Diikuti Hampir 200 Peserta
BANDARLAMPUNG - Program Magister (S-2) Filsafat Agama Pascasarjana Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung (UIN RIL) menggelar webinar internasional bertajuk Nusantara Philosophy: Between Sufism and Puritanism, Selasa (15/10). Webinar yang diikuti hampir 200 peserta dari berbagai negara di Asia Tenggara ini menghadirkan empat narasumber dari Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam.
Sejumlah pakar yang hadir, antara lain, Prof. Hi. Dr. Barsihannor, M.Ag. (UIN Alauddin Makassar); Senior Assistant Professor Dr. Harapandi Dahri Syahrum, M.A. (Kolej Universiti Perguruan Ugama Seri Begawan, Brunei); Reeza Bustami, Ph.D., Cand. (Universiti Sains Malaysia); dan Dr. Imam Iqbal, S.Fil.I., M.Si. (UIN Sunan Kalijaga, Jogjakarta).
Webinar ini dipandu Ketua Program Studi Magister Filsafat Agama Prof. Dr. Hi. Sudarman, M.Ag. dan dibuka secara resmi oleh Rektor UIN RIL Prof. Hi. Wan Jamaluddin Z., M.Ag., Ph.D.
Prof. Wan menegaskan, tema webinar ini sangat relevan dan menarik. Prof. Wan mengatakan secara khusus tema tersebut merupakan salah satu concern yang digelutinya. "Filsafat Nusantara terbangun dari pergulatan pemikiran dan ide-ide dalam dunia Islam. Ini sejalan dengan moderasi beragama yang menjadi program utama dalam RPJMN dan diamanahkan kepada Kementerian Agama," ujarnya sebagai keynote speaker.
BACA JUGA:Unila Akan Buka Jalur RPL dan Fast Track
Positioning kehidupan beragama yang moderat yang diperkenalkan oleh pemerintah saat ini, kata Prof. Wan, berangkat dari realitas religio-sosial dan kultur politik yang berkembang di tanah air yang mewarnai dinamika pemikiran Islam di Asia Tenggara.
Menurut Prof. Wan, para ahli sering kali memetakan corak pemikiran dan kehidupan keberagamaan di tanah air dalam dua arus besar. ’’Yakni Islam tradisionalis-konvensional dan Islam modernis-puritanis. Ini bukanlah fenomena yang baru. Kalau kita runut jauh ke belakang, seiring laju perkembangan ke-Islam-an pada abad awal hingga pertengahan, kita menemukan benang merahnya. Terjadi polarisasi pemikiran keagamaan di kalangan para fuqaha, filosof, dan ahli tasawwuf,’’ ujarnya.
Prof. Wan juga memaparkan bagaimana filsafat Islam sejak era klasik hingga modern terus mengalami dialog dan akulturasi. ’’Pemikiran para tokoh seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu-Arabi, Junaedi Al-Bagdadi, hingga para pemikir abad ke-15 Hijriyah tidak terlepas dari pengaruh pemikiran keagamaan yang telah ada dalam sejarah peradaban manusia," jelasnya.
BACA JUGA:Kemenag Salurkan Rp3,8 T Beasiswa Selama 9 Tahun
Para ilmuwan barat, kata Prof. Wan, sering mengungkapkan pemikiran dengan corak platonisme, neo-platonisme, dan aristoleanisme. ’’Menemukan alam subur dalam pemikiran umat Islam di Timur Tengah, Timur Jauh, Dataran Eropa, hingga Nusantara. Pemikiran tersebut kita jumpai dalam Wujudiyah Martabat Tujuh dalam berbagai literatur keagamaan di tanah air yang terus mengakumulasi dan menimbukkan reaksi dialogis antar-pemikiran. Kemudian melahirkan gerakan-gerakan puritanisme, neo-modernisme, hingga sekarang,’’ ungkapnya.
Direktur Pascasarjana UIN RIL Prof. Dr. Ruslan A. Ghofur, M.Si. menyampaikan, kegiatan ini merupakan bagian dari upaya internasionalisasi dan digitalisasi kampus. "Diskusi akademik seperti ini penting untuk memperkaya perspektif Nusantara, khususnya dalam konteks sufisme dan puritanisme," tuturnya.
Prof. Ruslan berharap webinar ini dapat memberi manfaat bagi perkembangan ilmu ke-Islam-an di kalangan akademisi dan masyarakat luas.
Diskusi berlangsung dinamis dengan para peserta aktif berinteraksi dan memberikan tanggapan terhadap materi yang disampaikan. Selain paparan keynote speaker, para narasumber menyampaikan materi yang menarik dan mendalam dengan dipandu oleh Bambang Irfani, Ph.D. yang juga sekretaris LPM UIN RIL.
Prof. Barsihannor mengulas Unveiling Nusantara Islamic Theosophy: Thought and the Influence of Local Wisdom on Islamic Identity, sementara Dr. Harapandi membahas Pembelajaran Tasawuf di Brunei Darussalam. Reeza Bustami memaparkan pemikirannya tentang Sayyid Ahmad ibn Idris yang Eksoterik tentang Madhāhib. Lalu Dr. Imam Iqbal membahas hubungan antara filsafat dan sufisme di Indonesia. (rls)