Catatan: Bang Aca
Wartawan Senior Lampung
INNALILLAHI wainna ilaihi raji’un. Kalimat biasa yang masuk ke WA kiriman dari seorang rekan.
Saya tahu bahwa jika kalimat itu ditulis atau diucapkan, maka ada kabar kematian. Namun yang membuat saya terhenyak, kalimat itu mengabarkan wafatnya seseorang kerabat dekat dan juga seorang tokoh di Lampung.
Dia adalah Hi. Bachtiar Basri, S.H., M.M. Biasa orang memanggilnya Om Bach. Sang Sabai (besan) yang baru 1 jam lalu saya jenguk.
BACA JUGA: Utang Luar Negeri RI Tembus Rp7.177 T
Meski dirawat di ruang ICCU, almarhum masih sangat sadar. Saya pun sempat berbincang singkat.
Tidak ada sedikit pun kekhawatiran saya. Semua anggota badannya masih berfungsi baik.
Seperti biasa kalau kami ketemu, saling menyapa dengan panggilan Sabai.
Saya dengan Om Bach memiliki hubungan keluarga karena anak keponakan saya, Taufan Aditya Irana, menikahi putri bungsu beliau, Intan Rehana, S.Ked. yang kini anggota DPRD Provinsi Lampung dari F-Gerindra.
Wajah almarhum pun saat itu masih menunjukkan keceriaan. ’’Apa kabar Sabai?” kalimat yang justru seharusnya lebih dulu saya lontarkan.
Saya pun menanyakan kondisi beliau. Apa yang dirasa dengan sakitnya itu.
Almarhum saat itu menjawab hanya sakit pada bagian dada kiri.
Napas pun tidak sesak.
Keluhannya hanya itu. Sesak pada bagian dada kiri. Selebihnya tidak ada yang menunjukkan bahwa beliau sakit.