Perputaran Uang Diprediksi Menurun di Ramadhan dan Lebaran Tahun Ini

Ilustrasi uang. --FOTO EKOANUG/PIXABAY
JAKARTA - Berdasarkan prediksi terbaru dari Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), perputaran uang selama Ramadan dan Lebaran 2025 diperkirakan hanya mencapai sekitar Rp 137,98 triliun.
Angka ini mengalami penurunan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, yang tercatat mencapai Rp 157,3 triliun.
Menurut Pengamat Kebijakan Publik dan Dosen FEB UPN Veteran Jakarta, Freesca Syafitri, penurunan perputaran uang ini disebabkan oleh salah satu faktor utama, yakni penurunan jumlah pemudik secara drastis.
Pada tahun 2024, jumlah pemudik tercatat sekitar 193,6 juta orang, namun diperkirakan hanya sekitar 146,48 juta orang yang akan melakukan perjalanan mudik pada 2025, turun sekitar 24 persen.
"Penurunan mobilitas ini bukan hanya soal logistik, tetapi juga mencerminkan terbatasnya daya beli masyarakat," ujar Freesca ketika dihubungi oleh Disway.id pada Senin, 24 Maret 2025.
Meski pemerintah telah mengeluarkan sejumlah kebijakan untuk menjaga momentum konsumsi, Freesca menambahkan bahwa dampak dari kebijakan tersebut diperkirakan akan terbatas jika masyarakat tidak memiliki dana yang cukup untuk membelanjakan uangnya.
"Masalah yang dihadapi masyarakat bersifat struktural. Tanpa adanya penguatan fundamental ekonomi rumah tangga, termasuk penyerapan tenaga kerja yang berkelanjutan dan stabilitas harga bahan pokok, stimulus jangka pendek tidak akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi secara efektif," jelasnya.
Lebih jauh, Freesca menambahkan bahwa daerah-daerah tujuan mudik yang selama ini menjadi pusat lonjakan konsumsi saat Lebaran justru belum menjadi fokus utama dalam kebijakan fiskal dan distribusi insentif.
BACA JUGA: Industri Sawit Ikut Perangi Perubahan Iklim
"Padahal, sektor informal di daerah seperti pasar tradisional, penginapan lokal, angkutan pedesaan, dan pelaku usaha kuliner musiman sangat berperan dalam perputaran uang musiman. Sayangnya, mereka belum terhubung secara optimal ke dalam ekosistem ekonomi digital maupun sistem pembiayaan formal," pungkasnya.
Menurut Freesca, penguatan kapasitas ekonomi lokal di daerah tujuan mudik seharusnya menjadi bagian integral dari strategi ekonomi Ramadan ke depan.
Ia juga menilai bahwa peran pemerintah yang responsif dan transformatif sangat penting untuk mengubah pendekatan kebijakan dari sekadar mendorong konsumsi menuju penguatan basis produksi dan pemberdayaan ekonomi rakyat.
"Pendekatan yang lebih inklusif dan berbasis pada penguatan kapasitas ekonomi lokal akan menjadi kunci untuk mengembalikan fungsi Ramadan dan Lebaran sebagai pengungkit pertumbuhan, sekaligus memperkuat daya tahan ekonomi nasional secara berkelanjutan," tutup Freesca. (disway/abd)