Langkah Menjadi Manusia yang Layak

Jumat 07 Feb 2025 - 22:23 WIB
Reporter : Tim Redaksi
Editor : Tim Redaksi

Oleh: Dhimas Anugrah*

MANUSIA yang layak adalah mereka yang tidak menyakiti sesamanya. Hal ini karena ia menyadari bahwa harga dirinya terikat erat dengan penghormatan terhadap martabat orang lain. Ia memahami bahwa dalam setiap tindakan baik yang dilakukan, ia tidak hanya menjaga harmoni sosial, tetapi juga memperdalam kesadaran akan tanggung jawab moral di dunia ini. 

Sejalan dengan ini, Immanuel Kant menyatakan: "Bertindaklah sedemikian rupa sehingga engkau memperlakukan kemanusiaan, baik dalam dirimu sendiri maupun dalam diri orang lain, selalu sebagai tujuan, dan bukan semata-mata sebagai sarana". (Groundwork of the Metaphysics of Morals) Trans. by Mary Gregor. Cambridge: Cambridge University Press, 1997.

Artinya, bagi Kant, manusia perlu diperlakukan sebagai tujuan, bukan sekadar sarana. Ini karena setiap manusia memiliki martabat yang melekat pada dirinya sendiri. Dengan mengakui martabat ini, manusia diajak memperlakukan orang lain dengan penghormatan yang sama seperti yang ia harapkan untuk dirinya sendiri. 

BACA JUGA:Nilai Tukar Petani Lampung Januari 2025 Naik 2,38 Persen Lebihi NTP Nasional

Sikap yang memperlakukan manusia hanya sebagai alat, itu melanggar prinsip moral universal dan mencederai keadilan sosial. Kesadaran ini sudah selayaknya mendorong manusia mempertimbangkan dampak tindakannya terhadap martabat orang lain. Sebab, penghormatan terhadap sesama akan memperkokoh tatanan moral dan menciptakan kehidupan sosial yang harmonis di antara manusia.

 

Melihat Manusia Lain sebagai Diri Sendir

 

Dengan demikian, manusia yang layak adalah manusia yang mampu melihat dirinya sebagai bagian dari kumpulan yang lebih besar, di mana setiap insan memiliki nilai intrinsik yang tidak dapat direduksi.

 

Dalam perspektif filsafat moral, hal ini mengacu pada prinsip kesetaraan universal, di mana semua manusia berhak diperlakukan dengan adil dan penuh penghargaan, tanpa memandang status, agama, latar belakang ekonomi-pendidikan, atau kepentingan pragmatis.

 

Ketika seseorang memilih tidak menyakiti orang lainnya, ia tidak hanya menegaskan komitmennya terhadap nilai-nilai kemanusiaan, tetapi juga mengakui bahwa kebahagiaan dan penderitaan orang lain memiliki bobot moral yang setara dengan dirinya sendiri.

 

Tags :
Kategori :

Terkait