PMI Manufaktur Anjlok Tertekan Daya Beli

Ilustrasi pabrik dan industri manufaktur.--FOTO DOK. BERITASATU.COM

JAKARTA - Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia mengalami penurunan signifikan pada April 2025 ke angka 46,7, level terendah sejak masa pandemi Covid-19. Penurunan ini menjadi sinyal peringatan serius terhadap tekanan yang sedang dihadapi sektor manufaktur serta prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Analis Kebijakan Ekonomi dari Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Ajib Hamdani menyampaikan April menjadi bulan yang berat bagi sektor usaha, khususnya sektor manufaktur.

 

’’Memang bulan April ini berat dalam konteks sektor swasta, terlihat dari indikator PMI manufaktur yang mengalami kontraksi cukup tajam,” ujar Ajib, Senin (5/5/2025).

 

Sebelumnya, PMI manufaktur Indonesia sempat menunjukkan tren ekspansi selama beberapa bulan, mencerminkan kondisi permintaan pasar yang relatif stabil. Selain PMI yang turun, indeks kepercayaan industri juga melemah ke posisi 51, lebih rendah dibanding angka 53–55 pada bulan-bulan sebelumnya.

 

Ajib mengungkapkan terdapat dua penyebab utama penurunan tajam PMI manufaktur pada April. Pertama, di dalam negeri, daya beli masyarakat menurun signifikan akibat kondisi ketenagakerjaan yang memburuk.

 

"Pada Januari hingga Maret 2025, lebih dari 40.000 pekerja mengalami PHK. Ini sangat berdampak terhadap daya beli masyarakat,” jelasnya.

 

Kedua, dinamika ekonomi global juga memberi tekanan. Kebijakan tarif baru Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah berdampak negatif bagi perdagangan Indonesia.

 

"Kebijakan tarif yang tidak transparan ini merupakan upaya Amerika untuk menekan negara-negara lain agar melakukan perjanjian bilateral," terang Ajib.

Tag
Share