Langkah Strategis Bangun Ekonomi Lampung
BANDARLAMPUNG – Provinsi Lampung mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup menjanjikan pada triwulan I tahun 2025.
Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung merilis data bahwa pertumbuhan ekonomi Lampung mencapai 5,47 persen. Angka ini melampaui proyeksi Bank Indonesia, yang sebelumnya mematok pertumbuhan ekonomi Lampung berada di kisaran 4,6 hingga 5,3 persen.
Pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang stabil, peningkatan investasi, serta optimisme konsumen terhadap perekonomian daerah.
BACA JUGA:Kecurangan UTBK SNBT Dibongkar
Menyikapi capaian ini, Radar Lampung TV menggelar dialog ekonomi dengan tema Langkah Strategis Membangun Ekonomi Lampung. Pada dialog ini menghadirkan Ketua Dewan Pertimbangan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Lampung Hi. Ardiansyah, S.H. dan peneliti ekonomi dari Center for Urban and Regional Studies (CURS/PSKD) Erwin Oktavianto.
Dalam dialog tersebut, Erwin menekankan bahwa posisi geografis Lampung yang berada di ujung selatan Pulau Sumatera dan dekat dengan Pulau Jawa merupakan sebuah keuntungan strategis.
’’Lampung punya potensi besar, baik secara regional maupun nasional. Letaknya yang strategis membuka peluang pengembangan ekonomi lintas daerah," ungkap Erwin.
Ia menyebut sektor pertanian masih menjadi penopang utama perekonomian Lampung. Dari 17 sektor ekonomi yang menjadi indikator pertumbuhan, pertanian menempati posisi tertinggi dalam kontribusinya terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Lampung.
Namun, kekuatan Lampung tidak hanya pada pertanian. "Ada tiga sektor utama yang saling terhubung, yakni pertanian sebagai sektor hulu, industri sebagai sektor pengolah, dan perdagangan sebagai sektor hilir," bebernya.
Menurutnya, kombinasi ini dinilai sebagai fondasi kuat untuk mendorong kemandirian ekonomi daerah. Erwin memaparkan bahwa Lampung juga dikenal sebagai daerah swasembada pangan dan memiliki kontribusi penting dalam menyuplai kebutuhan pangan nasional.
Meski demikian, Lampung menghadapi tantangan serius dalam hal pendapatan per kapita. “Dari seluruh provinsi di Sumatera, Lampung masih berada di peringkat tiga atau empat terbawah dalam hal pendapatan per kapita. Ini tantangan besar bagi pemerintah daerah untuk mendorong pemerataan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat,” ujar Erwin.
Senada dengan itu, Ardiansyah atau yang akrab disapa Bang Aca menyoroti bahwa kekuatan Lampung di sektor pertanian, perkebunan, dan peternakan sejatinya belum sepenuhnya dimaksimalkan.
’’Produksi singkong, padi, nanas, kakao, hingga lada Lampung adalah yang tertinggi. Tetapi kenapa potensi sebesar ini belum bisa membawa Lampung menjadi kekuatan besar, setidaknya di Sumatera?” tanyanya.
Menurut Bang Aca, kunci keberhasilan pembangunan ekonomi Lampung terletak pada kemauan dan keseriusan pemerintah dalam mengoptimalkan potensi unggulan daerah.