JAKARTA - Cuaca ekstrem La Nina yang diprediksi terjadi mulai Agustus 2024 dinilai akan mengganggu ketersediaan pangan di Indonesia. Sejumlah sektor yang berpotensi terhambat adalah kelautan, perikanan, sumber daya air, pertanian, dan kesehatan. Karena itu, Kementerian PPN/Bappenas menyiapkan sejumlah strategi guna menjaga ketersediaan pangan di tengah cuaca ekstrem.
Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam (KSDA) Kementerian PPN/Bappenas Vivi Yulaswati mengatakan, pemerintah telah menyiapkan kebijakan pembangunan kebertahan iklim. Misalnya, pembersihan infrastruktur yang memengaruhi produksi biota laut, seperti waduk dan saluran imigrasi.
’’Tentu waduk dan saluran imigrasi kita bersihkan karena air-air kotor merugikan petambak udang sehingga kualitasnya menurun,” ujar Vivi dalam “Investor Daily Talk” di IDTV, Jakarta, Selasa (20/8).
Selan itu, kata Vivi, sosialiasi penggunaan teknologi pertanian adaptif, kalender tanam padi untuk memudahkan petani, dan peningkatan kapasitas seperti penyuluhan.
Vivi mengaku, pihaknya masih bergantung pada analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam memprediksi cuaca ekstrem, seperti La Nina yang diprediksi akan terjadi di Indonesia pada Agustus 2024.
Berdasarkan data BMKG per Juni 2024, beberapa wilayah diprediksi telah mengalami musim kemarau, seperti Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku. Vivi berpandangan, musim kemarau masih akan terjadi sampai September 2024. (beritasatu/c1)