SUMBAR - Gunung Marapi di Sumatera Barat yang meletus pada Minggu (3/12) diketahui telah menunjukkan aktivitas dan status level II (waspada) sejak 2011.
Status ini mencakup larangan untuk melakukan pendakian ke Gunung Marapi hingga radius 3 kilometer dari puncak kawah.
Setelah terjadi aktivitas erupsi tiga hari yang lalu, diketahui bahwa banyak pendaki melanggar batas jarak yang berbahaya.
Berdasarkan data sementara hingga Senin (4/12), total ditemukan 11 pendaki dalam keadaan meninggal. Update operasi tim SAR mencatat bahwa 52 orang telah turun dari gunung dalam keadaan selamat, 5 orang telah meninggal, 8 orang dalam proses evakuasi, dan 10 orang masih dalam pencarian.
Identitas korban meninggal dunia termasuk Nazatra Adzin Mufadhal, Muhammad Adan, Muhammad Teguh Amanda, Nurva Afitri, dan Muhammad Alfikri.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendra Gunawan menyatakan bahwa informasi dari relawan evakuasi menunjukkan bahwa korban yang paling terdampak berada di jarak antara 1 hingga 1,5 kilometer dari puncak.
Tim SAR masih terus mencari beberapa korban dan akan terus memperbarui informasi terkait erupsi Gunung Marapi.
Saat evakuasi dilakukan, Ardizal Datuak Panghulu Kayo, seorang relawan evakuasi, melaporkan bahwa jalanan menuju puncak dalam kondisi licin.
Ia menyatakan bahwa saat itu erupsi masih berlangsung, sehingga evakuasi korban di daerah puncak menjadi sulit.
’’Selain asap erupsi, juga hawa panas. Jadi, sangat sulit menuju ke korban karena terhalang oleh situasi dan kondisi tersebut,” katanya.
Diketahui juga bahwa lokasi penemuan para korban menunjukkan pelanggaran larangan radius 3 kilometer dari puncak.
Hendra menjelaskan bahwa aturan tersebut telah diberikan oleh PVMBG berdasarkan karakteristik Gunung Marapi.
Meskipun Gunung Marapi berstatus waspada selama 12 tahun dan telah meletus lima kali pada 2011, 2012, 2014, 2017, dan 2018, tidak ada dampak yang signifikan dari letusan di radius lebih dari 3 kilometer.
Gunung Marapi cenderung mengalami erupsi dengan karakteristik aliran lava dan jatuhan material. ’’Saat tidak meletus itu bukan berarti aman, malah tidak aman. Karena bersifat akumulatif, erupsinya menjadi lebih kuat. Ada akumulasi gas di dasar kawah,” tambahnya. (jpc/c1/ful)
Kategori :