RAHMAT MIRZANI

Festival Kebangsaan di GSG Unila Dapat Apresiasi Mendikbudristek

FOTO BERSAMA: Rektor Unila Prof. Lusmeilia Afriani bersama budayawan dan beberapa artis ternama nasional pada Festival Kebangsaan di GSG Unila, Selasa (21/11).-FOTO SYAIFUL MAHRUM/RADAR LAMPUNG-

BANDARLAMPUNG - Festival Kebangsaan digelar Universitas Lampung (Unila) berkolaborasi dengan PAPPRI dan LPDP mendapat apresiasi Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim. Hal ini diungkapkan Nadiem secara online pada kegiatan yang digelar di GSG Unila, Selasa (21/11).

Nadiem menyatakan Festival Kebangsaan dengan rangkaian acara Dialog Kebangsaan, Konser Musik, dan Pameran Inovasi Teknologi mewakili elemen-elemen kekayaan bangsa Indonesia. ’’Selain itu, semangat yang diusung dalam Festival Kebangsaan ini selaras dengan terobosan Merdeka Belajar Kampus Merdeka  (MBKM) yang terus kita gerakkan dalam empat tahun terakhir ini,” katanya.

Melalui MBKM, lanjut Nadiem, memberikan 910.000 mahasiswa untuk belajar dan berkarya di luar kampus sesuai minat masing-masing. ’’Apresiasi terhadap Unila yang terus mendorong MBKM,” ungkapnya.

Sementara, Irjen Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Chaterina Muliana Girsang berharap Festival Kebangsaan ini menjadi momentum bagi upaya bersama menjadikan perguruan tinggi sebagai proses penyadaran dan penguatan nilai-nilai kebangsaan. ’’Khususnya bagi mahasiswa sebagai tumpuan masa depan bangsa dan pewaris masa depan menunju Indonesia Emas 2045. Kepada civitas dan akademika teruslah berprakarsa dan berkarya memenuhi SDM Indonesia yang berkarakter serta bernilai luhur bangsa Indonesia,” katanya.

Dipandu Dr. Al Zastrouw, Dialog Kebangsaan bertema Musik dalam Gerakan Kebangsaan ini menghadirkan narasumber Sujiwo Tejo, Alffy Rev, Novia Bachmid, Once Mekel, dan Rektor Unila Prof. Dr. Ir. Lusmeilia Afriani, D.E.A., I.P.M., ASEAN.Eng. 

Pada kesempatan ini, Novia Bachmid menceritakan awal karirnya dari Idola Cilik 2013. ’’Saat itu minta izin orang tua memberanikan diri dari kampung di Sulawesi Utara. Pernah bermimpi ingin ada karya, tetapi terus-menerus dikenang. Akhirnya tersampaikan setelah bersama Alffy Rev di Wonderland Indonesia,” katanya.

Rasa cinta terhadap bangsa, lanjut Novi, dimilikinya sejak lahir, yang memang dari desa sudah melihat Indonesia ada beragam budaya suku bahasa yang harus dikembangkan. ‘’Dari niat itu dipertemukan panggilan alam jadi satu kesatuan hingga keluar karya Wonderland Indonesia. Saya nyanyikan lagu dari jiwa dan hati,” ujarnya.

Sedangkan, Once Mekel menyatakan seni itu ilusi kenyataan dalam versi yang indah. ‘’Saya melihat bangsa ini banyak yang harus diperjuangkan. Jadi musik menurut saya pandangan jauh ke depan.

Dengan energi yang diciptakan, melodi, dan dipadu dengan kata-kata, itu menggugah ada sesuatu yang akan dicapai. Saya percaya Indonesia perlu kekuatan lebih karena negara ini merupakan negara modern,” katanya.

Beraktivitas musik, kata Once, dirinya selalu membagi dua. Yakni mencari uang dan berekspresi untuk mempertajam diri. ‘’Bangsa ini jadi istimewa karana jadi angan-angan yang menjadi kenyataan dan musik jadi kata kuncinya,’’ ungkapnya.

Terkait struggle hingga saat ini, Once menyatakan terpenting ada kemauan dan usaha. ‘’Lakukan sesuatu bersenang-senang, bukan terbeban. Apa yang dicapai adalah sebuah bonus. Kita dapat kesempatan, mencoba lebih baik. Reputasi penting dari apresiasi,” tambahnya.

Sementara, Prof. Lusmeilia menyatakan kegiatan ini menyatukan seluruh mahasiswa Unila karena 60 persen dari luar Lampung. ”Kami ingin memberikan motivasi kebersamaan satu bangsa Indonesia,” katanya.

Dalam kurikulum pelajaran, kata Prof. Lusmeilia, Unila sendiri sudah memberikan konsep kebangsaan dan tiap hari besar nasional. ‘’Kami selalu ada upacara dengan pakaian adat masing-masing daerah,” ungkapnya.

Adapun Sujewo Tejo menyatakan bangsa Indonesia krisis adab. ’’Saya katakan Indonesia sekarang ini krisis adab. Padahal sudah diajarkan leluhur kita. Salah satu contohnya janjian bertemu kawan lama, eh sibuk main HP. Letakkan dulu HP itu. Fokus berbicara dan tatap lawan bicara. Saya pernah salah masuk ruangan, di situ masih ada yang menyanyikan lagu. Sujewo Tejo tidak langsung pergi. Dengarkan dulu lagunya sampai selesai meski bukan tujuan di situ,” katanya. (sya/c1/rim)

Tag
Share