Prof. Sarwono Akan Perkuat Keamanan Siber di Itera
Editor: Syaiful Mahrum
|
Minggu , 03 Nov 2024 - 16:41
ORASI ILMIAH: Prof. Sarwono Sutikno, Dr.Eng., CSX-F., IIAP., CC., guru besar pertama Itera Bidang Keamanan Siber dan Komputasi Pervasif/Hardware Security, saat menyampaikan orasi ilmiah di Gedung Kuliah Umum 1 Itera, Sabtu (2/11). --FOTO ANGGI RHAISA
Juga Bantu Ancaman Keamanan Siber di Lampung
BANDARLAMPUNG - Prof. Sarwono Sutikno, Dr.Eng., CSX-F., IIAP., CC., guru besar pertama Institut Teknologi Sumatera (Itera) Bidang Keamanan Siber dan Komputasi Pervasif/Hardware Security, menyampaikan orasi ilmiah di Gedung Kuliah Umum 1 Itera, Sabtu (2/11).
Prof. Sarwono menyampaikan Orasi ilmiah berjudul Risiko Positif dan Risiko Negatif Keamanan Perangkat. Usai membaca orasi ilmiah, Prof. Sarwono mendapat tanda kehormatan guru besar dari Itera.
Diketahui, Prof. Sarwono Sutikno resmi menyandang guru besar Itera Bidang Keamanan Siber dan Komputasi Pervasif/Hardware Security terhitung pada 1 Maret 2024. Prof. Sarwono merupakan dosen Fakultas Teknologi Industri Program Studi Teknik Informatika Itera.
Dalam orasi ilmiah, Prof. Sarwono membahas salah satu transformasi paling penting dan menentukan dalam teknologi dan keamanan kita: perangkat komputasi Pervasif dan kebutuhan mendesak untuk mengamalkannya.
Menurut Prof. Sarwono, di era digital yang terus berkembang, perangkat komputasi pervasif telah menerobos batas-batas konvensional, menghubungkan dan mengotomatisasi segala aspek kehidupan kita.
"Dari smart home device hingga sistem manajemen kota pintar, teknologi ini telah membuka jalan bagi kemajuan yang luar biasa. Namun, juga risiko dan tantangan baru dalam keamanan S
Siber," jelas Prof. Sarwono.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Prof. Sarwono menyarankan untuk memahami dalam ISO/IEC 15408-1:2022 (Information Security, Cyber Scurity, and Privacy Protection-Evalution Criteria for IT Security Part 1: Introduction and General Model) yang memberikan kerangka kerja umum dan model pengantar untuk evaluasi keamanan IT.
"Standar ini membantu kita menetapkan dasar yang kuat dalam membahas dan mengintegrasikan kriteria evaluasi keamanan dalam komputasi pervasif, memastikan bahwa setiap implementasi teknologi tidak hanya inovatif. Tapi, juga aman," jelas Prof. Sarwono.
Prof. Sarwono menambahkan, komputasi pervasif atau ubiquitous computing merajuk pada integrasi teknologi komputasi ke dalam lingkungan sehari-sehari.
"Konsep ini melampaui sekadar implementasi internet of things (IoT), juga melibatkan aplikasi kecerdasan buatan AI yang mampu membuat keputusan cerdas berdasarkan analisis big data yang terkumpul dari interaksi sehari-hari," jelas Prof. Sarwono.
Menurut Prof. Sarwono, berbagai pemanfaatan perangkat AI, seperti pendidikan, perencanaan kota, keuangan, ketenagakerjaan, pariwisata, media dan hiburan, hukum, pertahanan, otomotif, serta energi.
Prof. Sarwono menyadari penggunaan perangkat AI memang titik akses dan potensi ancaman. ''Antara lain, pembajakan perangkat, kelemahan kode, serangan man in the middle attacks, kelemahan autentikasi, risiko perangkat lunak pihak ketiga, rekayasa sosial, serangan fisik, kesalahan konfigurasi, ketidakcukupan, pembaruan keamanan, dan kebocoran data," katanya.
Untuk menghadapi tantangan terhadap potensi ancaman dalam penggunaan perangkat AI, Prof. Sarwono memberikan strategi dan solusi. ''Antara lain, pengembangan standar global yang lebih inklusif, kerangka kerja keamanan berlapis, dan manajemen risiko AI dengan ISO/IEC TR 24030:2020. Kemudian audit dan sertifikasi reguler, enkripsi data end to end, autentikasi multifaktor, serta pendidikan keamanan siber untuk semua pengguna. Lalu, respons insiden dan rencana pemulihan, penggunaan teknologi AI dalam keamanan siber, integritas keamanan dalam pengembangan produk, serta kerja sama internasional dalam penanganan kejahatan siber," paparnya.
Prof. Sarwono juga menginformasikan bahwa saat ini dirinya mengajar di Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Itera.
"Saya akan memperkuat keamanan Siber bersama AI. Ini adalah hal yang baru. Saya dan teman-teman dosen serta mahasiswa bisa mengembangkan keamanan siber," jelas Prof. Sarwono.
Prof. Sarwono mengaku baru bergabung dengan Itera per November 2023. ''Semoga bisa mengajak teman-teman untuk bergabung dalam membuat tata kelola keamanan siber. Dengan guru besar ini bisa menularkan ilmu saya ke itera dan juga perguruan tinggi lainnya serta keamanan informasi, keamanan siber, serta perlindungan privasi bisa lebih cepat meningkatnya," jelasnya.
Prof. Sarwono menyampaikan, dengan keilmuan didapatkan sebisa mungkin membantu apabila ada kasus atau ancaman keamanan Siber di Provinsi Lampung.
"Mudah-mudahan kita bisa membantu. Ini usaha. Karena keamanan siber itu berubah secara cepat. Jadi kami mungkin di perguruan tinggi. Kalau tidak terjun langsung itu juga ilmunya hanya berdasarkan buku. Justru karena pengalaman ini menolong bersama-sama dengan di Lampung dan Sumatera. Mudah-mudahan keamanan di Pulau Sumatera bisa meningkat sehingga bisa menjadi contoh di Indonesia," jelas Prof. Sarwono.
Prof. Sarwono juga menilai website di pemerintah di Lampung. "Sistem Pemerintah Berbasis Elektronik (SPBE) ini sudah mencapai kabupaten, tetapi orang menjaga mungkin masih kurang. Kurang kemampuan dan kemungkinan honor. Kalau digaji standar, ASN itu lebih baik kerja di Singapura. Itu masalah besar yang harus diskusikan bersama-sama. Karena kalau mereka mampu akan kerja di Eropa, Jeddah, atau di Singapura," ungkapnya.
Terpisah, Rektor Itera Prof. Dr. I Nyoman Pugeg Aryantha bersyukur bahwa Itera bisa melahirkan guru besar pertama yakni Prof. Sarwono.
"Dalam waktu dekat, Itera juga sedang mempersiapkan dua calon guru besar Itera. Satu calon guru besar dari awal mengabdi sebagai dosen Itera," jelas Prof. Aryantha
Prof. Aryantha juga menginformasikan Itera berupaya mendorong dosen-dosen sudah S-3 (doktor), terutama dosen bergelar doktor berusia sekitar 45 tahun, untuk segera menyelesaikan proses guru besar.
"Kami menargetkan guru besar di Itera di bawah usia 45 tahun. Salah satu persyaratan meraih guru besar minimal 10 tahun mengajar," ungkap Prof. Aryantha. (*)