Ditambah lagi tingginya angka pengangguran yang kesulitan dihadapi oleh penduduk setempat dalam mencari pekerjaan.
Meskipun dalam sektor pertanian dan perdagangan sebagai penyumbang utama lapangan kerja, variasi pekerjaan terbatas menimbulkan tekanan ekonomi yang kuat, khususnya di kalangan generasi muda yang mencari peluang lebih luas.
"Dalam hal ini Negara harus hadir dalam mengentaskan Pengangguran karena dapat berdampak negatif terhadap pembangunan nasional, tingginya angka pengangguran juga akan mengakibatkan nilai komponen upah semakin kecil, sehingga berdampak pada pendapatan per kapita nasional," terangnya.
Yohanes Joko Purwanto juga menyoroti, tingginya angka pengangguran juga dapat menyebabkan menurunnya permintaan dan penawaran di pasar yang juga dapat mempengaruhi tingkat investasi suatu negara serta bisa menyebabkan persoalan sosial politik, seperti peningkatan kriminalitas.
Menurunkan standar hidup dan juga dapat menyebabkan banyak sumber daya manusia (SDM) terbuang sia-sia. "Untuk itu 1 Mei 2025 ini pengingat bahwa tidak ada hak yang turun dari langit, semua diraih lewat perjuangan. Namun tahun 2025 menjadi tahun yang penuh ancaman bagi kaum buruh dan kelas pekerja lainnya," terangnya.
'Kapitalisme global berada dalam krisis struktural. Ketimpangan melebar, harga-harga melonjak, dan penguasa justru menjawabnya dengan militerisasi, pembungkaman, dan kriminalisasi," sambungnya.
Di Indonesia, negara kian berubah menjadi alat kekuasaan segelintir elite. UU Cipta Kerja adalah simbol nyata hukum dibuat bukan untuk melindungi rakyat, tapi untuk menjamin profit bagi para pemilik modal.
UU TNI yang telah disahkan dan rencana revisi UU Polri adalah langkah mundur demokrasi yang serius membuka jalan bagi represi terbuka atas gerakan mundur demokrasi yang serius membuka jalan bagi represi terbuka atas gerakan rakyat.
"Saat ini, kita tidak hanya ditindas di tempat kerja tapi juga dikekang dalam ruang publik, dibungkam dalam wacana, dan dicabut masa depannya secara sistemik," ungkapnya.
"Inilah bentuk penjajahan gaya baru. Sejarah May Day adalah sejarah kita. Bukan milik negara, bukan milik pengusaha,Bukan milik birokrasi. May day milik mereka yang bekerja, yang ditindas, dan yang bermimpi akan dunia yang lebih adil," terangnya.
" Lebih lanjut Yohanes Joko Purwanto menyampaikan, kita adalah pewaris perjuangan Haymarket, pewaris serikat tahun 50-an, pewaris gerakan mogok nasional.
"Dan kini, tugas kita bukan hanya memperingati tetapi meneruskan perjuangan itu! Untuk May Day 2025 ini bukan sekadar aksi simbolik ini adalah momen kekuatan rakyat pekerja untuk menyatakan bahwa kita tidak akan diam, tidak akan pasrah, dan tidak akan tunduk,' tegasnya. (pip/c1/yud)