Memaknai Data dalam Pertarungan Pilkada

Sabtu 28 Sep 2024 - 21:49 WIB
Reporter : Yuda Pranata
Editor : Yuda Pranata

*MOCHAMAD SONHAJI

SISTEM Pilkada 2024 serentak sangat unik karena untuk kali pertama melibatkan seluruh provinsi dan kabupaten/kota se-Indonesia. Dalam masa kampanye, para calon kepala daerah (cakada) tentu akan unjuk gigi meraih dukungan dari masyarakat. Salah satunya dengan memanfaatkan data statistik.

Hal itu cukup menarik. Sebab, data merupakan gambaran atas fakta yang bisa menjadi senjata ampuh untuk meraih suara. Karena itu, sangat mungkin terjadi perang data di antara cakada. Siapkah kita sebagai masyarakat awam untuk memilih putra-putri terbaik?

Data Adalah Fenomena

Kemajuan suatu daerah bisa ditunjukkan melalui perkembangan data. Perubahan data dari waktu ke waktu akan memberikan informasi apakah kebijakan kepala daerah saat menjabat dalam periode tersebut sudah tepat. 

Bagi kepala daerah yang peka statistik, data yang tersedia akan dimanfaatkan sebagai referensi dalam evaluasi serta pengembangan dan perencanaan pembangunan. Kepala daerah yang cerdas akan menjadikan data sebagai sumber informasi. Sebab, data merupakan fenomena yang harus diikuti, diolah, diantisipasi, dan diprediksi perkembangan serta dampaknya.

BACA JUGA:Sumatra Surf Resort Pesisir Barat, Alternatif Lokasi Liburan Akhir Tahun

Bagi petahana (incumbent) yang bertarung lagi dalam pilkada, pemanfaatan data akan lebih menguntungkan. Petahana lebih mampu mendeskripsikan prestasi-prestasi pembangunannya melalui data. 

Apalagi jika data keberhasilan tersebut disajikan dalam infografis yang bisa menarik minat pemegang hak suara hingga kalangan berpendidikan rendah. Cakada petahana dianggap lebih berpengalaman dan memahami persoalan pembangunan saat ini.

Namun, dari sejumlah indikator, mungkin ada yang hasilnya negatif atau tidak sesuai dengan harapan. Pesaing dalam pertarungan pun memanfaatkan data itu sebagai alat untuk menunjukkan bahwa sudah saatnya diperlukan pemimpin baru. 

Pesaing akan menunjukkan kelemahan-kelemahan petahana, termasuk blunder-blunder kebijakan, yang menyimpulkan rapor petahana buruk dan layak diganti. Pesaing juga mungkin akan membandingkan besarnya biaya yang sudah digelontorkan petahana dengan belum optimalnya hasil yang telah dicapai.

Kehati-hatian Membaca Data

Indikator data yang sangat menarik bagi masyarakat adalah yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak. Indikator kemiskinan merupakan indikator yang sangat seksi. Semua cakada menginginkan angka kemiskinan di wilayah mereka turun dan angkanya lebih baik daripada daerah lain. Dalam meraih suara pemilih, tak jarang mereka mengiming-imingkan bantuan untuk rakyat miskin jika terpilih. 

BACA JUGA:Adi Erlansyah dan Hisbullah Huda Tinjau Pengolahan Limbah Plastik dan Ternak Ayam Petelur di Gadingrejo

Hanya, para cakada harus menanggung konsekuensi terkait dengan dana alokasi umum (DAU). Untuk daerah yang angka kemiskinannya makin kecil, DAU yang akan diterima juga makin kecil. Sebab, angka kemiskinan merupakan koreksi fiskal atau balancing pada formula penghitungan DAU.

Tags :
Kategori :

Terkait