Wamenag mengingatkan kembali sejarah bahwa banyak tokoh besar dunia yang mengembangkan ilmu-ilmu modern sesungguhnya berawal dari perpustakaan-perpustakaan Islam. ’’Mereka menerjemahkan, mengadaptasi, lalu mengklaimnya sebagai pemikiran mereka. Padahal itu lahir dari khazanah Islam,” ungkapnya.
Merujuk pada Al-Baqarah ayat 20, Wamenag mengajak seluruh fakultas di UIN tidak sekadar mendalami bidang keilmuannya, tetapi juga menghasilkan rencana aksi (plan of action) yang menjawab persoalan-persoalan kehidupan secara akademik. ’’Kehadiran fakultas-fakultas di UIN ini tidak hanya untuk mendalami ilmunya, tapi juga memikirkan action ke depan pada persoalan bangsa. Kita harus lebih maju lagi ke depan,” ujarnya.
Wamenag menyoroti perlunya kampus, khususnya UIN, menjadi penggerak pemikiran yang membantu program pemerintah. Ia menyebut praktik di Kanada, di mana pemerintahnya melibatkan kampus untuk mengkaji program strategis sebelum dijalankan. ’’Saya belum melihat tradisi ini di kampus Indonesia. Mengapa kita tidak mulai dari UIN? Jangan terus jadi follower,” ujarnya.
Wamenag menambahkan, UIN se-Indonesia yang dipenuhi profesor seharusnya mampu memberi kontribusi minimal berupa sumbangan pemikiran aplikatif. Karena itu, Wamenag mengajak seluruh sivitas akademika UIN menjaga kekompakan, mengembangkan pemikiran strategis berbasis Alquran dan Sunnah, serta berkontribusi nyata untuk kemajuan bangsa. (rls/c1)