandailing Natal, Sumut, sebanyak 45 orang,’’ paparnya.
BACA JUGA:Kemendikbudristek Peringkat 4 Nilai Kepatuhan Pelayanan Publik
Selain mengumumkan kucuran TPG, Kemenag menyampaikan digitalisasi aksara pegon. Ketua HAB Ke-78 Kemenag Ahmad Zainul Hamdi mengatakan, pada puncak perayaan HAB Ke-78 awal Januari 2024 akan diresmikan papan ketik digital aksara pegon.
’’Harapannya bisa memudahkan proses pembelajaran berbasis aksara pegon di pesantren. Hampir tidak ada satu pun pesantren yang tidak menggunakan aksara pegon,” ungkapnya. (jpc/c1/sya)