TPID Perluas Kerja Sama Antardaerah
BANDARLAMPUNG - Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Lampung menyebut telah melakukan beberapa upaya penstabilan harga komoditas yang sedang naik saat ini, termasuk cabai.
Ketua TPID Lampung sekaligus Kepala Kantor Bank Indonesia (BI) Provinsi Lampung Budiyono mengatakan jika pihaknya sudah melakukan empat upaya atau strategi untuk menstabilkan harga.
Di antaranya melakukan operasi pasar beras secara kontinu hingga harga kembali turun sampai sesuai harga eceran tertinggi (HET).
Kemudian, rencana penggunaan dana Belanja Tak Terduga (BTT) untuk Operasi Pasar pada triwulan IV 2023, ini akan dilakukan. Kata dia, fokusnya pada komoditas beras.
Nantinya akan dilakukan di 400 titik di Lampung dilakukan selama 50 hari.
"Melakukan monitoring harga dan pasokan, khususnya pada komoditas-komoditas yang perlu diwaspadai kenaikan harganya. Seperti beras, telur ayam, bawang merah, cabai merah, dan cabai rawit," katanya, Kamis (9/11).
Menurutnya, komoditas yang relatif terjaga, namun masih memiliki risiko kenaikan harga seperti bawang putih, daging ayam, minyak goreng, dan gula pasir.
Upaya selanjutnya, kata dia, TPID memperkuat dan memperluas kerja sama antardaerah (KAD) Provinsi Lampung. Utamanya komoditas-komoditas yang sering bergejolak, termasuk pelaksanaan pelatihan budidaya bawang merah bagi kelompok tani dan penjajakan KAD G2G dan B2B bawang merah antara Pemkot Metro dengan Pemkab Brebes yang dilaksanakan di Kabupaten Brebes pada tanggal 3 – 5 Mei 2023.
"Kemudian, melanjutkan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) sebagai komitmen bersama untuk mengoptimalkan langkah pengendalian inflasi dari sisi suplai dan mendorong produksi guna mendukung ketahanan pangan secara integratif, masif, dan berdampak nasional," ungkapnya.
Dia juga meneekankan, pihaknya akan memastikan kelancaran distribusi transportasi serta angkutan udara, darat, dan laut melalui koordinasi dan sinergi untuk memastikan kecukupan kapasitas dan jumlah moda transportasi untuk menjaga lalu lintas angkutan barang dan manusia.
"Penyampaian substansi koordinasi kepada Pemerintah Daerah untuk memprioritaskan perbaikan jalan Kabupaten/Kota dan Pedesaan yang dilalui oleh angkutan barang bahan pangan,"ucapnya.
Disisi lain, melakukan rapat koordinasi secara formal yang dilaksanakan rutin setiap minggu, dan informal melalui media sosial, dalam rangka menjaga awareness TPID Lampung terkait dinamika harga dan pasokan terkini serta kampanye belanja bijak, belanja sesuai kebutuhan bukan keinginan.
Bicara harga, hal ini masih terkait harga cabai yang mengalami kenaikan dalam beberapa waktu, Budiyono mengklaim upauya BI dan TPID beberapa waktu lalu sukses mengatasi gejolak harga.
"Harga cabai pada Oktober 2023 memang meningkat lebih dari Rp 60.000/kg, hal ini disebabkan oleh masuknya periode tanam dan shock El Nino yang terjadi di salah satu suplier mitra Lampung di Sukabumi, Jawa Barat," jelasnya.
Gerakan Tanam Cabai terbukti efektif menjaga ekspektasi masyarakat dan pedagang, di mana harga cabai tahun 2023 relatif stabil dibandingkan tahun 2022 yang sempat mencapai Rp120.000/kg.
Lebih lanjut, hasil Gerakan Tanam Cabai memang tidak akan sepenuhnya tercermin dari harga namun dapat ditinjau dari ketersediaan pasokkan cabai Rumah Tangga.
"Yang tetap memiliki pasokkan cabai meski harga tengah meningkat," terangnya.
Ditanya soal Proyeksi stabilitas harga hingga menjelang tahun baru dan natal? Budiyono menjawab jika inflasi akan berada diangka tiga.
"Inflasi pada akhir tahun 2023 diprakirakan berada pada kisaran 3,3 - 3,8% (yoy), di mana faktor pendorong inflasi tersebut terutama adalah komponen pangan bergejolak untuk komoditas hortikultura yang tengah memasuki periode tanam, a.l. cabai dan bawang merah, serta kondisi harga beras yang dipengaruhi oleh tekanan demand pull dari wilayah Jawa yang terpengaruh El Nino cukup luas," pungkasnya. (mel/c1/abd)