BANDARLAMPUNG - Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan salah satu program utama Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka saat menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI. Program ini menjadi pertaruhan politik keduanya dalam mendapatkan simpati masyarakat.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Universitas Lampung Bendi Juantara menanggapi program kerja Prabowo-Gibran yang menyentuh masyarakat langsung sedang dalam proses berjalan.
Menurutnya, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan program ini. Masalah-masalah yang muncul misalnya mengenai ketersediaan anggaran, distribusi makanan di lapangan, kandungan gizi di makanan, hingga dampak lingkungan dari limbah kebijakan tersebut.
’’Dengan menjadikan MBG sebagai program unggulan di awal kekuasaan Prabowo. Selain itu target Prabowo dalam keberpihakan terhadap anak Indonesia menjadi bagian penting dalam membangun kerangka pembangunan Indonesia emas 2045 bidang SDM,” ujarnya, Kamis (16/1).
BACA JUGA:PT Semen Baturaja Ogah Tanggaapi Pencemaran Lingkungan
Hal ini, lanjut dia, dapat menjadi contoh komitmen Prabowo dalam menuntaskan masalah publik. Namun, pelaksanaan programnya yang baru dan sifatnya langsung tentu akan menghadirkan berbagai tantangan, mulai sasaran program, pola distribusi, hingga anggaran.
Ia menilai kebijakan MBG akan menjadi pertaruhan politik bagi Prabowo. Jika program ini diimplementasikan dengan baik, lanjutnya, maka dapat memunculkan kepercayaan pada pemerintah.
Begitu sebaliknya, jika manajemennya berantakan, hal-hal yang tidak diantisipasi oleh Prabowo kemungkinan terjadi.
’’Bahkan apabila makan bergizi dipersiapkan dengan matang, bukan tidak mungkin keterpilihan Prabowo di periode kedua menjadi garansi. Sebab, calon presiden petahana biasanya ditopang oleh program-program unggulannya,” ujarnya.
BACA JUGA:Eksekusi Lahan, Pemprov Buka Posko Terpadu
Karena itu perlu ada kesiapan yang matang dengan kerangka rencana program yang baik, serta dukungan para pihak untuk dapat menyukseskan program ini.
’’Karena program ini langsung, maka akan menjadi sorotan bagi publik. Oleh karena itu program MBG perlu dikemas dengan baik, harus memenuhi standardisasi kebutuhan gizi. Jangan sampai kegagalan dalam implementasi kebijakan ini membawa implikasi ketidakpercayaan publik dan jelas jadi pertaruhan politik bagi Prabowo ke depan,” ujarnya.
Selain itu, penting juga untuk memastikan adanya pengawasan yang ketat agar bantuan yang diberikan tepat sasaran dan memenuhi standar gizi yang dibutuhkan masyarakat.
Sementara, pengamat politik dari Universitas Lampung (Unila) M. Iwan Satriawan, menyebut segala sesuatu tidak bisa menilai sesuatu dari pertama atau dua bulan kinerja.
“Kita tunggu sampai 90 hari kerja atau 3 bulan pelaksanaan dari makan gratis ini, nanti akan ada evaluasi,” pungkasnya.