Berbagai jenis tanaman herbal dengan manfaatnya masing-masing ditanam Lisa Mandira di kebun mininya. Baik itu yang berasal dari lokal maupun mancanegara. Meski begitu, tidak ada yang dianggap paling istimewa. Sebab, dia percaya bahwa setiap tanaman herbal memiliki keajaiban dengan cara masing-masing.
DI LAHAN seluas kurang lebih 300 meter persegi, Lisa –sapaan akrab Lisa Mandira– menanam berbagai jenis tanaman herbal. Jumlahnya kurang lebih 50 jenis. Paling banyak tanaman herbal lokal. Mulai jahe, lengkuas, hingga rosela. Dari luar negeri ada rosemary, thyme, dan oregano. Termasuk beberapa tanaman mint. Di antaranya, orange mint, apple mint, chocolate mint, dan wild mint.
Khusus rosemary, tanaman herbal tersebut dianggap Lisa paling membutuhkan perjuangan. Menanam hingga akhirnya hidup dan tumbuh, lalu berkembang biak di taman mininya itu sangat sulit. Bahkan, berkali-kali gagal. Karena itu, dia pun sampai harus berkali-kali membawa biji rosemary tersebut dari Amerika. ’’Sampai di Jakarta pasti mati, kering. Panas, kepanasan atau gimana enggak ngerti juga. Namanya juga kita baru belajar tanam, ya beradaptasi dengan cuaca. Tapi, lambat laun kita beradaptasi, sekarang baik-baik saja,’’ ujar Lisa saat ditemui di Mandira’s Garden Kamis (12/10).
Lisa mulai menanam rosemary sekitar sepuluh tahun lalu. Saat ini, dia telah berhasil membudidayakan rosemary di kebun mininya yang berada di Jalan Kemang Timur Raya, Jakarta. Untuk membudidayakan, dia menggunakan cara setek. Ilmu tersebut dia dapat secara otodidak dan membaca dari berbagai sumber. Termasuk dari menonton di YouTube. ’’Kuncinya, kalau kita enggak suka dengan apa yang kita lakukan, pasti itu sudah buyar (gagal). Tapi, karena kita suka, akhirnya terus kita tekuni dan pada akhirnya berhasil,’’ ujar perempuan asal Pontianak tersebut.
Lisa mengatakan, rosemary memiliki banyak manfaat. Jika di Amerika, rosemary yang banyak tumbuh di pinggir jalan tersebut sering digunakan sebagai tanaman relaksasi. Sebab, rosemary memiliki wangi yang sangat enak. ’’Terus juga buat masak daging. Bikin rasa dagingnya lebih enak. Jadi, kayak bumbu dapur ya,’’ terangnya.
Berbagai tanaman di kebun mininya dapat dinikmati pengunjung. Selain sebagai tempat healing, Lisa menyediakan kafe. Semua yang dimasak di kafenya berasal dari tanaman di kebunnya. Baik makanan maupun minuman. ’’Jadi, di sini konsepnya itu from garden to table. Artinya, apa yang kita panen itu yang kita masak. Di sini sebagian besar juga memang tanaman organik, aman dimakan langsung,’’ terang Lisa.
Tanaman herbal di kebunnya pun dapat dibeli. Harganya juga bervariasi, bergantung ukuran tanaman. Yakni, mulai Rp 20 ribu untuk tanaman yang masih kecil hingga ratusan ribu rupiah untuk tanaman yang sudah besar. ’’Yang harganya lumayan itu ya tanaman herbal dari luar negeri. Misalnya, rosemary, thyme, dan oregano. Karena selain buat teh, tanaman itu bisa digunakan untuk masak,’’ katanya.
Musim kemarau seperti saat ini diakui Lisa sangat berdampak terhadap tanaman-tanamannya. Bahkan, karena panas yang terjadi saat ini, dia sampai harus mengubah cara perawatan tanaman. Semula disiram setiap pagi dan sore, kini pola penyiramannya diubah menjadi pagi-pagi sekali. Begitu juga saat sore.
“Tanaman itu juga bisa stres, terus bisa mati kalau tidak dirawat dengan tepat. Kemudian, untuk rosemary, juga ada mati surinya setiap tahun. Saat mati suri, ia rontok dan batangnya kering. Kalau orang tidak tahu, pasti dianggap mati dan dibuang. Padahal, kalau tetap dirawat dengan tepat, itu pasti tumbuh lagi,’’ ucapnya. (jpc/nca)