Setelah Pensiun, Akung dan Uti Habiskan Nostalgia Kampung Halaman Jadi Konten Kreator

KONTEN INSPIRATIF: Lewat video-video di YouTube dan Instagram Kampung Halaman, Akung dan Uti membawa kehangatan kehidupan di desa dan mengajak penontonnya bernostalgia. -FOTO IST-
SUARA ayam berkokok dan kicau burung, gemercik air di sawah, hingga aroma masakan tradisional seolah ikut tercium lewat layar. Kehangatan khas kehidupan desa Akung dan Uti itu bisa dinikmati melalui konten-konten YouTube dan Instagram Kampung Halaman hingga channel mereka mendapat silver play button dari YouTube.
Pasangan asal Jogjakarta, Akung dan Uti, yang berusia 60 tahun ini, membuktikan kreativitas tidak mengenal umur. Setelah pensiun sebagai kepala desa, mereka menemukan kebahagiaan baru sebagai konten kreator di YouTube, berbagi aktivitas kehidupan desa yang hangat dan inspiratif.
Perjalanan Akung dan Uti dalam dunia konten berawal dari kesenangan anak mereka pada dunia digital, terutama dalam hal produksi video. Menyadari hobi Uti yang senang memasak dan Akung yang suka berkebun serta beternak, putranya mulai merekam aktivitas keseharian pasangan yang memiliki 3 anak dan 5 cucu tersebut.
”Sebetulnya keinginan anak Akung dan Uti untuk membuat konten sudah lama, hanya momentumnya baru ada pas Februari 2023, setelah Akung dan Uti tidak lagi bertugas sebagai kepala desa,” cerita Akung saat dihubungi Jawa Pos.
Tercetuslah ide untuk membuat video dengan tema kehidupan keluarga di kampung yang diberi nama Kampung Halaman. Konsep yang diusung sederhana. Mengangkat masakan pedesaan lengkap dengan cara berkebun, beternak, dan kehidupan keluarga serta sosial kemasyarakatannya. ”Yang menentukan ide, baik menu maupun aktivitas yang masuk di video, ya anak dan menantu Akung-Uti,” sambung Akung.
Setiap video yang mereka unggah bukan sekadar tontonan, melainkan juga sebuah perjalanan waktu. Dari suara ayam berkokok dan kicau burung, gemercik air di sawah, hingga aroma masakan tradisional yang seolah ikut tercium lewat layar. Semuanya menghadirkan kehangatan khas desa.
”Akung sama Uti cukup kaget karena dari konten pertama, responsnya positif. Ada yang bilang menghilangkan stres setelah seharian bekerja, ada yang suka nonton karena teringat sosok kakek dan neneknya, ada yang bilang kalau bingung menu harian apa biasanya mengikuti resep yang dimasak Uti. Alhamdulillah kalau bermanfaat,” ungkap Akung.
Syuting dilakukan setiap hari, kecuali Minggu. Terkadang ada satu hari yang diisi syuting dua kali pada pagi dan sore hari. Akung dan Uti sama sekali tidak keberatan. Selain hobi, keduanya memang senang bersosialisasi. Terlebih, Akung pernah menjabat kepala desa sekitar 18 tahun, sedangkan Uti juga pernah menjadi kepala desa satu periode.
”Pada dasarnya tiap hari Uti ya masak untuk keluarga, Akung berkebun dan beternak untuk konsumsi sekeluarga. Jadi, syutingnya seperti keseharian saja. Hanya, menu masakannya disusun semenarik mungkin agar ada unsur edukasinya,” imbuh Uti.
Tak sedikit yang penasaran dengan luas kebun Akung lantaran semua tanaman ada. ”Selain kebun yang Akung tanam sendiri, ada juga milik keluarga dan tetangga sekitar karena di sini mayoritas masyarakat bertani dan berkebun sehingga kami memaksimalkan potensi yang ada,” beber Akung.
Meski sudah memasuki kepala enam, Akung masih bugar berkebun di bawah terik matahari. Bagi Akung, rahasia sehatnya sederhana saja. Yakni, bersyukur atas setiap kondisi, beraktivitas dan beristirahat secukupnya, serta tidak berpikir yang berat-berat. Cukup menikmati kehidupan bersama anak dan cucu. ”Selagi Allah masih memberikan kehidupan, manfaatkan dengan baik, sekecil apa pun karya kita, semoga bisa bermanfaat untuk orang lain,” pesannya.
Bagi Akung dan Uti, menjadi kreator konten tidak sekadar mencari popularitas, tapi juga berbagi kebahagiaan dan nilai-nilai kehidupan. Selama masih ada semangat dan keinginan untuk berbagi, siapa pun bisa memberikan makna dalam kehidupan walaupun hanya lewat satu video nostalgia dari kampung halaman. (lai/c7/nor/jpc/nca)