Tips Membuat Taman Outdoor dan Indoor

BUTUH SINAR MATAHARI: Marsis menyiram beberapa tanaman yang bisa ditanam di taman outdoor. Di antaranya, anting putri, cemara udang, dan tanaman walisongo. -FOTO ANGGER BONDAN/JAWA POS-

Pada umumnya, perumahan di janapada tidak memiliki lahan luas untuk taman. Namun, keterbatasan untuk kebutuhan ruang hijau tersebut tetap bisa diakali. Taman pun bisa diletakkan di dalam rumah.

“TREN taman sekarang ini cenderung ke arah minimalis,” kata pemilik Tata Flora Sidoarjo Marsis pada Minggu (17/3) lalu. Pria yang sudah berkecimpung dalam bidang pembuatan taman sejak 1987 itu menyatakan bahwa luasan tanah di kawasan, khususnya perumahan, turut memengaruhi tren itu.

Dari pengalaman Marsis lima tahun terakhir, taman yang dikerjakannya rata-rata berukuran 3 x 3 meter atau 3 x 1 meter. Namun, ukuran itu tidaklah saklek. Bisa tambah luas atau makin sempit bergantung permintaan pemilik rumah.

Setelah disepakati terkait ukuran taman, hal berikutnya adalah mengecek jenis tanah. Marsis sering menjumpai tanah yang dipakai buat taman, khususnya di perumahan, banyak bercampur dengan pasir atau batu-batu besar. Hal itu tentu kurang subur dan bagus untuk keberlangsungan taman. “Harus diuruk dengan tanah kebun yang kandungan haranya tinggi. Lalu, tanah uruk itu sudah dicampur pupuk kandang,” ungkap Marsis. Ketebalan tanah uruk di taman maksimal 40 sentimeter.

BACA JUGA:Tips Budi Daya Murbei, Perbanyak Nutrisi agar Buah Berisi

Nah, setelah tanah dicek, keberadaan sinar matahari di taman pun wajib dipantau. Artinya, apakah letak taman itu akan mendapat 100 persen atau malah kurang dari 50 persen sinar matahari. Hal tersebut memengaruhi pemilihan jenis pohon atau tanaman. 

Jika taman itu mendapat 100 persen sinar matahari, Marsis akan menyodorkan beberapa nama tanaman sebagai ’’mahkota’’. Yakni, cemara udang, anting putri, atau randu varigata. ’’Mahkota’’ yang dimaksud adalah tanaman yang paling tinggi dan jadi tontonan utama.

Tanaman-tanaman tersebut, menurut Marsis, punya karakter akar serabut, tidak besar, dan tak membahayakan tanaman lain. Akar serabut tentu berbeda dengan tipe tanaman buah seperti mangga, nangka, atau jambu. 

’’Kalau halaman, tanaman buah itu cocok. Sementara untuk taman, jenis buah-buahan tersebut kurang pas,’’ tambah bapak tiga anak itu. Seusai penentuan tanaman yang dijadikan ’’mahkota’’, dipilihlah tanaman pendamping untuk taman outdoor. 

BACA JUGA:Anthurium Variegata dalam Growth Box: Tahan Jamur, Warna Lebih Bagus

Tanaman tersebut bisa dari jenis tanaman bunga, perdu, atau bahkan dari rumput-rumputan. Marsis pun menyarankan tanaman pendamping itu punya variasi warna yang cerah. Misalnya, untuk warna kuning, bisa tanaman walisongo atau brokoli kuning. Kemudian untuk putih, bisa asoka atau mawar putih. Lalu, untuk unsur warna merah, bisa memakai tanaman kuncir merah, miana, dan puring bali. Paling terakhir adalah penanaman rumput jepang atau rumput gajah mini.

Sementara itu, untuk taman yang di dalam rumah atau indoor, Marsis berkata tanamannya tak akan sebanyak dan bervariasi layaknya taman outdoor. Alasannya tentu persoalan keberadaan sinar matahari. Jadi, kata Marsis, untuk taman indoor, dipilih jenis tanaman yang punya daya hidup tinggi meski minim sinar.

Untuk ’’mahkota’’ taman indoor, kakek satu cucu itu akan menyodorkan tanaman palem atau kaktus. Tanaman pendampingnya pun lebih sedikit. Misalnya, anggrek, tanduk rusa, bulu ayam (calathea), dan agave. ’’Kalau taman indoor, peletakan dan jenis batu menjadi ornamen penting,’’ papar Marsis. Batu yang dipakai biasanya jenis batu karang gunung dan batu alam.(jpc/nca)

Artikel ini telah tayang di jawapos.com berjudul Membuat Taman Minimalis: Outdoor Pilih Cemara Udang, Palem dan Kaktus untuk Indoor

Tag
Share