Bayi Meninggal usai Operasi, RSUDAM Disorot

Rabu 20 Aug 2025 - 21:21 WIB
Reporter : Handika
Editor : Yuda Pranata

Pelayanan pihak rumah sakit dirasa tak maksimal kepada bayi yang baru saja menjalani tindakan operasi, rupanya menyulut kekecewaan pihak keluarga.

"Saya sangat kecewa karena si bayi ini benar-benar tidak ditangani dengan baik. Saya melihatnya miris baju bayi basah, popok dari ruang operasi basah sebagian ada bercak darah tidak sedikit, dan itu saya yang mengganti semuanya tanpa bantuan dari perawat," kritiknya.

"Sampai meninggal dunia, dokter BR tidak datang dia bilang memantau dari balik layar, yang ada dokter AN, dia yang mengecek dan memacu jantung saat bayi sudah membiru," tegas Elda Matani dengan mata berkaca-kaca.

Penjelasan dokter AN kepada keluarga, kondisi bayi paska operasi cukup baik dan bekas operasi baik-baik saja, sempat menurunnya kesehatan terjadi karena jantung bawaan dari si bayi.

"Kita sudah memberitahu dokter BR dan menginstruksikan untuk segera PICU tapi ruang PICU penuh, dan si bayi dibantu dengan alat nafas manual sampai akhirnya meninggal dunia," ujar Elda Matani.

Sedihnya lagi, ditengah kondisi memerlukan penanganan segera, pihak Rumah sakit justru menyuruh mencari sendiri alat PICU ke Rumah Sakit Urip Sumoharjo.

Situasi itu, semakin menambah rasa kekecewaan keluarga dan mempertanyakan kenapa tidak antar pihak rumah sakit yang saling berkomunikasi mendatangkan alat PICU.

"Pihak Rumah Sakit Urip Sumoharjo sempat mempertanyakan, kenapa tidak langsung dari pihak RSUD Abdul Moeloek yang menghubungi. Dan begitu saya menginfokan ke dokter bahwa alat itu ada, dokter itu menyatakan bayi sudah meninggal dunia," tandas Elda Matani.

Saat dikonfirmasi terkait kejadian meninggalnya Alesha Erina Putri paska tindakan operasi, Humas RSUD Abdul Moeloek, Desy membalas singkat , "Terima kasih atas informasinya mas. Segera kami kabari setelah info detail diterima,” ucapnya.

Sementara itu, penjelasan dokter BR kepada media yang mengkonfirmasi, penerapan teknik operasi dan alat yang digunakan atas pilihan pihak keluarga.

"Karena pasien itu minta teknik operasi dengan membutuhkan alat yang spesifikasinya tidak ada di rumah sakit, itu pilihan. Saya sudah bilang teknik operasi yang simpel tapi butuh alat yang spesifik mesti dicari. Saya sudah bilang sama mereka, untuk operasi yan biasa saja memang tidak simpel," bebernya.

"Tapi mereka ingin yang simpel. Saya tidak memaksa mereka untuk pilihan, itu pilihan mereka," timpal BR, Dokter yang melakukan operasi.

Terpisah, dimintai tanggapan terkait pembelian alat keperluan operasi oleh pihak keluarga pasien langsung melalui dokter BR apakah diperkenankan secara kode etik dan profesi, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Bandar Lampung, Khadafi Indrawan menyatakan, akan mempelajari hal itu.

"Baik, saya pelajari dulu mas, karena tidak semudah itu memutuskan ada masalah etik atau tidak," jawabnya.

Lalu, Khadafi Indrawan memaparkan, banyak sisi yg harus di kaji. Diantaranya, pertama, alat apa yang digunakan, apakah memang ada indikasi untuk penggunaan alat tersebut.

Kedua, apakah memang alat tersebut tidak tersedia di rumah sakit. Tiga, apakah penggunaan alat tersebut di tanggung oleh BPJS. Keempat, apakah sudah di jelaskan kepada keluarga secara baik, keluarga paham serta setuju untuk penggunaan alat tersebut. "Jadi, banyak faktor, coba saya telusuri terlebih dahulu," tutupnya. (hdk/c1/yud)

Tags :
Kategori :

Terkait