Indonesia Butuh Investasi Rp7.500 Triliun demi Target 2026

Selasa 01 Jul 2025 - 20:33 WIB
Reporter : Yuda Pranata
Editor : Yuda Pranata

“Saldo akhir tahun dari kas negara tahun 2024 adalah Rp 457,5 triliun. Saldo ini pada level memadai dan berfungsi untuk menyanggah fiskal, terutama di dalam masa transisi pemerintahan dan menghadapi berbagai kemungkinan risiko dinamis global,” ujar Sri Mulyani dalam Rapat Paripurna ke-21 DPR RI, Jakarta, Selasa (1/7/2025).

Saldo anggaran tersebut berasal dari Saldo Anggaran Lebih (SAL) yang mencapai Rp 459,5 triliun, dan telah dimanfaatkan sebagian untuk pembiayaan APBN dan penyesuaian lainnya. Sri Mulyani menegaskan, posisi kas negara mencerminkan ketahanan fiskal yang tetap solid.

Dalam laporan neraca pemerintah per 31 Desember 2024, total aset negara tercatat sebesar Rp 13.692,4 triliun, dengan kewajiban sebesar Rp 10.269 triliun dan posisi ekuitas mencapai Rp 3.424,4 triliun.

“Hal ini menggambarkan kekayaan bersih negara dan kapasitas fiskal yang tetap dapat terjaga dan diandalkan untuk menopang kebutuhan pembangunan nasional secara berkelanjutan,” pungkasnya.

BACA JUGA:Diduga Lindungi Tambang Ilegal, Oknum Mengaku Jenderal BIN Dilaporkan ke Polisi

Saldo kas negara ini sekaligus menjadi fondasi fiskal untuk menopang pelaksanaan APBN 2025 di bawah pemerintahan baru Presiden Prabowo Subianto.

Dia menjelaskan, Perekonomian Indonesia pada tahun 2024, tumbuh sebesar 5,03 persen dengan inflasi yang juga terkendali.

Dimana, pertumbuhan itu didorong oleh konsumsi rumah tangga yang terjaga di angka 4,94 persen secara tahunan (year on year/yoy), pertumbuhan investasi sebesar 4,61 persen yoy, serta pertumbuhan ekspor Indonesia tumbuh sebesar 6,5 persen yoy.

“Inflasi tahun 2024 ditutup pada 1,6 persen year on year, jauh di bawah asumsi APBN 2024 sebesar 2,8 persen. Meskipun sempat mengalami tekanan akibat volatile food, inflasi tetap bisa dikendalikan,” katanya dalam agenda Pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN 2024 di Rapat Paripurna ke-21 DPR RI, Selasa (1/7/2025).

BACA JUGA:Putusan MK Soal Pemilu Dipisah Picu Polemik, NasDem: Bisa Timbulkan Krisis Konstitusional

Menurut Sri Mulyani, pencapaian ini menunjukkan bahwa kebijakan fiskal 2024 telah dijalankan dengan hati-hati dan adaptif. Konsumsi masyarakat tetap kuat meski di tengah ketidakpastian global, dan investasi tetap tumbuh positif.

“Hal ini menggambarkan kegiatan ekonomi meskipun mengalami berbagai adjustment akibat harga komoditas, tetap bisa berjalan cukup baik,” ungkap Sri Mulyani.

Dia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi ini sejalan dengan kinerja pendapatan negara yang mencapai Rp 2.850,6 triliun atau naik 2,4 persen dibanding tahun sebelumnya. Sementara itu, belanja negara naik menjadi Rp 3.359,8 triliun, meningkat 7,6 persen dari tahun 2023.

Defisit APBN pun berhasil ditekan menjadi hanya 2,3 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), lebih rendah dari perkiraan awal sebesar 2,7 persen. “Ini menggambarkan kebijakan fiskal dikelola secara prudent dan berkelanjutan meskipun berbagai kebutuhan agenda nasional terus meningkat,” katanya.

Dengan kondisi ini, Sri Mulyani menyatakan bahwa APBN 2024 telah memberikan bantalan yang kuat bagi stabilitas ekonomi nasional dan menjadi fondasi penting untuk transisi pemerintahan ke Presiden terpilih Prabowo Subianto.

Sri Mulyani mencatat realisasi belanja negara tahun 2024 meningkat naik 7,6 persen menjadi Rp 3.359,8 triliun, dibanding tahun sebelumnya.

Tags :
Kategori :

Terkait