Melihat Distribusi Logistik Pilkada Lampung
Pendistribusian logistik Pilkada 2024 di Desa Wayharu, Kecamatan Bangkunat, Kabupaten Pesisir Barat, menjadi cerita penuh tantangan. Desa yang terletak di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) ini menghadirkan tantangan berat bagi petugas Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk memastikan logistik pemilu sampai tepat waktu dan aman.
Laporan JENI PRATIKA SURYA
JALAN menuju Desa Wayharu menjadi salah satu penghalang utama. Petugas harus menempuh perjalanan selama 4 jam dengan sepeda motor untuk mencapai desa terakhir yang dapat dilalui kendaraan. Selanjutnya, mereka melewati jalan setapak yang terjal, menaiki bukit, menyeberangi sungai, dan melewati belantara.
Pendistribusian logistik pilkada di daerah terpencil seperti Desa Wayharu, Kecamatan Bangkunat, Pesisir Barat, menjadi cerminan nyata dari tantangan pembangunan yang belum merata di Indonesia. Desa ini tidak hanya menghadapi keterbatasan infrastruktur seperti jalan yang rusak dan berlumpur, tetapi juga kondisi hidup tanpa listrik yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.
BACA JUGA:Pimpin PII Pringsewu, Dr. Marindo Kurniawan Gandeng Insinyur Dongkrak Pembangunan
Untuk mencapai Desa Wayharu, perjalanan yang harus ditempuh sangatlah berat. Dari kota, perjalanan dimulai dengan kendaraan roda dua (sepeda motor) selama sekitar 4 jam hingga desa terakhir yang bisa dijangkau. Jalur yang dilalui sangat sulit karena harus mendaki bukit, menyeberangi sungai, dan melewati belantara. Ketika musim hujan tiba, jalanan menjadi lebih sulit dilalui karena lumpur yang dalam. Kondisi ini membuat akses ke desa tersebut terputus sebagian besar waktu.
Petugas mengangkut logistik Pilkada menggunakan sepeda motor untuk menjangkau Desa Way Haru. Desa Way Haru juga menghadirkan realitas memilukan, desa ini tidak pernah dialiri listrik sejak dulu. Warga desa, seperti Alak Edi (60), menyebut bahwa kondisi ini telah berlangsung sejak 1986 tanpa adanya perbaikan. Saat musim hujan, jalan setapak yang berlumpur menjadi tidak bisa dilalui, memperparah isolasi desa.
"Kami sudah bertahun-tahun berharap ada jalan yang layak. Kondisi ini membuat kami sulit untuk mengangkut kebutuhan pokok," ujar Edi. Bahkan, harga bahan pokok dan bensin di desa ini melonjak hingga dua kali lipat karena tantangan distribusi.
Dari tahun ke tahun, Masyarakat Desa Way Haru sangat berharap bisa dibuatkan akses jalan karena selama ini mereka terisolasi karena buruknya akses jalan
Edi pun sangat sedih melihat kondisi jalanan yang bertahun-tahun bahkan dari zaman nenek moyang mereka kondisinya tetap seperti itu
Ia juga mengatakan kondisi jalan saat musim kemarau jalan setapak tersebut bisa dilewati namun jika sudah musim hujan jalan itu tidak bisa dilalui karena lumpur yang dalam
Menurutnya Bagi pendatang juga untuk masuk ke Desa Way Haru juga bukan hal mudah. Hal itu mengingat tingginya gelombang laut Pendatang harus bisa memprediksi dengan tepat kapan terjadinya pasang dan surutnya air laut
Dirinya pun menyebut untuk harga bahan pokok bahkan bensin jika masuk ke wilayah setempat mengalami kenaikan harga karena melihat kondisi jalan dapat diperhitungkan dengan harga dua ribu rupiah per-km
Bahkan untuk harga ojek menuju wilayah setempat dari kota pun dikenai biaya seharga lima ratus ribu rupiah antar jemput.