Empat Jaringan Narkoba “Bermain” di Lampung, Termasuk Jaringan Gembong Fredy Pratama
Ekspose kasus narkoba di Mapolda Lampung, Kamis 27 Juni 2024. -Foto Muhammad Arif.-
BANDAR LAMPUNG, RADAR LAMPUNG – Jaringan Fredy Pratama masih menjadi momok pada kasus peredaran narkoba yang berhasil diungkap jajaran Ditresnarkoba Polda Lampung.
Selain jaringan Fredy Pratama, aparat juga berhasil mengungkap 3 jaringan lainnya. Masing-masing, jaringan Aceh-Medan-Lampung dan Jakarta; kemudian jaringan Malaysia-Aceh Utara-Bogor dan Sulawesi Selatan; serta jaringan Riau dan Jakarta.
Kapolda Lampung Irjen Pol Helmy Santika mengatakan, pada ungkap kasus peredaran narkotika dalam kurun waktu Januari-Mei 2024, pihaknya berhasil mengamankan 49 tersangka. “Termasuk saat pelaksanaan Operasi Antik 2024,” katanya saat ekspose di Mapolda Lampung, Kamis 27 Juni 2024.
BACA JUGA:KPK Terima Keluhan Pungli di Pelabuhan Panjang, Termasuk Suap Masalah Perizinan Hingga Fee Proyek
Menurutnya, dari 49 tersangka itu diamankan karena keterlibatannya dalam 19 kasus. Dari kasus tersebut, lanjutnya, pihak kepolisian berhasil menyita barang bukti berupa 147,4 kg sabu dan 56,1 kg ganja.
Selain narkoba, kata Kapolda, pihaknya juga mengamankan sejumlah barang bukti lain. Di antaranya 1 unit mobil Toyota Innova Reborn, 1 Colt Diesel, tas serta kardus.
Helmy menjelaskan, modus yang dilakukan oleh para pelaku adalah dengan memasukkan narkoba ke dalam tas atau kardus.
BACA JUGA:Pj Gubernur Tindak Tegas Pelaku Judi Online!
“Sebagian besar ditangkap di Pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan, termasuk jaringan Fredy Pratama. Untuk jaringan Fredy Pratama ini, ada 8 orang tersangka dengan barang bukti sabu seberat 35,1 kg,” terangnya.
Lalu, dari jaringan Aceh-Medan-Lampung dan Jakarta berhasil menangkap 8 pelaku di sekitar Pelabuhan Bakauheni dan Jawa Timur dengan barang bukti 38,1 kg sabu-sabu.
Selanjutnya, dari jaringan Malaysia-Aceh utara-Jakarta-Bogor dan Sumatera Selatan ada 15 tersangka dengan barang bukti 52,4 kg sabu-sabu.
Dan dari jaringan Riau-Jakarta terdapat 3 tersangka dengan barang bukti sebanyak 20 kg sabu- sabu.
Helmy melanjutkan, sindikat barang haram tersebut memang memilih jalur darat sebagai jalur favorit. Sebab, katanya, selain posisi gegografis Lampung yang berada di ujung Pulau Sumatera, juga karena ongkos yang relative lebih murah.
“Posisi geografi di ujung Sumatra menjadi posisi favorit karena operasional cost lebih murah ketimbang menggunakan pesawat. Jalur darat lebih murah sehingga menjadi pilihan para sindikat jaringan,” bebernya.