Tahun 2025, BI Diperkirakan Turunkan Suku Bunga

Ilustrasi uang-Sumber foto : Pixabay.---

JAKARTA  - Ekonom memprediksi Bank Indonesia (BI) akan menurunkan suku bunga acuan (BI rate) pada 2025, dengan pendekatan yang lebih hati-hati.

Langkah penurunan suku bunga ini bertujuan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah volatilitas pasar global yang meningkat, terutama di bawah kebijakan ekonomi Amerika Serikat saat ini.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, penurunan BI rate diproyeksikan sebesar 25 basis poin (bps), yang akan membawa suku bunga acuan ke level 5,75 persen pada akhir 2025.

"Seiring langkah Federal Reserve (The Fed) yang secara bertahap memangkas suku bunga, kami memperkirakan Bank Indonesia akan melakukan pelonggaran moneter secara terukur sepanjang 2025," ujarnya dikutip dari Antara, Jumat (20/12).

Menyesuaikan dengan proyeksi terbaru tersebut, Josua juga memperbarui perkiraan imbal hasil surat berharga negara (SBN) dengan tenor 10 tahun.

Estimasi imbal hasil naik menjadi 6,95-7,15 persen untuk 2024 dan 6,75-7,05 persen untuk tahun 2025, dibandingkan dengan prediksi sebelumnya sebesar 6,66 persen untuk tahun 2024 dan 6,45 persen untuk 2025.

The Federal Reserve baru-baru ini memangkas suku bunga sebesar 25 bps dan memberikan pandangan hawkish terhadap kebijakan moneter pada masa depan.

Ketua The Fed, Jerome Powell, mengindikasikan pemangkasan suku bunga pada tahun depan kemungkinan hanya sebesar 50 bps, lebih rendah dibandingkan ekspektasi sebelumnya yang mencapai 75-100 bps.

Selain itu, terdapat kemungkinan jeda dalam pemangkasan suku bunga pada Januari 2025, yang kini diprediksi sebesar 88 persen Proyeksi ini didasarkan pada revisi pertumbuhan ekonomi AS yang lebih optimistis, meningkat dari 2 persen menjadi 2,5 persen untuk tahun 2024, dan 2,1 persen untuk 2025.

Tetapi inflasi inti personal consumption expenditure (PCE) yang berada di kisaran 2,4-2,8% masih melampaui target 2% The Fed.

Di dalam negeri, saat nilai tukar rupiah turun, Bank Indonesia pada Rabu (18/12) memutuskan mempertahankan suku bunga acuan di level 6,00 persen.

Keputusan ini mempertimbangkan meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global, yang sebagian besar dipicu oleh kebijakan tarif perdagangan yang direncanakan oleh pemerintahan Presiden terpilih AS, Donald Trump.

Kendati demikian, BI diyakini masih memiliki ruang untuk melonggarkan kebijakan moneternya jika ketidakpastian global mulai berkurang.

"Ketidakpastian yang tinggi pada tahun 2025, bersama dengan pendekatan kebijakan moneter The Fed yang lebih hati-hati, diperkirakan akan mengurangi daya tarik aset keuangan Indonesia. Hal ini berpotensi membatasi arus masuk modal, baik dari investasi langsung maupun portofolio," jelas Josua.

Josua juga menyoroti potensi pelemahan permintaan di sektor keuangan domestik dan risiko pelebaran defisit neraca transaksi berjalan akibat perlambatan ekonomi global. Faktor-faktor ini dapat memberikan tekanan tambahan pada nilai tukar rupiah.

Tag
Share