UNIOIL
Bawaslu Header

Bibit Siklon Tropis Terpantau, BMKG Kembali Ingatkan Potensi Cuaca Ekstrem di Lampung

WASPADA: Belakangan cuaca panas dan terik terasa. BMKG Lampung mengimbau masyarakat waspada terhadap cuaca ekstrem yang disebabkan oleh bibit siklon tropis yang terpantau di Samudra Hindia. -FOTO AGUNG BUDIARTO/RLMG -

BANDARLAMPUNG – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Lampung kembali mengeluarkan peringatan dini terkait potensi cuaca ekstrem yang dapat mengancam Provinsi Lampung dalam beberapa hari ke depan.
Kasi Data dan Informasi BMKG Lampung Rudy Haryanto menjelaskan saat ini terpantau adanya bibit siklon tropis 915 di Samudra Hindia, sebelah barat daya Banten, dengan pusat sirkulasi di 12.0°LS, 98.9°BT.
“Kecepatan angin maksimum mencapai 20 knot (37 km/jam) dengan tekanan minimum 1003 hPa. Bibit siklon ini terpantau di dalam wilayah pemantauan TCWC Jakarta,” kata Rudy pada Selasa, 18 Maret 2025.
Menurut Rudy, potensi bibit siklon tropis ini untuk berkembang menjadi siklon tropis dalam 24 jam ke depan tergolong rendah hingga sedang. Namun, dalam 48-72 jam ke depan, potensi ini meningkat menjadi sedang, dengan pergerakan bibit siklon menuju Barat-Barat Daya, menjauhi wilayah Indonesia.
“Meskipun tidak langsung bergerak ke arah Indonesia, bibit siklon tropis 91S yang terpantau di Samudra Hindia barat daya Banten berpotensi memberikan dampak cuaca ekstrem, termasuk untuk wilayah Lampung,” ungkap Rudy.
Dampak cuaca ekstrem yang diperkirakan antara lain hujan sedang hingga lebat yang dapat terjadi dalam 24 jam ke depan di beberapa wilayah, yang meningkatkan potensi terjadinya banjir dan longsor akibat curah hujan tinggi.
BMKG juga memperingatkan potensi gelombang tinggi antara 2.5 hingga 4.0 meter di perairan barat Lampung dan Samudra Hindia. Nelayan dan aktivitas pelayaran diharapkan untuk lebih waspada.
Oleh karena itu, pihak BMKG mengimbau masyarakat untuk selalu waspada terhadap segala kemungkinan yang bisa terjadi. Pastikan untuk memeriksa kendaraan dan membawa perlengkapan seperti jas hujan jika harus keluar rumah.
Sebelumnya, Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Guswanto menyampaikan prakiraan cuaca untuk sepekan ini hingga 11 Maret 2025, dengan potensi hujan lebat di beberapa wilayah Indonesia. Hujan intensitas tinggi diperkirakan masih berpotensi terjadi, terutama di bagian barat Indonesia dan Kepulauan Papua.
Menurut Guswanto, sebagian besar wilayah Sumatra, Jawa bagian Barat, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Utara, dan Kepulauan Papua akan terdampak oleh gelombang atmosfer, seperti Rossby Ekuatorial, Low Frequency, dan Kelvin. Hal ini dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan dengan intensitas bervariasi di wilayah-wilayah tersebut.
“Curah hujan tinggi masih berpotensi terjadi dan perlu diwaspadai, terutama di wilayah-wilayah yang rentan terhadap cuaca ekstrem,” ujar Guswanto dalam keterangannya pada 4 Maret 2025.
Dalam analisis terbaru, Guswanto mengungkapkan bahwa sirkulasi siklonik terbentuk di Samudra Hindia, tepatnya di barat Aceh dan selatan Papua. Fenomena ini menyebabkan perlambatan kecepatan angin atau konvergensi di berbagai perairan, termasuk Laut Natuna, Laut Banda, perairan selatan Sulawesi, Laut Arafuru, dan Maluku.
Tak hanya itu, pertemuan angin (konfluensi) juga terdeteksi membentang dari Laut Flores, Laut Banda, Laut Arafuru, hingga Papua bagian selatan. Kondisi ini berpotensi meningkatkan curah hujan di wilayah-wilayah tersebut dan berdampak pada aktivitas maritim serta masyarakat pesisir.
Guswanto juga menyebutkan fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO) yang masih aktif di Kepulauan Papua. Fenomena ini memperkuat dinamika atmosfer di kawasan timur Indonesia, meningkatkan aktivitas konveksi, dan memperbesar potensi hujan deras di sejumlah wilayah.
Selain itu, analisis labilitas lokal menunjukkan potensi signifikan untuk perkembangan awan konvektif di berbagai daerah, termasuk Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, serta hampir seluruh wilayah Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Labilitas atmosfer ini berperan dalam mendukung proses pembentukan awan hujan, terutama pada siang hingga sore atau malam hari.
“Dengan meningkatnya aktivitas atmosfer ini, BMKG mengimbau masyarakat di wilayah terdampak untuk tetap waspada terhadap potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat, angin kencang, hingga kemungkinan banjir di daerah rawan. Pemantauan cuaca secara berkala sangat penting untuk mengantisipasi dampak dari dinamika atmosfer yang terus berkembang,” kata Guswanto.
Dihubungi terpisah, Ketua Tim Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG, Ida Pramuwardani, mengingatkan agar masyarakat melakukan langkah mitigasi untuk menghadapi potensi bencana hidrometeorologi, baik sebelum, saat, maupun setelah terjadi.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain: Menjaga kebersihan saluran air untuk mencegah banjir; Menyiapkan tas siaga bencana yang berisi perlengkapan darurat seperti senter, baterai, obat-obatan, dan dokumen penting; Memahami kondisi lingkungan dan membuat rencana evakuasi keluarga atau komunitas serta menetapkan titik kumpul yang aman; Secara rutin memantau informasi cuaca dari BMKG dan mengikuti arahan pemerintah daerah setempat jika ada informasi evakuasi. Penting bagi masyarakat untuk tetap waspada dan mengikuti perkembangan cuaca selama periode ini. (mel/c1/abd)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan