RADAR LAMPUNG, JAKARTA - Fenomena iklim La Niña diperkirakan muncul antara September hingga November 2024, dengan peluang mencapai 60%. National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) menyampaikan bahwa La Niña diperkirakan akan berlangsung hingga Januari-Maret 2025.
Selama September 2024, kondisi ENSO-netral masih berlanjut, dengan suhu permukaan laut (SST) hampir mendekati rata-rata di sebagian besar Samudra Pasifik ekuator.
Indeks Nino terbaru menunjukkan variasi suhu antara +0,2°C (Nino-4) hingga -0,4°C (Nino-1+2). Suhu bawah permukaan juga tercatat di bawah rata-rata di Samudra Pasifik timur-tengah dan timur.
Anomali angin tingkat rendah bertiup dari timur di Pasifik ekuator timur-tengah, sementara angin tingkat atas bertiup dari barat.
BACA JUGA:DKPP: Aduan Ketua Bawaslu Batal Demi Hukum
Aktivitas konveksi di atas Indonesia mendekati rata-rata, sedangkan di sekitar Garis Tanggal sedikit tertekan. Secara keseluruhan, kondisi ini mencerminkan situasi ENSO-netral.
Model prediksi, termasuk Plume IRI, menunjukkan La Niña yang lemah dengan nilai indeks Niño-3.4 kurang dari -0,5°C. Meskipun prakiraan North American Multi-Model Ensemble (NMME) menunjukkan suhu yang lebih hangat, prediksi La Niña yang lemah masih dipertahankan.
La Niña yang lebih lemah diharapkan tidak menimbulkan dampak musim dingin konvensional, meski tetap dapat mempengaruhi prakiraan cuaca.
Dalam konteks Indonesia, dampak La Niña umumnya dirasakan antara Juni hingga November, dengan potensi peningkatan curah hujan sebesar 20 hingga 40 persen.
BACA JUGA:BRIN dan Astra Agro Ciptakan Klon Unggul Sawit
Fenomena La Niña dipicu oleh interaksi kompleks antara atmosfer dan lautan, dengan peran penting dari angin pasat yang kuat.
Dampaknya meliputi penurunan suhu, peningkatan curah hujan yang signifikan, serta bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor.
Peningkatan curah hujan dapat menyebabkan banjir dan longsor, terutama di daerah rawan bencana, sedangkan angin kencang dapat merusak infrastruktur.
Selain itu, perubahan suhu dan pola arus laut mempengaruhi kehidupan biota laut, berdampak pada hasil tangkapan nelayan dan ekonomi masyarakat pesisir.
Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk melakukan langkah-langkah adaptasi.