Selektif Salurkan Pembiayaan, Topang Kinerja BTPN Syariah Semester I 2024
Fachmy Achmad, Direktur BTPN Syariah (tengah) meninjau para pembuat kain Tapis di Dusun Simbaretno, Tanjungrejo, Negerikaton, Pesawaran belum lama ini. Foto BTPN Syariah--
JAKARTA - Upaya Bank yang selektif dalam menyalurkan pembiayaan berpengaruh terhadap terjaganya kualitas bisnis BTPN Syariah di semester I 2024.
Hal ini ditunjukkan dari rasio-rasio yang sehat, seperti Return on Asset (RoA) dan rasio kecukupan modal (CAR).
Kondisi tersebut memberikan kesempatan Bank untuk menjaga kinerjanya.
“Kinerja BTPN Syariah tetap terjaga terlihat dari rasio-rasio keungan yang sehat, yang memberikan kesempatan Bank untuk terus bertumbuh di masa-masa mendatang. Kami bersyukur bahwa selektif dan menerapkan prinsip kehati-hatian bisa menjaga kinerja bank saat ini, yang lebih dari satu dekade kami bangun,“ ujar Fachmy Achmad, Direktur BTPN Syariah dalam keterangan resminya, Sabtu 27 Juli 2024.
BACA JUGA:Bank Dunia Prediksi Ekonomi Indonesia Tumbuh 5 Persen
BTPN Syariah terus berupaya untuk memperkuat kualitas pembiayaannya dengan membangun solidaritas bagi nasabah inklusi.
Selain itu, sebagai bagian untuk mewujudkan niat baik nasabah lebih cepat, BTPN Syariah juga memberikan apresiasi terhadap kumpulan ibu-ibu nasabah pembiayaan ultra mikro yang telah menunjukkan solidaritas yang kuat dalam membangun perilaku unggul yaitu BDKS (Berani Berusaha, Disiplin, Kerja Keras, dan Saling Bantu).
Ini adalah mimpi nasabah yang diwujudkan BTPN Syariah: Bersama Berkumpul di Pertemuan Rumah Nasabah, Akhirnya Bersama Beribadah di Depan Ka’bah.
BACA JUGA: Amaris Hotel Lampung City Segera Hadir di Kota Tapis Berseri
Hingga semester I 2024, Bank mencatatkan laba bersih sebesar Rp552 miliar dengan penyaluranp pembiayaan sebesar Rp10,44 triliun.
Sementara, rasio keuangan Bank tetap kuat, di mana Return on Asset (RoA) 6,6% dan rasio kecukupan modal (CAR) 50,1%.
BTPN Syariah merupakan satu-satunya bank syariah yang fokus memberdayakan masyarakat inklusi atau mereka yang belum tersentuh layanan keuangan formal (unbankable).
Perempuan menjadi target utama pemberdayaan karena bank percaya, bila perempuan berdaya maka keluarga pasti berdaya.