"Tring!" Suara alarm mulai berbunyi di pagi hari mengusik tidur Dara yang nyenyak. Suara bising yang ia abaikan membuat seisi kamarnya terlihat kacau.
"Hua...." Ia terbangun sambil mematikan alarm yang terus berdering. Masih setengah sadar ia melirik ke arah jam di mejanya. Seketika tubuhnya membeku dan terkejut memandang jarum jam menunjukkan pukul tujuh pagi.
"Habis sudah!" Ia meringis sambil berlari ke kamar mandi. Ia segera bersiap untuk berangkat sekolah. Guru dan teman-temannya pasti sudah memulai aktivitas belajar, sedangkan ia baru bangun dari empuknya tilam. Panik, sambil terburu-buru, ia tak sadar telah meninggalkan barang paling penting di kamarnya.
"Ibu, aku berangkat sekarang," ia mulai berpamitan tanpa menyentuh sarapan di meja makan.
BACA JUGA:Tentang Cinta Anak Sekolah: Cerita yang “Stereotipe”
"Kamu terlihat berbeda hari ini," ujar ibunya yang menyadari ada sesuatu yang kurang dari anak gadisnya. Tak sempat mengucapkan apa pun, ibu hanya dapat meletakkan bekal di dalam tas Dara. Suara klakson dari sepeda motor ayah membuat suasana semakin riuh. Dara yang terbiasa datang lebih awal menjadi panik disertai wajah yang ingin menangis. Ayahnya yang menunggu di atas sepeda motor sejak tadi mulai menunjukkan raut wajah bosan.
"Ayo, aku telat!" Dara semakin panik. Tak tahu mengapa jalanan menuju sekolah terlihat samar, tak seperti biasanya. Ayah memutar gas dengan kecepatan maksimal hingga ia sampai di depan pintu gerbang sekolah. Entah apa yang dilihat Dara setelah sampai di gerbang sekolah. Ia langsung masuk ke dalam sekolah tanpa melihat satpam yang tengah menjaga gerbang. Ternyata ayah Dara menyadari hal yang sama dengan ibu Dara di rumah. Ada yang berbeda dari putrinya hari ini. Dara mulai berjalan menuju kelasnya dan memasuki pintu yang sama warnanya dari setiap kelas.
"Selamat pagi. Maaf, Bu, saya telat. Sejak tadi pagi jalanan macet." Ia menghampiri guru di depan kelas, mencoba memberikan alasan yang biasa dibuat oleh setiap murid yang terlambat.
"Pagi, kamu dari kelas mana?" suara guru yang asing terdengar, bukan seperti suara guru yang tengah mengajar di kelas seperti biasanya. Dara mulai melihat dengan jelas saat mendekat. Benar dugaannya, itu bukan guru yang mengajar di kelasnya, tapi guru dari kelas lain. Tak lama kemudian, suara gelak tawa terdengar dari seluruh siswa di kelas. Ia melihat ke sekeliling kelas dengan samar-samar. Sesaat ia mulai menyadari ruangan yang dimasukinya bukan kelasnya. Dara terdiam dan malu.
"Maaf Bu, saya…" badannya gemetar tak dapat mengatakan apa pun.
BACA JUGA:Tips Membentuk Iguana Kontes, Pemilihan Kandang Faktor Utama Agar Anatomi Tubuh Bagus
"Tak apa, sebaiknya kamu pergi ke kelasmu." Bu guru terlihat maklum sembari mengiringinya keluar kelas.
Kini Dara tersadar bahwa kacamata yang biasa digunakannya tertinggal di kamar. Setelah Dara masuk ke kelasnya, ia langsung menghampiri guru yang ada di depan kelas dan melihatnya dengan teliti karena takut salah kelas seperti sebelumnya.
"Maaf, Bu, saya lupa..." tak sempat mengatakan yang telah terjadi, Bu guru langsung menyuruhnya duduk. Teman sebangkunya melambaikan tangan ke arahnya, walaupun samar ia mengetahui bahwa itu Lia.
"Kok kacamatanya tidak dipakai?" tanya Lia.