Mengenal Teknologi Surfaktan untuk Menjawab Tantangan Biopestisida (Formulasi dan Aplikasi)

Sabtu 17 May 2025 - 20:27 WIB
Reporter : Tim Redaksi
Editor : Tim Redaksi

oleh: Devi Agustina, S.P., M.Si.

BIOPESTISIDA adalah pestisida dengan bahan aktif mengggunakan bahan alami seperti mikroorganisme, metabolit sekunder, dan juga dari minyak alami (aromatic oil). Penggunaan biopestisida dalam proteksi tanaman bukanlah sesuatu yang baru, telah lama digunakan dalam konsep PHT (pengendalian hama terpadu).

Hal ini seiring dengan meningkatnya kesadaran akan adanya dampak jangka panjang efek residu pemakaian pestisida sintetis dan pertanian modern yang menerapkan praktik pertanian berkelanjutan,yang secara positif menjadi pendorong utama penggunaan biopestisida dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman yang lebih efisien.

BACA JUGA:Gubernur Mirza Siap Perkuat Perlindungan PMI Lampung

Biopestisida dalam pandangan konservatif ditempatkan sebagai langkah preventif bukan kuratif. Hal tersebut dipengaruhi oleh bahan aktif biopestida yang berasal dari bahan alami (mikroorganisme, metabolit sekunder atau minyak aromatik) yang dinilai dalam aplikasi nya memiliki jendela apliaksi yang terbatas baik dari waktu dan cara aplikasi maupun efektifitas nya.

Secara alami bahan alami tersebut memiliki keterbatasan masing masing, setiap jenis bahan aktif nya memerlukan kondisi ideal (jumlah populasi, media tumbuh dan suhu aplikasi) sesuai sifat alaminya.

Secara garis besar tantangan utama biopestisida dalam aplikasi nya adalah potensi optimum kefektifan bahan alami tersebut dalam mengendalikan hama/penyakit tanaman jika dibandingkan dengan pesitida berbahan sintetis kimia serta kestabilan dan daya simpannya.

Inovasi teknologi di bidang surfaktan hadir sebagai solusi bagi biopestida untuk meningkatkan potensi optimum dalam mengendalikan hama dan penyakit tanaman sehingga lebih efisien dan efektif, baik dari sisi proses formulasi hingga ke proses aplikasi akhir nya di lapangan. 

Tentunya surfaktan yang dimaksud adalah golongan  dari jenis surfaktan yang ramah lingkungan, yang berasal dari bahan-bahan ramah lingkungan tersertifikasi OMRI dan Ecovadis, kerap pula dikenal sebagai biosurfaktan atau surfaktan green-label. 

Sesuai dengan sifat dasar surfaktan yaitu bekerja sebagai surface active agent, memiliki kemampuan untuk memodifikasi tegangan permukaan antara bahan aktif dan sediaan atau pelarutnya. Langkah utama dalam memilih surfaktan yang tepat dimulai dengan mengidentifikasi jenis hama penyakit yang akan dikendalikan pada target tanamannya. 

Selanjutnya memilih mode of action bahan aktif yang tepat (kontak, sistemik atau translaminar), pemilihan bahan aktif berbahan dasar hayati memiliki tantangan yang lebih kompleks dibandingkan sintetis, dengan mode of action yang spesifik antara satu dan lainnya serta membutuhkan kondisi tertentu agar dapat bekerja dengan baik seperti populasi spora dan menjaga tingkat kelembaban tertentu untuk bahan aktif agensia hayati dari jenis cendawan atau membutuhkan larutan yang spesifik untuk bahan aktif dari jenis minyak aromatik alami.

Tantangan pemilihan surfaktan pada formulasi dan aplikasi biopestisida tentunya lebih kompleks dari formulasi dan aplikasi pestisida sintetis umumnya, meskipun kedua jenis pestisida tersebut telah menggunakan surfaktan jenis ramah lingkungan. 

Untuk surfaktan biopestisida dibutuhkan surfaktan dengan sifat, daya kerja spesifik yang mampu bekerja secara sinergis terhadap mode of action jenis agensia hayati tersebut dari sisi kestabilan formulasi hingga efektivitas saat aplikasi di lapangan. 

Sebagai contoh untuk biopestisida dari golongan minyak aromatic alami, dimana sifat alami minyak adalah tidak mampu bercampur dengan air maka pemilihan surfaktan yang tepat bukan hanya memilih bahan surfaktan yang memiliki sifat emulsi yang sesuai akan tetapi juga memastikan kestabilan minyak aromatic tersebut pada konsentrasi pelarut dengan ukuran partikel tertentu misalnya nano-partikel yang mampu secara efektif bekerja sebagai biopestida, sehingga jika kemudian ukuran partikel biopestisida nya adalah nano, jenis formulasinya berkembang menjadi nano-pestisida.

Hal yang sedikit berbeda untuk biopestida dengan bahan aktif agensia hayati cendawan, maka langkah utama pemilihan surfaktan berdasarkan kompatabilitas terhadap minimum populasi dari cendawan yang disebut Minimum Inhibitory Concentration (MIC) didefinisikan sebagai konsentrasi terendah suatu zat yang dapat menghambat pertumbuhan sel.

Kategori :