Studi: Konsumsi Ganja Tingkatkan Risiko Serangan Jantung dan Stroke, Terutama pada Usia Muda

Penggunaan ganja ternyata dapat membawa risiko serius bagi kesehatan jantung. -Foto Pixabay-
RADAR LAMPUNG - Penggunaan ganja ternyata menyimpan risiko serius bagi kesehatan jantung. Sebuah studi besar yang menganalisis data lebih dari 200 juta individu mengungkapkan bahwa konsumsi ganja dapat meningkatkan risiko kematian akibat penyakit jantung, bahkan pada mereka yang tidak memiliki riwayat gangguan kardiovaskular atau kebiasaan merokok.
Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Heart menunjukkan bahwa pengguna ganja memiliki risiko 29% lebih tinggi terkena serangan jantung dan 20% lebih besar mengalami stroke dibandingkan dengan orang yang tidak menggunakan ganja.
Profesor Émilie Jouanjus dari Universitas Toulouse mengatakan kepada CNN (Rabu, 18 Juni 2025), bahwa sebagian besar pasien yang terdampak berusia antara 19 hingga 59 tahun, dan tidak memiliki faktor risiko lain yang biasanya berhubungan dengan penyakit jantung. Hal ini menjadikan temuan ini mengejutkan, karena gejala muncul pada individu yang secara umum dianggap sehat.
Dr. Lynn Silver, pakar kesehatan masyarakat dari Universitas California, San Francisco, menyebut hasil studi ini sebagai alarm penting. Menurutnya, banyak orang terjebak dalam anggapan bahwa ganja aman hanya karena berasal dari tanaman.
“Ganja bisa menimbulkan efek merugikan pada jantung, sama seperti rokok tembakau,” tegas Silver, yang juga menjadi penasihat di Public Health Institute.
Ia juga mengkritik sistem regulasi ganja yang cenderung fokus pada aspek legalitas dan keuntungan ekonomi, tetapi mengabaikan edukasi tentang dampak kesehatan. Padahal, menurutnya, potensi bahaya dari ganja saat ini jauh lebih tinggi dibandingkan era sebelumnya.
Produk ganja legal modern diketahui mengandung THC (tetrahydrocannabinol)—zat aktif utama dalam ganja—dalam kadar ekstrem, bahkan mencapai 99%. Kadar THC yang tinggi tersebut berpotensi memicu gangguan jantung, ketergantungan, dan berbagai gangguan mental.
Silver menekankan bahwa konsumen ganja, terutama dalam bentuk konsentrat atau vape, perlu memahami risiko kesehatan yang tersembunyi. “Kita berbicara soal senyawa yang sangat kuat, dan dampaknya bisa sangat serius,” ujarnya.
Tak hanya cara merokok, konsumsi ganja dalam bentuk makanan atau permen (edibles) juga tak kalah berbahaya. Studi menunjukkan, fungsi pembuluh darah menurun hingga 42% pada perokok ganja, dan bahkan lebih tinggi—yakni 56%—pada pengguna edibles, jika dibandingkan dengan mereka yang tidak mengonsumsi ganja sama sekali.
Selain risiko terhadap jantung dan pembuluh darah, ganja berkekuatan tinggi juga dikaitkan dengan peningkatan risiko adiksi, gangguan kejiwaan, hingga psikosis. Menurut data CDC, sekitar tiga dari sepuluh pengguna ganja di Amerika Serikat mengalami “gangguan penggunaan ganja”, istilah medis untuk ketergantungan ganja.
“Saya pernah menemui pasien lansia yang menggunakan ganja untuk mengatasi nyeri atau susah tidur, tanpa menyadari bahwa kondisi jantung mereka bisa memburuk,” ujar Silver.
Bahkan beberapa di antara mereka memiliki riwayat serangan jantung atau stroke, tambahnya.
Meskipun persepsi masyarakat tentang ganja kini lebih longgar seiring dengan legalisasi di sejumlah negara, para ahli menegaskan bahwa tidak semua yang alami berarti aman. Ganja, terutama dalam bentuk modern yang berkadar THC tinggi, memiliki potensi membahayakan kesehatan secara signifikan.
Tenaga medis dan masyarakat umum diminta untuk lebih waspada. Meski dampak jangka panjang belum sepenuhnya terlihat, bukti ilmiah yang terus bermunculan mengarah pada satu pesan penting: ganja bukan tanpa risiko, terutama bagi kesehatan jantung dan pembuluh darah. (*)