Harga Minyak Mentah Naik

Jumat 12 Jul 2024 - 21:04 WIB
Reporter : Tim Redaksi
Editor : Syaiful Mahrum

JAKARTA - Harga minyak mentah naik untuk sesi kedua berturut-turut pada Kamis (11/7) atau Jumat (12/7) pagi waktu Indonesia dengan patokan Brent menetap di atas USD85 per barel karena meningkatnya peluang penurunan suku bunga AS. Apalagi sebelumnya, data menunjukkan perlambatan inflasi yang tidak terduga.

Menukil Reuters, harga minyak mentah Brent naik 32 sen atau 0,4 persen menjadi USD85,40 per barel. Harga minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 52 sen, atau 0,6 persen menjadi USD82,62 per barel.

 

Data menunjukkan harga konsumen AS turun pada bulan Juni, memicu harapan bahwa Federal Reserve atau The Fed akan segera memangkas suku bunga. Setelah data tersebut, para pedagang memperkirakan kemungkinan pemangkasan suku bunga sebesar 89 persen pada bulan September, dari sebelumnya diprediksi hanya 73 persen.

 

Inflasi yang melambat dan pemotongan suku bunga kemungkinan akan memacu lebih banyak aktivitas ekonomi, kata analis Growmark Energy. Ketua Fed Jerome Powell mengakui tren perbaikan terkini dalam tekanan harga, tetapi mengatakan kepada anggota parlemen bahwa diperlukan lebih banyak data untuk memperkuat kasus penurunan suku bunga.

 BACA JUGA:Menteri ESDM Bantah Rencana Pembatasan BBM Mulai 17 Agustus

Data tersebut menurunkan indeks dolar AS dan hal itu akan mendukung harga minyak. Dolar AS yang lebih lemah dapat meningkatkan permintaan minyak berdenominasi dolar dari pembeli yang menggunakan mata uang lain.

 

Harga minyak mentah AS bulan depan mencatat premi tertingginya terhadap kontrak bulan berikutnya sejak April. Kemauan pelaku pasar untuk membayar premi untuk tanggal pengiriman lebih awal, suatu struktur yang dikenal sebagai backwardation, biasanya merupakan tanda ketatnya pasokan.

 

Beberapa pihak masih percaya bahwa prospek permintaan minyak masih lemah. Dalam laporan bulanan pasar minyak, Badan Energi Internasional (IEA) melihat pertumbuhan permintaan global melambat menjadi di bawah satu juta barel per hari tahun ini dan tahun depan, yang terutama mencerminkan kontraksi konsumsi di Tiongkok.

 

Meski demikian, kelompok produsen OPEC dalam laporan bulanannya pada hari Rabu (10/7) tetap mempertahankan bahwa perkiraan pertumbuhan permintaan dunia tidak berubah yakni sebesar 2,25 juta barel per hari untuk tahun ini dan 1,85 juta barel per hari tahun depan.

 

Tags :
Kategori :

Terkait