METRO, RADAR LAMPUNG – Tingginya kebutuhan masyarakat membuat gas elpiji tiga kilogram mengalami kelangkaan di Kota Metro. Sejumlah pangkalan mengaku tidak memiliki stok gas melon tersebut. Bahkan, pasokan gas di pangkalan ludes hanya tempo satu jam saja.
Kebutuhan gas subsidi tiga kilogram di Kota Metro memang meningkat menjelang Hari Raya Idul Fitri. Akibatnya, sejumlah pangkalan gas di sejumlah wilayah mulai kehabisan stok. Seperti yang terjadi di pangkalan gas Andi Kuswoyo di Iringmulyo, Metro Timur.
Di pangkalan ini, stok gas subsidi tiga kilogram ludes hanya dalam waktu satu jam setelah diturunkan dari kendaraan pengangkut. Pengelola pangkalan, Sri Dewi mengaku, pasokan gas elpiji tiga kilogram yang diterimanya terbatas. “Setiap pengiriman hanya dijatah sebanyak delapan puluh tabung gas saja. Sementara menjelang lebaran, kebutuhan masyarakat mengalami peningkatan,” ujarnya.
Menurut dia, pihaknya hanya membanderol harga gas melon seharga Rp18 ribu. Harga yang relatif murah dibandingkan pangkalan lain ini, membuat pedagang gas dari luar Kota Metro turut membeli ke pangkalan tersebut.
Sebelumnya diberitakan, warga Kotabumi, Lampung Utara, mengaku resah melihat kondisi harga gas elpiji 3 kg alias gas melon yang kian melejit. Sudah menjadi tradisi tahunan, harga yang begitu mahal membuat masyarakat kurang mampu kian pusing dibuat dengan naiknya harga elpiji 3 kg.
Harga gas elpiji 3 kg yang sebelumnya Rp22.000 naik menjadi Rp40.000-Rp50.000. ''Saya kemarin beli gas elpiji 3 kg Rp40.000. Ada juga yang beli Rp50.000,'' kata Parida (53), salah satu warga.
Parida mengungkapkan, tingginya harga gas elpiji 3 kg ini terjadi sejak adanya kelangkaan sebulan terakhir. Tepatnya pada pelaksanaan Pemilu 2024 hingga jelang Idul Fitri 1445 H.
"Saya nggak tahu penyebabnya apa. Tapi yang pasti ini sangat meresahkan. Karena semuanya naik. Sembako terutama beras juga mahal," ucap Parida.
Hal senada juga disampaikan Angga (30), warga Kelurahan Tanjungsenang, Kecamatan Kotabumi. Angga menyebut harga gas elpiji 3 kg kini naik sekitar Rp37.000 hingga Rp45.000.
"Harga normal biasanya Rp22.000, sekarang Rp45.000. Saya nggak tahu kalau harga daerah lainnya. Mungkin lebih mahal lagi," ujar Angga.
Sementara Kepala Dinas Perdagangan Lampura Hendri mengaku pemerintah daerah berkomitmen menjaga ketersediaan barang bersubsidi. Khususnya gas elpiji 3 kg, kata Hendri, saat ini PT Pertamina telah menambah alokasi sebanyak 11.000 tabung untuk disalurkan di Lampura.
"Sesuai perintah Bapak Pj. Bupati Aswarodi, kita terus melaksanakan koordinasi dengan Pertamina untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan agas elpiji 3 kg. Alhamdulillah, kita mendapatkan tambahan 11.000 dari sebelumnya 22.000 direalisasikan di Lampura," kata Hendri.
Dinas Perdagangan, kata Hendri, siap menampung aspirasi masyarakat bila kedapatan ada pangkalan atau agen nakal yang menjual gas elpiji 3 kg tidak sesuai HET kepada bukan yang membutuhkan. "Semisal menjual gas elpiji 3 kg kepada ASN, pengusaha, dan lainnya. Kita akan tindak sesuai peraturan perundang-undangan," tegasnya.
Hendri berharap ada peran serta masyarakat untuk ikut mengawasi gas elpiji 3 kg. "Ya, kita harapkan ada peran serta masyarakat ikut mengawasi. Kalau ada yang nakal, nanti direkomendasikan kepada aparat hukum menindaknya. Sebab, pemerintah daerah terbatas pengawasannya," ungkapnya. (*)