JAKARTA – Salah satu Komandan Organisasi Papua Merdeka (OPM) Enos Tipagau dilaporkan tewas dalam operasi militer TNI di Kampung Puyagia, Distrik Sugapa, Intan Jaya, Papua, pada Sabtu (5/7) sekitar pukul 05.00 WIT.
Kabar tewasnya Enos juga dikonfirmasi oleh pihak yang menamakan diri sebagai Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) melalui media sosial. Dalam pernyataannya, Brigjen Undius Kogoya, yang mengaku sebagai Panglima Kodap VIII Intan Jaya, menyebut Enos berpangkat Mayor dan menjabat sebagai Komandan Batalyon Angin Bulla.
Menurut laporan tersebut, Enos ditembak dalam kondisi tidak melakukan perlawanan, dan tidak ditemukan barang bukti senjata api saat penyergapan berlangsung.
Sebelumnya, Enos sempat ditangkap oleh aparat TNI pada 5 Februari 2022 di Mimika karena terlibat kontak senjata. Ia divonis tiga tahun penjara, namun berhasil kabur dari Lapas Nabire pada 2023 dan kembali bergabung dengan kelompok TPNPB Kodap VIII.
Pihak TNI menyampaikan bahwa penyergapan dilakukan oleh tim gabungan setelah memperoleh informasi dari warga terkait pergerakan kelompok OPM di wilayah pegunungan.
Kapuspen TNI Mayjen Kristomei Sianturi menyatakan bahwa Enos Tipagau merupakan pelaku teror terhadap masyarakat. Ia disebut telah melakukan pembakaran rumah warga, honai adat, puskesmas, sekolah, hingga menyandera pekerja dan warga sipil sebagai tameng hidup.
“Tindakan Enos dan kelompoknya sangat meresahkan. Mereka melakukan aksi kekerasan untuk menciptakan ketakutan di tengah masyarakat,” ujar Kristomei.
Sementara itu, TPNPB Kodap III Ndugama Derakma mengklaim bertanggung jawab atas penembakan seorang prajurit TNI, Serda Ammar Jihad, di Distrik Kenyam, Kabupaten Nduga, pada Jumat, 4 Juli 2025.
Dalam pernyataan resminya, TPNPB menyebut serangan itu sebagai bagian dari perjuangan bersenjata untuk memisahkan Papua dari Indonesia.
Manajemen Markas Pusat Komnas TPNPB menyatakan bahwa satu-satunya jalan damai adalah melalui perundingan internasional di tempat netral dengan pihak ketiga sebagai mediator.
Namun hingga kini, pemerintah Indonesia tidak mengakui TPNPB sebagai entitas politik, melainkan sebagai kelompok kriminal bersenjata (KKB). Pemerintah juga menegaskan bahwa Papua merupakan bagian sah dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Diketahui juga, Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) membantai enam guru di Yahukimo, Papua, pada Jumat (21/3).
Pembunuhan tersebut diakui oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) melalui rilis yang disebarkan di jejaring media sosial.
Sebby Sambom, Juru Bicara Komnas TPNPB, mengungkapkan bahwa penembakan terhadap para guru dilakukan oleh Pasukan TPNPB Kodap XVI Yahukimo sebagai respons terhadap pernyataan Panglima TNI, Jenderal TNI Agus Subiyanto.
Menurut Sebby, TPNPB melakukan penembakan dan pembakaran sekolah di Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo, sebagai reaksi atas pernyataan Panglima TNI yang menyebutkan bahwa anggota TNI ditugaskan sebagai guru di Papua.
Jenderal TNI Agus menyampaikan bahwa penugasan anggota TNI di sekolah-sekolah Papua bukanlah bentuk dwi fungsi TNI, melainkan multi fungsi TNI, yang juga mencakup pengajaran dan pelayanan kesehatan di wilayah tersebut.
Menanggapi pernyataan tersebut, TPNPB langsung mengambil tindakan cepat. Mereka mengklaim bahwa penyerangan terhadap para guru dan pembakaran rumah-rumah di Distrik Anggruk adalah suatu tindakan yang tepat dan sesuai dengan pernyataan Panglima TNI yang menyebutkan bahwa guru-guru tersebut adalah anggota TNI.
“Semua guru dan tenaga kesehatan yang bertugas di Papua adalah anggota TNI,” ujar Sebby Sambom dalam rilisnya, menekankan bahwa serangan tersebut merupakan respons atas pernyataan tersebut.
Pihak TPNPB juga mengeluarkan peringatan kepada masyarakat Papua yang tinggal di wilayah konflik bersenjata dan kepada pasukan TPNPB di seluruh Papua untuk siap melawan serta membunuh imigran Indonesia yang dianggap telah masuk ke wilayah Papua.
Mereka menilai semua orang luar yang bekerja sebagai guru atau tenaga medis adalah bagian dari militer Indonesia dan dengan pengesahan RUU TNI, mereka dianggap sebagai target yang sah.
Pasca penembakan tersebut, pihak TNI dilaporkan telah mengerahkan pasukan TNI dan Polri ke Bandara Nop Goliath Yahukimo menggunakan dua pesawat sipil, satu pesawat Hercules, dan tiga helikopter TNI AU untuk merespons situasi yang semakin memanas di kawasan tersebut.
Peristiwa ini menambah ketegangan dalam konflik yang terus berlangsung antara kelompok separatis dan aparat keamanan di Papua. (disway/c1/abd)
Kategori :