RI Harus Lebih Cermati Perang Dagang AS-Tiongkok
Radar Lampung Baca Koran--
JAKARTA - Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Zulfikar Rakhmat menuturkan jika Trump terpilih sebagai presiden AS, kondisinya tidak akan terlalu berbeda dengan saat dia menjabat pada 2017 hingga 2021.
’’Akan ada kebijakan yang kuat terkait Tiongkok, misalnya, serta ada potensi the new trade war dengan Tiongkok,” jelasnya. Kebijakan itu akan memberikan dampak pada Indonesia.
Zulfikar menyebutkan saat trade war AS-Tiongkok pada 2019, Indonesia kurang bisa mengambil manfaat. Justru negara-negara seperti Vietnam yang mendapat keuntungan. Sebab, Vietnam adalah satu-satunya negara yang mengalami peningkatan luar biasa dalam ekspor peralatan listrik ke AS.
Vietnam telah menjadi salah satu penerima manfaat terbesar di Asia dari perang dagang yang sedang berlangsung di antara dua ekonomi terbesar dunia itu. Sebab, produsen telah memindahkan produksi dari Tiongkok ke negara Asia Tenggara untuk menghindari pajak yang dikenakan Presiden Donald Trump.
BACA JUGA:Kemen P2MI Gandeng SBMI Perbaiki Tata Kelola Pekerja Migran
Saat itu impor dari Vietnam ke AS melonjak hampir 40 persen year-on-year dalam empat bulan pertama 2019. Sementara itu, impor dari Tiongkok selama periode yang sama justru turun 13 persen. Semestinya, Indonesia bisa belajar dari kecerdikan Vietnam memanfaatkan peluang tersebut.
’’Jika Kamala Harris yang menang, yang saya takutkan adalah Southeast Asia atau ASEAN tidak akan begitu diperhatikan pada kebijakan luar negeri AS. Asia Tenggara akan hilang dari diskusi,’’ jelasnya.
Kondisi itu semestinya menjadi dorongan bagi Indonesia agar mendiversifikasi ekonomi ke negara-negara yang belum menjadi mitra dagang. Misalnya, negara-negara Amerika Latin, beberapa negara di Timur Tengah, maupun Afrika Utara.
BACA JUGA:Makan Bergizi Gratis Jadi Momen Kebangkitan Koperasi
Sepanjang pemerintahan Presiden Jokowi, Indonesia telah memperkuat hubungan dengan Uni Emirat Arab (UEA). Beberapa sektor seperti ekonomi hijau maupun renewable energy telah kecipratan kerja sama antara RI dan UEA.
Namun, Zulfikar mengingatkan, negara Timur Tengah bukan hanya UEA. Ada Qatar, Oman, Bahrain, dan lain-lain yang sebenarnya ingin berinvestasi ke Indonesia. ’’Tapi, sayang sekali RI belum melihat ini. Padahal, mereka (Timur Tengah) punya kebijakan yang namanya Look East Policy, kebijakan melihat ke Timur. Kebijakan ini ditargetkan untuk negara-negara Asia Timur, tapi dengan berkembangnya kebijakan ini juga diarahkan ke ASEAN. Indonesia sebagai negara terbesar di ASEAN semestinya bisa mengambil keuntungan dari kebijakan ini,’’ paparnya.