Jaga Performa Burung Tetap Prima di Musim Hujan

PETARUNG: Salah seekor murai batu milik Istono yang sering menang dalam lomba burung berkicau.-FOTO ANDRI TEGUH PRYANTORO/JAWA POS -
SEBAGIAN masyarakat Indonesia hobi memelihara burung. Selain untuk menikmati keindahannya, juga menikmati kicauannya. Burung yang dipelihara biasanya diikutsertakan dalam kontes-kontes atau lomba.
Saat ini musim hujan, tentunya perawatan burung gacoan tidak optimal. Kurangnya terik matahari menghambat penjemuran burung. Harus ada perawatan ekstra supaya performa burung tidak menurun.
Burung gacoan lomba, seperti murai batu, cucak ijo, cendet, atau kenari, memang sebaiknya mendapat asupan sinar matahari yang cukup dan rutin. Beberapa alasannya, penjemuran bisa menghangatkan tubuh dan memperlancar metabolisme tubuh burung. Penjemuran juga memberikan stimulasi mental bagi burung karena bisa melihat lingkungan sekitar dalam kondisi hangat.
Selain itu, vitamin D pada sinar matahari membantu tubuh burung memproduksi vitamin untuk kesehatan tulang. Penjemuran juga bagus untuk kesehatan bulu burung. Termasuk menjaga kebugaran tubuh.
Pada musim hujan dengan curah hujan tinggi, matahari kadang enggan menunjukkan sinarnya hingga berhari-hari. Terlebih saat pagi. Burung-burung berkicau yang biasanya mendapat terpaan kehangatan sinar mentari bisa ngedrop lantaran tubuhnya kedinginan.
’’Penjemuran lebih baik dilakukan setelah burung dimandikan. Namun, pada musim hujan jangan memaksakan memandikan burung. Burung bisa kedinginan dan ngedrop,’’ kata Istono (65), kicau mania asal Taman, Sidoarjo.
Jika memang tidak ada sinar matahari, kata Istono, burung tidak perlu dimandikan. ’’Cukup diangin-anginkan dengan digantung di halaman atau teras rumah. Terpenting burung masih mendapatkan cahaya. Kalau terus dikerodong di dalam rumah, burung bisa stres,” ujarnya.
’’Banyak yang menganggap, dengan dikerodong, burung merasa hangat saat musim hujan. Namun, terlalu lama dikerodong juga kurang bagus,’’ ungkap Istono.
Bapak tiga anak ini menegaskan, tubuh burung harus selalu hangat. Untuk menjaga kondisi itu pada musim hujan, Istono menambah porsi extra food (EF) yang bersifat panas di tubuh dari biasanya. Misalnya, ulat hongkong, jangkrik, kroto, dan ulat daun pisang.
Dalam kondisi cuaca normal, Istono biasa memberikan 6–8 ekor jangkrik kepada setiap burung per hari. Saat musim hujan. Porsi itu ditambah menjadi 10–12 ekor jangkrik per hari. ’’Pagi diberi 4 ekor, siang 4 ekor, dan sore 4 ekor. Kalau terlalu banyak, burung bisa overberahi,’’ tegasnya.
Untuk kroto, Istono menyajikannya hanya saat pagi. Sementara ulat hongkong disuguhkan saat siang dan sore. Ulat hongkong sangat bagus untuk menghangatkan tubuh burung.
Selain itu, burung harus sering ditaruh di sangkar umbaran yang besar. Dengan demikian, burung lebih leluasa bergerak supaya badannya tetap hangat.
Untuk menjaga mental petarung burung tetap stabil, Istono menyarankan untuk melatih burung secara rutin dalam latihan bersama (latber). ’’Meski musim hujan, saya terus rutin mengikuti latber. Dalam seminggu sampai 3 kali. Saat ini hampir semua gantangan memiliki atap. Jadi, latber bisa terus berjalan meski hujan turun,’’ ungkap pensiunan ASN Pemprov Jawa Timur ini. (jpc/ful)