Ekonom Ungkap Kendala Mencapai Pertumbuhan Ekonomi 8%

Suasana Terminal Peti Kemas Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.--FOTO SALMAN TOYIBI/JAWA POS
Banyaknya Pungutan, Birokrasi Lamban, Peraturan Tumpang Tindih
JAKARTA - Pemerintah terus berupaya mencapai target agar pertumbuhan ekonomi 8 persen tercapai. Di antaranya dengan mendorong investor untuk berinvestasi.
Namun, investor mau datang jika pemerintah bisa membereskan masalah hulu. Menurut Ekonom Universitas Indonesia (UI) Eugenia Mardanugraha, lemahnya kepastian hukum di Indonesia menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi dan masuknya investasi. Ketidakpastian hukum di Indonesia dinilai relatif lebih tinggi dibandingkan negara-negara seperti Tiongkok dan Vietnam.
Lebih jauh Eugenia mengatakan, meskipun sistem politik di Tiongkok menekan demokrasi, kepastian hukum bagi investor sangat kuat. Di Vietnam juga demikian, pemerintahnya memberikan berbagai insentif seperti kemudahan memperoleh jaminan penggunaan lahan jangka panjang bagi investor asing.
’’Di Indonesia, untuk menyewa atau membeli lahan prosedurnya berbelit-belit. Belum lagi pungutan resmi maupun tidak resmi yang kerap dihadapi pengusaha. Mengurus legalitas usaha bisa bertahun-tahun. Dan, ini menciptakan ketidakpastian ekonomi. Investor sulit memprediksi keuntungan yang dapat diperolehnya” jelas Eugenia kepada wartawan.
Eugenia menilai, sektor-sektor yang paling terdampak oleh ketidakpastian hukum adalah sektor yang membutuhkan lahan seperti industri manufaktur dan perkebunan terutama sektor industri kelapa sawit.
Meskipun jasa perdagangan seperti ekspor tidak terlalu terganggu, seperti halnya produksi barang di sektor hilir, mereka juga menghadapi kendala ketidakpastian hukum yang tidak kalah berat.
Eugenia mengkritisi banyaknya pungutan, lambannya birokrasi, serta tumpang tindih peraturan antara pemerintah pusat dan daerah. Hal ini menciptakan iklim usaha yang tidak kondusif dan membuat calon investor berpikir ulang untuk menanamkan modal di Indonesia. ’’Kalau kepastian hukum tidak jelas, kepastian ekonomi pun tidak ada. Investor pasti akan memilih tempat yang lebih pasti keuntungannya” katanya.