Perputaran Ekonomi Ramadan dan Lebaran 2025 Lebih Rendah

Jumat 04 Apr 2025 - 20:20 WIB
Reporter : Redaksi
Editor : Syaiful Mahrum

Merosotnya porsi tabungan perorangan mengindikasikan masyarakat cenderung bertahan hidup dengan menguras simpanan.

 

"Karena upah riil terlalu kecil, tunjangan berkurang, dan ancaman PHK masih berlanjut. Dengan berbagai indikator perekonomian tersebut, saya memperkirakan pertumbuhan ekonomi triwulan I 2025 hanya 5,03 persen year-on-year (YoY). Angka ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan I 2024 yang mencapai 5,11 persen," ujar Bhima.

 

Menurut Bhima, faktor seasonal yang diikuti pembagian tunjangan hari raya (THR) tetap tidak mampu membuat ekonomi tumbuh lebih tinggi. Bahkan dikhawatirkan ekonomi bakal melambat pasca lebaran. Karena tidak ada lagi motor penggerak konsumsi yang signifikan.

 

Belanja pemerintah yang sedang efisiensi besar-besaran juga berpengaruh ke consumer confidences. Pelemahan kurs rupiah juga menambah kehati-hatian dari masyarakat untuk membelanjakan uangnya.

 

Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro mengakui memang pengeluaran alias konsumsi rumah tangga selama Ramadan dan lebaran 2025 memang tidak sebanyak di 2024. Sejalan dengan daya beli yang merosot. Masyarakat lebih berhati-hati dalam berbelanja.

 

Inflasi juga diperkirakan tumbuh melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. "Pemerintah mesti ngapain? Saya rasa pemerintah sudah menyiapkan berbagai program diskon. Ada diskon tiket, belanja, dan diskon macam-macam itu adalah salah satu cara untuk dongkrak di bulan akhir kuartal I. Paling tidak positif growth," ungkap Asmo.

 

Data Ramadan dan Lebaran 2025, jumlah pemudik 146,48 juta orang (turun 24 persen); tambahan jumlah uang beredar (JUB) M1 Rp114,37 triliun (turun 16,5 persen); porsi simpanan perorangan 46,4 persen terhadap total DPK; tambahan ke PDB Rp140,74 triliun (turun 16,5 persen); dan indeks keyakinan konsumen 126,4 (turun 1,3 poin year-to-date). (jpc/c1)

 

Tags :
Kategori :

Terkait