Kisah Sukses Angelo Franklyn Wijaya Jalankan Bisnis Action Figure

HOBI JADI UANG: Produk 3D printing karya mahasiswa Universitas Surabaya Angelo Franklyn Wijaya, berawal dari hobi akhirnya jadi cuan. - Foto Ananda Tiyas Safina/Harian Disway -
HOBI bukan hanya memberikan hiburan. Tetapi juga bisa menjadi sumber penghasilan. Itu terjadi pada Angelo Franklyn Wijaya, alumni Universitas Surabaya (Ubaya). Dengan dukungan kampus, ia berkreasi membuat figur-figur 3D Printing. Salah satunya figur mendiang Paus Fransiskus.
Bagi Angelo Franklyn Wijaya, alumni prodi Teknik Mesin dan Manufaktur Ubaya, hobi bisa menjadi kegiatan yang menguntungkan.
Dari hobi bisa menghasilkan pemasukan. Bahkan bisa memberikan inspirasi untuk kegiatan penelitian di kampus tercintanya.
Angelo awalnya memiliki hobi mengoleksi action figure. Jumlahnya cukup banyak. Ketika itu ia hanya bisa memajangnya di rumah.
Namun, hobi itu memantik idenya untuk membuat action figure sendiri. Yakni dalam bentuk 3D Printing.
Karya-karya itu berbuah kesuksesan. Ia mampu menghasilkan pendapatan. Hingga menjadi sosok artpreneur yang jadi contoh bagi almamaternya. Bahwa hobi koleksi bisa diubah menjadi ladang rezeki.
Pada 29 April 2025, karya-karya 3D printing milik Angelo tertata rapi di atas meja Laboratorium Desain Produk Ubaya. Saat itu Angelo tampak berkutat dengan laptopnya. Ia mengenakan kemeja berkerah warna maroon dan bawahan jeans.
Dengan potongan rambut curtain bangs, Angelo tampak seperti mahasiswa pada umumnya. Padahal, ia sudah lulus. “Baru saja diwisuda tanggal 26 April lalu. Jadi saya terhitung belum lama jadi alumni,” ujarnya, kemudian tertawa.
Ada berbagai bentuk produk 3D printing yang terpajang. Seperti hewan, manusia, dan tokoh kartun. Salah satu bentuk produk 3D printing hasil karyanya adalah patung berwarna abu-abu. Figur Paus Fransiskus. Mendiang pemimpin umat Katolik sedunia itu digambarkan dengan senyum yang tersungging.
Produk 3D Printing itu tidak dibuat secara tradisional dari tanah liat, semen, atau kayu. Tetapi melewati proses yang modern dan canggih. Angelo merancang produk 3D tersebut dengan laptop. Kemudian dicetak menggunakan alat pencetak khusus. Juga alat-alat yang terdapat di Laboratorium Desain Ubaya.
“Untuk membuatnya, saya sempat mencari bahan dari internet. Terutama terkait desain gambarnya. Pembuatan patung Paus Fransiskus ini, misalnya, saya hanya sekali mencoba sudah langsung berhasil. Namun, proses keseluruhannya memakan waktu sekitar 17 jam,” ungkap Angelo.
Hingga saat ini, ia masih menggeluti pembuatan produk 3D tersebut untuk meneruskan bisnisnya setelah lulus. Angelo pun memaparkan bahwa usaha di bidang produk 3D printing tersebut sudah berlangsung selama sekitar 7 bulan.
Ia memang sangat menyukai action figure sejak dulu. Sehingga ia gemar pula membuat banyak action figure dalam bentuk patung, gantungan kunci, sampai lampion. Bahkan objek penelitian sebagai syarat kelulusannya pun tentang patung 3D printing.
Penelitian itu berjudul: Pengaruh Nozzle Temperature dan Bed Temperature terhadap Kekuatan Tarik Hasil Cetak 3D PLA dengan Spesifikasi Berbeda. Bahan pembuatan produk 3D printing miliknya memang terbuat dari filamen PTEG dan PLA.
Untuk produk 3D printing yang berbentuk patung dihargai Rp 400 ribu, gantungan kunci Rp 10 ribu, dan beberapa action figure dijual sekitar Rp 50 ribu.
Bahan produk 3D printing dengan bahan PLA lebih mudah leleh daripada PETG. Pembuatan patung Paus Fransiskus sendiri menggunakan bahan PETG supaya lebih tahan sinar UV. Produk itu tidak mudah leleh dan getas. Sehingga lebih tahan lama.
“Dalam proses membuat action figure, saya melakukan uji kelembaban, uji daya tarik produk, sampai pengeringan filamen. Namun, bagian paling sulit dalam penelitian ini adalah merancang desain eksperimen,” kata Angelo.
Uji kelembaban dan uji daya tarik produk memang difasilitasi oleh kampus. Hanya printer 3D painting saja yang berasal dari biaya pribadi.
Angelo mengungkapkan bahwa kini masih belum ada keinginan untuk ekspor produknya sampai keluar negeri. Sehingga pemasaran cukup di dalam negeri saja.
Angelo menggunakan software SolidWorks dan alat cetak Bambu Studio dalam proses pembuatannya. Khusus pembuatan patung Paus Fransiskus, Angelo memberi penyangga pada bagian hidung, gigi, dan bagian bawah.
Harapannya, dengan membuat patung tersebut, Angelo bisa terus mengenang tokoh katolik Paus Fransiskus.
Dukungan dari pihak kampus dan kreativitas, menjadikan Angelo sebagai alumni yang berdaya. Mampu mendapat penghasilan serta menginspirasi seluruh warga kampus.
Juga anak muda lainnya. Bahwa dengan kreativitas, konsistensi, dan kesungguhan, seseorang akan menemukan keberhasilan. (disway/nca)