Senin, 25 Nov 2024
Network
Beranda
Berita Utama
Ekonomi Bisnis
Lampung Raya
Politika
Olahraga
Metropolis
Lainnya
Advertorial
Edisi Khusus
Iklan Baris
Sosok
Bursa Kerja
Arsitektur
Wisata dan Kuliner
Otomotif
Teknologi
Lifestyle
Kesehatan
Hobi
Kriminal
Pendidikan
Edisi Ramadan
Network
Beranda
Berita Utama
Detail Artikel
Welcome To Tir Na Nog
Reporter:
Tim Redaksi
|
Editor:
Rizky Panchanov
|
Jumat , 08 Dec 2023 - 23:01
welcome to tir na nog karya meyza nauli sinurat - sman 1 bukitkemuning kisah dari sebuah negeri jauh yang indah dan tak mungkin ada dalam sejarah. sebuah negeri, yang dimana ditinggali oleh para nimfa wanita dengan tarian mereka, atau para elf wanita yang hebat dalam sihir dan tanaman, juga para duyung dengan wajah dan rambut cantik mereka tir na nog, negeri yang tak ada tapi nyata. tir na nog, negeri tempatnya surga wanita yang bagai bidadari. tapi setiap ada cahaya pasti ada pula gelap. kisah ini dibawakan dari negeri yang nan-jauh. di dalam ruangan kuil pemanggilan yang besar juga megah, para elf yang tak tahu sudah berapa umurnya membuat sebuah ritual pemanggilan untuk memanggil para pemberani ke tanah tir na nog. “cal bolld fryce oo orf danl...” “cal bolld fryce oo orf danl...” “cal bolld fryce oo orf danl...” mantra itu di ulangi berkali-kali, sebuah mantra pemanggilan bagi jiwa pemberani yang datang ke tanah itu. sesaat sebuah cahaya putih muncul ditengah ruangan dan setelah cahaya tersebut memudar muncul seorang pemuda dengan baju zirah lengkap dan pedang di tangan kanannya membungkuk sembari melantunkan pujian untuk para elf. “wahai para elf terhormat, keindahan kalian menghiasi adiwarna”. sang pemuda pun mulai membusungkan dadanya dan berdiri dengan percaya diri juga penuh keyakinan menatap para elf yang bermartabat. seorang elf maju ke hadapan sang pemuda, tersenyum yang membuat kecantikannya bertambah “wahai pemuda, ksatria kami yang berani, kau pasti sudah mengetahui masalah di tir na nog dari raja manusia kalian karena itu kau bisa kami panggil kesini” ucap elf tersebut. “saya siap melakukan apapun untuk menyelamatkan tir na nog dari kegelapan bahkan walau dibayar nyawa sekalipun saya siap berkorban” “pemuda yang berani, bahkan untuk pengorbananmu itu kami menyiapkan sebuah bayaran atas jasamu itu nanti” kata elf tersebut tersenyum ramah. “benarkah?!” pemuda itu penasaran “kalau boleh saya tau apakah bayarannya elf yang terhomat?” “kekayaan untukmu dan tempat tinggal di tir na nog dan kau juga akan dihormati semua wanita di negeri tempat wanita di sini, dan bukan hanya itu seorang elf juga akan kami biarkan kau untuk memilihnya untuk dinikahi, bagaimana menurutmu?” kata elf tersebut tersenyum memberikan penawaran pada sang pemuda. cobalah pikirkan siapa laki-laki muda di luar sana yang akan menolak penawaran bagus itu bukan? dengan mata yang berbinar pemuda tersebut tersenyum dengan perasaan yang sangat senang “tentu saja, saya terima semua tawaran tersebut!” setelah itu elf yang ada di hadapan pemuda itu menganggukkan kepalanya perlahan dan kembali berjalan ke tempatnya tadi, tapi sebelum sang elf kembali ke tempatnya pemuda tadi segera bertanya, “maaf tapi sebelum itu saya harus tahu seperti apakah ‘kegelapan’ yang dimaksud? supaya dengan begitu akan semakin cepat saya bisa mengakhirinya” ucap pemuda tersebut. elf tadi berhenti sebentar dan melanjutkan jalannya kembali ketempatnya yang semula, dan elf yang lain segera menjawab “ksatria-ku, kegelapan itu bukanlah kegelapan biasa dan tak bisa dibayangkan oleh manusia sepertimu. tapi sayangnya kami tak bisa menjelaskan itu sekarang disini karena itu sebelum kamu pergi pergilah ke hutan timur disana ada sebuah kuil kecil dan ada penjaganya tanyakan semua yang ingin kamu tanyakan disana.” kata sang elf dengan nada yang sangat lembut, pemuda tersebut mengangguk dan segera membungkuk dan pergi ke pintu di belakangnya, tapi setelah pemuda tersebut membuka pintu seorang elf yang berada di tengah berbicara. "ah.!! sebelum itu biar kami peringatkan kamu wahai pemuda hati-hati dengan para nimfa dan jangan dengarkan apapun yang mereka bicarakan, ingat itu...!!!” ucap elf tersebut pada sang pemuda. "baiklah elf yang agung saya akan mengingat itu, karena itu saya pamit” tapi sebelum pintu benar-benar tertutup sekilas terdengar tawa para elf “heney vin deya dandeny vindeta baa savore’k!!..” dan tawa para elf benar-benar terdengar sampai pintu di belakang pemuda itu tertutup dengan sendirinya. berjalan ke tengah kota, pemuda itu selalu mendengar bisikan para elf yang terdengar jelas sekali sama dengan kata-kata para elf di tempat ritual tadi. tapi ada yang aneh setiap kali para elf itu berbisik mereka pasti menyeringai dan tertawa dan jika mereka tau kalau pemuda tadi melihat mereka maka elf tadi semua akan segera tersenyum ramah padanya “ini aneh, kenapa para-elf itu tadi semua menyeringai dan segera berbalik tersenyum ramah?” setiap pemuda tadi berjalan akan ada saja seorang elf yang lari ke arahnya membawa tas berisi makanan “halo ksatria-ku kamu pasti sang pemberani, jadi sebelum kamu pergi ambil lah tas ini sebagai perbekalan kamu” kata elf tadi, tidak berselang lama pasti akan ada elf lain yang menghampirinya untuk memberi perbekalan makanan. “wahai pemuda berani ambil ini sayangku sebagai bekal mu nanti ya. juga sebelum kamu pergi ingat ini jangan pedulikan nimfa ya.” "ini hebat! pasti kamu ksatria yang akan menyelamatkan tanah kami kan? ambil lah ramuan penguat ini. oh ya ingatlah jangan pedulikan nimfa ksatria-ku. " tapi bukan hanya para elf, para peri cantik dengan cahaya bagai surga datang memberikan sihir pelindung dan juga jimat. “halo pemuda tampan ambil lah jimat ini ya demi pelindung juga kami semua para peri akan memberikan sihir pelindung dari dewi tir na nog kami yang memunculkan baswara-nya di surga” kata para peri secara bersamaan dan sebuah bola cahaya cantik tercipta dan menuju ke pemuda tadi, secara bersamaan seluruh tubuhnya bercahaya dan pemuda itu merasakan suatu kekuatan asing dalam dirinya yang muncul “wahh!! terima kasih semua peri kecil atas sihir berkah ini” "tentu saja ksatria pemberani. juga sebelum kamu pergi biarkan kami memperingati kamu satu hal kecil yaitu jangan pedulikan para nimfa terutama jangan dengarkan mereka! itu adalah hal mudah untuk di ingat bukan?” ucap para peri dengan senyum mereka, dan pemuda tadi mengangguk dan segera pergi. tapi dalam hatinya dia tau ada yang aneh dengan semua makhluk di tir na nog dan peringatan mereka dan bukan hanya elf dan peri saja bahkan para burung terbang dengan berteriak “nimfa bahaya!! nimfa bahaya!!” “benar-benar aneh, sebenarnya ada apa dengan para nimfa, siapa mereka, memangnya sebahaya itu? aku sangat penasaran bukan-kah semua makhluk wanita di tanah ini sangat baik, sopan, juga ramah” ucap pemuda itu dalam hati. “sudahlah tak usah dipikirkan, tugasku hanya menghilangkan 'kegelapan’ itu saja dan kekayaaan itu semua akan jadi milikku termasuk dengan elf itu semua hahaha..” “kamu pikir begitu? kalau aku jadi kau, aku akan segera kembali ke kerajaan manusia mu” suara itu terdengar dari siren wanita yang terbang dan hinggap di atas sebuah rumah “siapa kau? kau sangat berbeda dari makhluk lain di tanah ini?” bisa dilihat bahwa makhluk itu memiliki sayap coklat seperti elang dan hampir sekujur tubuh nya ditutupi dengan bulu elang walau dia tak memakai sehelai kain sekalipun dan kakinya seperti kaki elang bedanya terdapat bel di kaki kanan siren itu. “sayang sekali kamu tak tahu bahasa elf, jika kamu tahu artinya pasti akan jauh lebih mudah untukmu tau apa yang para tetua elf itu bicarakan” ucap siren itu dengan senyum menghina. “apa maksudmu?” “sepertinya kau sedikit bingung, apakah kau tak tau apapun tentang para nimfa yang mereka bicarakan” “yang ku tau kamu adalah binatang yang berbahaya!!” “beraninya manusia, aku adalah seorang siren dengan suara ter-indah dari semua makhluk yang ada. tapi, cukup basa-basinya karena yang terpenting adalah jangan pernah percaya para elf, seindah apapun mereka!!” seru siren tersebut pada si pemuda. “ mereka tak seperti itu. mereka adalah elf yang bijaksana dan juga ra-“ “dengarkan aku!!! malaikat saja bentuknya bisa sangat menyeramkan termasuk para elf beracun itu!!!” ucap siren tadi memotong. “ingat ini wahai pemuda, para nimfa yang mereka selalu bicarakan sebenarnya-“ tapi sebelum siren tadi menyelesaikan kata-katanya, para peri kecil menyela. “hentikan siren!! kami tak akan biarkan kamu membohongi ksatria kami, sudah cukup!!!..” para peri yang berdatangan segera mengucap mantra yang membuat siren itu dililit rantai besi yang kuat dan dengan begitu akan semakin mudah untuk peri-peri semua membawanya dengan sihir. “kita bertemu lagi wahai ksatria, tolong lupakan apa yang dibicarakan oleh siren itu karena semua yang dikatakannya hanya bualan” kata seorang peri yang sepertinya memimpin penangkapan itu. “oh ya kami semua pergi dulu dan hati-hati lah..” sembari para peri melayangkan siren tadi, dia berteriak “manusia..jangan percaya mereka.. hati-hatilah dengan kabut dan dengarkan sajaknya.. ingat itu!,” teriak siren itu dari kejauhan, tapi pemuda tadi tidak menghiraukan dan menganggap bahwa siren tadi hanya mencoba menghentikannya dari mengalahkan ‘kegelapan’. lagipula coba kalian pikir apakah akan ada seorang lelaki yang akan mendengarkan orang yang baru mereka temui? tidak! lebih tepatnya semua manusia yang adapun tak akan memercayai orang yang pertama kali mereka temui bukan? tapi, satu hal yang terkadang terjadi adalah bahwa kata-kata dari seseorang yang baru kalian temuipun bisa saja menyelamatkan hidup kalian itu. singkatnya, pemuda tadi sampai ke hutan timur tempat kuil berada dan baru berjalan sekitar lima menit saja dari pinggir hutan terdapat kuil kayu dengan hiasan lampu-lampu kecil yang indah dan sepertinya banyak tanaman aneh didepan kuil itu. pemuda itu diam sejenak dan memandangi kuil yang asri nan cantik itu “halo pemuda manis kenapa memandangi kuil ini? jika kamu sangat ingin tau kamu bisa mendekat ke terasnya” seorang elf dengan jamur cantik seperti kristal ada di kepalanya yang sedikit lucu. pemuda tadi segera pergi dan naik ke teras kuil itu dan menaruh pedangnya, elf kecil itu membawa keranjang yang berisi banyak tanaman bewarna biru gelap dan bersinar “tunggu lah disini ya, saya akan segera kembali” kata elf kecil tadi tersenyum manis dan berjalan masuk ke dalam kuil. di sekeliling kuil itu terdapat banyak tanaman aneh tapi cantik ntah itu yang berada di samping kuil atau di pot di depan teras dan pot yang menggantung. “cantiknya tanaman-tanaman ini, terutama yang ini” pemuda tadi bergumam sambil menyentuh tanaman bunga di dekatnya. “itu tanaman yang cantik bukan?” pemuda tadi terkejut dan segera berbalik melihat ke belakangnya, di sana berdiri elf kecil tadi membawa nampan, dengan senyum manis di pipinya dia bebicara sambil menaruh nampan itu “ini minumlah tehnya, jangan sungkan" elf itu menaruh nampan itu di samping pemuda itu dan dia duduk bersimpuh. “apakah kau pemuda yang akan membasmi kegelapan itu?” tanya elf kecil tadi, “ya, aku akan membasmi kegelapan yang ada di tanah suci ini jadi percayalah denganku elf kecil” pemuda itu mengatakannya dengan penuh semangat dan tawa kecil. “haha, kau sangat lucu tapi tolong jangan panggil aku elf kecil aku adalah penjaga kuil ini!” kata elf itu mendekatkan wajahnya ke pemuda itu dan langsung menjauh sambil mengangkat gelas teh dari nampan dan mulai meminumnya. “dia ini imut sekali” ucap pemuda di dalam hati dengan tersipu dan wajahnya mulai memerah karena malu. “ah ya, aku baru ingat tujuanku mendatangi kuil ini untuk bertanya banyak hal!” pikirnya dalam hati. pemuda itu meminum tehnya dan mulai menarik napas panjang. “maaf penjaga kuil, aku baru ingat bahwa aku mampir kesini untuk bertanya beberapa hal bolehkah?” “oh tentu saja, saya sangat senang juga bisa membantu perjalananmu” kata elf kecil atau penjaga kuil itu tersenyum. tentu tak perlu diungkit lagi bagaimana bisa seorang elf kecil yang tinggal di tengah hutan bisa tau tentang pemuda itu, tentu saja dari para peri atau burung kolobri kecil yang siap memberikan pesan-pesan pada semua warga. “jadi, para tetua elf terus membicarakan ‘kegelapan’ yang harus dikalahkan, sebenarnya ‘kegelapan’ apa yang dimaksud mereka?” “hmm, sayangnya saya tak bisa menjelaskan banyak hal tentang ini tapi saya bisa memberikan penggambaran” ucapnya dengan wajah yang cukup serius. “baiklah akan saya jelaskan jadi mari kita mulai dari bentuknya. ‘itu’ adalah sesuatu karena ‘itu’ tak hidup seperti kita tapi ‘itu’ ada di dunia ini dan siap untuk membunuhmu, mengonsumsimu, mengoleksi kepalamu yg besar itu dan menggantungnya diatas perapian haha” ucapnya dengan menyengir lalu dia tiba-tiba terdiam dan mulai minta maaf. “ah maafkan saya, jangan pikirkan apa yang saya katakan tadi tapi yang anda harus ingat bahwa ‘itu’ adalah sesuatu yang tak bisa dengan mudah dideskripsikan begitu saja, tapi ‘itu’ pasti akan mendatangi siapapun yang memiliki niat untuk mendatanginya.” ucap elf itu sembari menyeruput tehnya. “lalu bagaimana dengan para nimfa itu? semuanya selalu memperingatkan diriku, karenanya aku kebingungan sebenarnya apa nimfa yang mereka selalu peringatkan itu kepadaku?” “hah.. banyak hal yang seharusnya tak diketahui oleh manusia sepertimu kau tau” elf itu menghela napas dan tersenyum kecil. “saya bisa menjelaskan dengan sangat detail tentang nimfa itu tapi sayangnya burung kolibri ada dimana-mana di hutan ini bahkan walau tak ada yang perlu mereka hisap, tapi tetap saja saya akan menjelaskannya dengan singkat saja dan apakah itu tidak apa-apa?” ucap elf itu gusar dan sambil menengok ke kanan kiri dan mulai mendekat ke telinga pemuda tadi dan membisikkan sesuatu. “ada banyak makhluk di tanah ini dan salah satunya adalah para nimfa itu yang paling berbahaya bagi dirimu karena mereka akan menari dan bersenandung dengan bahasa yang sangat aneh” setelahnya elf itu menjauh dan tersenyum kecil walau sepertinya terlintas di matanya kekhawatiran. “kalau begitu apakah mere-“ “sshh.. sudah dulu ya manisku..” elf itu menaruh jari di mulutnya “manisku, lebih baik kau pergi sekarang sebelum terlambat ya...” ucapnya tersenyum manis. pemuda itu mengganggukkan kepala dan berdiri sembari diikuti oleh elf itu, lalu dia membungkuk dan meraih tangan elf kecil itu dan mencium tangannya. “ingatlah penjaga kuil yang terhormat bahwa ksatria ini akan menaklukkan semuanya yang mencoba mengganggu kedamaian di tanah suci ini” tersenyum, dia segera berjalan menjauh dan sebelum berjalan lebih jauh ke dalam hutan pemuda itu melambaikan tangan dan tersenyum berteriak “tunggulah aku elf kecil penjaga kuil!!”. “percayakah kalian para elf bahwa kalian akan menang kali ini? haha, aku akan menang kali ini” elf itu bicara pada pepohonan. lanjut setelah matahari mulai di atas ujung pohon cemara, panas terik adalah siksaan bagi manusia manapun bukan? ntah ilusi atau bukan yang menanti tak ada yang tau. pemuda itu terus berjalan masuk ke dalam hutan sampai ke sebuah lapangan rumput kecil yang terdapat banyak bunga putih cantik. dia duduk bersandar ke pohon ek tua dan di dekatnya mekar bunga putih tadi, dia menatap bunga itu sambil minum dari kantung airnya yang terbuat dari kulit sapi, selesai itu si pemuda memberikan air juga pada bunga putih itu walau sedikit tapi, hal mengejutkan terjadi, bunga itu menjadi transparan! “thank you little man” ucap seorang gadis kecil dengan bunga putih sama di sekitar rambutnya yang mekar tapi sayangnya bahasanya itu sangat aneh dan tak pernah dia pelajari. “mungkinkah itu adalah para... nimfa?!” pikir pemuda itu khawatir tapi dia juga penasaran jadi dia mengikuti nimfa itu ketengah-tengah lapangan dan tetiba muncul para nimfa berlarian memutari pemuda itu dan bersenandung lesu tapi juga ceria dalam satu waktu, “ini aneh tapi aku menikmatinya” katanya dalam hati. mereka mulai berbaris di depannya dan menari juga mulai mengeluarkan not-not musik yang melayang mengikuti gerakan mereka. mereka mengtakan sesuatu dengan bahasa yang asing di telinga pemuda yang takjub serta bingung itu, dia hanya terdiam terpaku di tengah lapangan rumput itu. “bagaimana ini? apakah mereka nimfa itu? aku harus kabur kalau begini, tapi rasanya aku tak bisa lari, seperti yang ada menghentikanku untuk lari, bagaimana ini?” pikirannya dalam hati bertabrakan antara dia takjub juga panik di tempat indah itu. kalian pasti bingung jika tak tau tapi akan berpikir keras jika tau, tapi ingat penulis-pun tak sebaik itu untuk memberitahu... “beware the fog, beware the time beware the woman who gives you smile if you find yourself, you die if you find the door, you never find the eye we are the nymph never tell lie now hear our lullaby, hear our pome hear our rhyme.. oh, our savior we warn you, we protect you the judges see, the judges kill when our head touch the ground, we turn to dust your bone, your flesh, your blood is their food... beware the fog, beware the time inside the loop your never die, your soul is everlasting.. and now touch the air and you’ll know what’s the end when the music float, you will know what’s in the frot (keselamatan dari kematian hanya akan didapat jika paham) setelah para nimfa selesai dengan lullaby mereka yang begitu indah dan menenangkan, not-not musik itu melayang ke arah pemuda tadi. salah satu nimfa tadi dengan kain yang terbang di lehernya mendatangi pemuda tadi dengan lompatan kecil dan, dia berdiri di depannya, menggerakkan tangannya ke not-not itu mengintruksikan untuk menyentuhnya. “touch the air my dear” ucap nimfa itu,pemuda itu bingung tapi secara tak langsung dia paham dengan yang dimaksud nimfa tersebut. lalu, dia menyentuh not-not musik yang di udara dan seketika ledakan kecil terjadi dan membuat pemuda tadi terjatuh. dari ledakan itu tadi muncul sebuah perkamen dari kulit kayu cemara berwarna hitam gelap melayang ke arah pemuda itu yang masih di tanah, lalu dia berdiri dan dengan pelan mengambil perkamen itu dengan wajah yang bingung. bahkan sebelum mengatakan sesuatu para nimfa itu masuk ke dalam semak, pohon, juga bunga putih di sana, pemuda tadi segera berjalan lagi dengan penuh kebingungan di matanya yang juga penuh penasaran “apakah ini perkamen? mari kita lihat apa isinya” pemuda tadi membuka perkamen tadi dan mulai membacanya. “hati-hati dengan kabut, hati-hati dengan waktu hati-hati dengan wanita yang selalu tersenyum kau temukan dirimu, kau ma-“ sebelum dia bahkan selesai membacanya seekor burung gagak melesat dan mengambil perkamen itu diikuti dengan burung kolibri. dan setelahnya burung-burung itu bertengger di dahan pohon yang sangat tinggi dengan perkamen yang mulai melayang di dekat burung gagak itu dan dipenuhi aura api di dekatnya, pemuda tadi mencoba melompat mengambil perkamen itu. "dasar burung gagak sialan kembalikan itu. aku bahkan belum selesai membacanya!!” pemuda itu melakukan hal yang sia-sia. si pemuda mulai lelah dicampur rasa frustasi dia juga tak mungkin memanjat pohon yang sangat tinggi itu karena dia tak tau apakah burung gagak itu akan membakar perkamen itu atau tidak. seketika burung kolibri di samping gagak itu tadi terbang dan mulai mengeluarkan bola-bola api kecil di belakangnya dan itu bukan lah bola api biasa tapi bola api dengan api berwarna biru, api yang lebih kuat dibandingkan api merah. “hei ksatria bodoh! apakah kau tak mengerti juga kata-kata para peri dan elf yang terhormat? yang sudah mengatakan berulang kali padamu jangan dengarkan para nimfa!!”ucap burung kolibri di samping gagak itu berteriak dengan suaranya yang halus tapi tak bisa dipungkiri kolibri itu berteriak dengan bola-bola api kecil dibelakangnya. “bukan maksudku tidak mendengarkan kalian tapi sayangnya aku tak bisa bergerak sama sekali tadi, lagipula apa salahnya mendengarkan mereka yang bahkan tak menyakitiku? dan kembalikan perkamen itu, sekarang juga!” ucap pemuda itu yang cukup kesal karena 2 ekor burung itu. “bodoh, benar- benar bodoh. apakah kau tau banyak peraturan di tanah ini hah? juga bersikaplah dengan lebih baik di tanah orang lain manusia rendahan!!” ucap kolibri kecil itu yang segera terbang melesat tepat di depan wajah pemuda itu yang menatapnya dengan kesal. “hah.. tak bisakah kau paham manusia bahwa para nimfa adalah makhluk yang bahkan bisa membunuh kami dan mereka juga sering mengambil makanan milik elf kami dan jika elf kami mati maka, semua makhluk di tanah ini juga ikut mati" ucap gagak dengan tenang yang masih bertengger di dahan itu. secara tak langsung pemuda bodoh itu mulai berpikir bahwa nimfa tadi tak mungkin melakukan itu tapi dia juga bingung tak mungkin elf yang sangat terhormat bisa berbohong, tapi sebelum dia menyimpulkan, perkamen tadi sudah terbakar dengan api biru dan pemuda bodoh itu hanya bisa terdiam kaget. abu perkamen itu terbang ke udara dan segera 2 burung itu terbang pergi ke arah yang berlawanan dari jalan pemuda itu. tapi apa yang pemuda itu lakukan setelahnya? tentu saja dia hanya bisa pasrah dan berjalan ke tujuannya yaitu ‘kegelapan’ . pemuda itu terus berjalan, berjalan, dan berjalan dan tak terasa langit berubah warna menjadi oranye, langit telah dimakan matahari lalu akan segera berpindah di tangan bulan. dia merasa aneh juga bingung karena setelah lama sekali dia berjalan menyusuri hutan belum terlihat ‘kegelapan’ yang dimaksud, tapi sesaat dia berpikir dengan bingung dia telah diselimuti dengan kabut, dia tak bisa melihat apapun di sekelilingnya. “sialan, kabut dari mana ini? pasti ada kaitannya dengan para nimfa itu, hah... seandainya aku segera merebut perkamen itu dan membacanya..” pikirnya dengan wajah kusut, tapi sesaat setelahnya kabut itu menghilang. perasaanya segera lega sekaligus sedikit bingung tapi mau bagaimanapun dia harus segera melanjutkan perjalanan sebelum hari benar-benar gelap. apakah yang akan terjadi selanjutnya hanya dewa tir na nog yang tau dia yang memberikan harapan akan segera datang dengan kudapan menyusuri jalanan hutan yang akan segera termakan gelap, pemuda itu hanya bisa terus berjalan walau lelah setidaknya dia harus mencari tempat yang pas untuk berkemah. tapi, sejauh ataupun selama apapun dia berjalan rasanya dia selalu kembali ke tempat yang sama. “ini aneh, rasanya aku sudah melewati jalan hutan bagian ini” terbingung dengan situasi, dia segera mendapat ide untuk menandai tempat yang sudah dia lewati dimulai dengan pohon di sisinya dengan ukiran tanda x. waktu seakan berhenti karena dari tadi sore sudah terlihat tandanya di langit namun, malam tak segera muncul. dia ingin beristirahat tapi tubuhnya tak mau berhenti berjalan, dia haus tapi tak bisa minum, dia merasakan sakit di dadanya seakan udara takmau masuk ke dalam paru-parunya. tapi dia tahu bahwa dia terus memutari tempat yang sama berulang kali tanpa akhir, dia pada akhirnya terjatuh, ohh pemuda malang seharusnya dia tak perlu banyak memikirkan wanita dan emas. pada akhirnya waktu berlalu malam disaat dia segera terjatuh tergeletak tak berdaya dengan rasa lapar dan haus menggerogoti. tapi, tanpa dia sadari hanya sehari waktu berlalu dia terbangun dengan di tempat yang sama dikelilingi oleh para elf. “sudah kubilang bahwa aku akan memenangkan taruhan bukankah begitu? hahaha” di sana terlihat elf penjaga kuil tertawa dengan sombongnya di hadapan 3 elf tetua dari tempat pemanggilan. “to...long...akk...ku..” pemuda itu berbicara dengan kaku tapi sayang sekali dari pada wajah hangat para elf yang akan segera membantunya yang ada hanya tawa para ketiga tetua elf itu. “hahahaha......!!!!!” suara mereka tentu sangat menggelegar dan si penjaga kuil hanya menunjukkan wajah kesal dan jijik ke pemuda itu, ohh tak seperti bayangannya bahwa dia akan diperlakukan begini saat dia hampir sekarat. “kau lihat kan penjaga kuil, dia tidak langsung mati walau sudah kau beri teh racun dan itu berarti kami memenangkan taruhan kita hahaha” ucap salah satu dari elf itu “sialan, ini tidak akan terjadi kalau bukan karena nimfa itu yang dengan lullaby mereka yang menyebalkan itu!!” teriak elf penjaga kuil itu marah. “sudah cukup lebih baik kita urus ksatria bodoh ini terlebih dahulu karena sepertinya dia kebingungan dengan apa yang terjadi” ucap salah satu tetua. “kau benar jadi karena itu wahai penjaga kuil jangan marah kalau kalah.” kebingungan muncul di wajah pemuda itu dan segera salah satu elf mendatanginya dan mengatakan.. “kau penasaran dengan apa yang terjadi bukan? kau tentu boleh bertanya walau sepertinyaa tubuhmu sudah sangat lemas” “taru..han.. ju..ga..apa...yaang.... terja..di?” ucap pemuda itu dengan gagap juga ditambah rasa sakit di sekujur tubuhnya dan lemas yang dirasakannya. “baiklah mari bahas satu persatu tentang apa yang terjadi sebenarnya, singkatnya kalau harus dijelaskan kau akan menjadi makanan kami” ucap tetua itu tersenyum. kaget pemuda itu mendengarnya tapi dia tak bisa marah apalagi kabur karena tubuhnya benar-benar sudah hilang tenaga. “oh ya tentang para nimfa, kenapa kami semua terus menyuruhmu mengabaikan mereka itu semua hanya karena 1 hal yaitu para nimfa itu selalu mencoba menyelamatkanmu berkali-kali dan itu sudah terjadi puluhan kali" bingung pemuda itu dibuatnya karena dia tak bisa berpikir jernih, apa maksudnya dengan mencoba menyelamatkan puluhan kali? apakah itu berarti dia terus mengulangi kejadian ini terus- menerus tanpa henti? hanya dewa dan para elf itu yang tahu. “oh?! sepertinya kamu tak sadar sudah berapa kali kamu mengulangi ini semua bukankah begitu? tapi tenang saja bukan hanya kamu saja yang megalami ini masih banyak yang lain dan tentu saja tentang taruhan itu kami berempat bertaruh apakah kau yang kali ini akan segera mati atau tidak, hehe” ucap elf itu sembari memanggil seorang lelaki dengan darah memenuhi celemek dan pakaiannya juga dia membawa pisau daging di tangan kanannya. “tung..gu..dul....lu” belum sesaat dia mencerna semuanya, darah memenuhi tanah sekitar, kaki, tangan, dada, organ dalam dimasukkan ke dalam sebuah karung yang besar seakan-akan isinya adalah binatang hasil berburu bukan manusia hasil pancingan. esok pagi sebuah pesta makan digelar dengan hidangan yang begitu banyak nan lezat. para elf juga peri itu makan dan minum dengan nikmat. di dekat sana terdapat seorang siren yang disalib dengan bulunya dicabuti dan dijadikan hiasan gaun yang dipakai beberapa elf di dekat sana. dan di kuil pemanggilan yang besar dan megah para tetua elf berkumpul sembari mengucapkan mantra pemanggilan dan semua akan dimulai lagi dari awal demi kepuasan para hawa itu. ohh para pria yang malang yang akan segera bertemu ajal ohh para pria yang malang yang terus merasakan neraka tanpa henti ohh para pria yang malang yang akan memenuhi kebutuhan wanita * * * sebuah akhir tanpa henti bagi pengejar harta wanita sebuah akhir yang datang terus menerus tanpa henti surga ataupun neraka di dalamnya.(*)
1
2
3
4
»
Last
Tag
# cerita pendek
# cerpen
# sms
# sastra milik siswa
Share
Koran Terkait
Kembali ke koran edisi Koran Radar Lampung Minggu 10 Desember 2023
Berita Terkini
Perahu Bocor, Seorang Kakek Ditemukan Meninggal Dunia di Danau Ranau, Lampung Barat
Lampung Raya
7 jam
Strategi Pemkab Pesawaran dalam Peningkatan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Lampung Raya
7 jam
Bawaslu Way Kanan Gelar Apel Siaga Pengawasan Pilkada 2024
Politika
7 jam
KPU Pesisir Barat Lampung Siapkan Gerobak Sapi untuk Distribusikan Logistik Pilkada ke Daerah Terpencil
Politika
7 jam
Disdukcapil Pesisir Barat Buka Pelayanan Libur Pilkada 2024
Politika
7 jam
Berita Terpopuler
Iklan Baris 25 November 2024
Iklan Baris
12 jam
Galeri Dekranasda Kabupaten Tanggamus Diresmikan, Pj Bupati Harapkan Peningkatan Ekonomi Masyarakat
Lampung Raya
8 jam
Kopdar Sahabat Baru Daihatsu Silaturahmi Dengan Komunitas Motor Honda
Ekonomi Bisnis
18 jam
136 Peserta CPNS Mesuji Lolos Tes SKD
Lampung Raya
12 jam
Peringati Hari Guru Nasional, PLN Kenalkan Ragam Energi Bersih di Sekolah Global Madani Lampung
Ekonomi Bisnis
14 jam
Berita Pilihan
Bertualang Sambil Healing ke Air Terjun Batu Putu
Wisata dan Kuliner
2 hari
Update Rangking Timnas Indonesia, Skuad Garuda Naik ke Peringkat 125 FIFA Setelah Kalahkan Arab Saudi
Olahraga
2 hari
Cegah Pegal Saat Bekerja di Kantor, Lakukan 10 Langkah Ini!
Kesehatan
3 hari
Konsumsi 8 Jenis Makanan Ini, Perut Buncit Dijamin Hilang
Kesehatan
3 hari
Ingin Tubuh Sehat? Konsumsi 10 Makanan Musuh Kolesterol Jahat Ini
Kesehatan
3 hari