Pemerintah Tetapkan Nilai Tukar Rupiah Pada RAPBN 2025 Rp 16.100 per Dolar Amerika Serikat

Menteri Keuangan RI Sri Mulyani menyebut pemerintah menetapkan asumsi nilai tukar rupiah Rp 16.100 per dolar AS pada RAPBN 2025-Sumber Foto : website Kemenku.go.id-

JAKARTA - Pemerintah menetapkan asumsi nilai tukar rupiah sebesar Rp 16.100 per dolar Amerika Serikat (AS) dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025.

Menteri Keuangan RI Sri Mulyani mengatakan, penetapan asumsi nilai tukar rupiah Rp 16.100 per dolar AS dilakukan karena harus mewaspadai dinamika perekonomian global yang terjadi saat ini.

Kata Sri Mulyani, dalam tiga bulan terakhir, mata uang rupiah dan sejumlah negara mengalami tekanan karena adanya penguatan dolar AS.

Namun, memasuki dua pekan terakhir, nilai tukar rupiah kembali menguat. 

BACA JUGA:Mulai September, Beli Rumah Gratis PPN

Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah memiliki kaitan erat dengan kondisi perekonomian dunia. 

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah sebesar Rp 15.470, pada Selasa (27/8).

"Dua minggu terakhir, kita melihat rupiah mengalami apresiasi yang cukup kuat. Hal ini menggambarkan bahwa ada faktor global yang memengaruhi, terutama dari sisi negara-negara maju yang memiliki dampak kepada seluruh dunia,” ucap Sri Mulyani dalam rapat paripurna di gedung DPR, pada Selasa (27/8).

Sri Mulyani menyebut, kinerja mata uang Garuda disokong oleh fundamental ekonomi Indonesia, khususnya yang berkaitan dengan kondisi neraca pembayaran. 

BACA JUGA:BI Perwakilan Lampung Pererat Kerja Sama dengan Radar Lampung

Oleh karena itu, ekspor akan memegang peranan penting dalam kelangsungan stabilitas nilai tukar rupiah.

"Ekspor dan defisit transaksi berjalan menjadi sangat penting dan ini bergantung pada produktivitas dan competitiveness dari perekonomian kita," terangnya.

Dirinya menambahkan, kondisi AS yang akan menerbitkan surat berharga negara dalam jumlah besar karena harus menutup defisit fiskal, akan berimbas pada banyak surat berharga negara emerging market, terutama Indonesia.

“Namun, dengan reputasi dan kredibilitas Indonesia, kita mampu menciptakan spread yang cukup ketat,” ungkapnya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan