“Namun, program pembangunan tiga juta rumah per tahun, yang tiga kali lipat lebih besar dari program pemerintahan sebelumnya ini akan menghadapi tantangan berupa masih lemahnya daya beli masyarakat,” tegasnya.
Program hilirisasi yang fokus pada komoditas strategis seperti bauksit dan tembaga serta berlanjutnya investasi hilirisasi pada komoditas nikel juga akan menjadi salah satu pendorong pertumbuhan investasi pada tahun mendatang.
Beberapa sektor yang menyumbang investasi terbesar seperti pertambangan dan industri logam dasar, masih menjadi salah satu pendorong utama investasi sektor primer dan sekunder pada tahun depan. Investasi pada logam dasar dan pertambangan merupakan kelanjutan dari masifnya investasi smelter, khususnya nikel, dan ekspansi investasi pada pertambangan mineral dan batubara.
Sektor farmasi menunjukkan potensi pertumbuhan yang menjanjikan, terutama didorong oleh peningkatan kesadaran kesehatan pasca pandemi. Sementara itu, investasi yang stabil di sektor properti dan kawasan industri didorong antara lain oleh pembangunan proyek satu juta rumah dan pembangunan 44 kawasan industri yang masuk dalam RPJMN dan Proyek Strategis Nasional.
Selain itu, perkembangan digitalisasi dan teknologi menjadi pendorong utama pertumbuhan di sektor transportasi dan telekomunikasi. Hal ini sejalan dengan laporan e-Conomy SEA 2024 yang dikeluarkan oleh Google, Temasek, dan Bain & Company, yang mencatat bahwa aktivitas ekonomi digital di Indonesia tumbuh dari USD 80 miliar pada 2023 menjadi USD 90 miliar pada 2024 serta diperkirakan akan terus tumbuh hingga 2030 dengan nilai yang dapat mencapai USD360 miliar.
“Investasi langsung tahun depan dapat terganggu oleh perlambatan permintaan global dan domestik yang mengurangi urgensi peningkatan kapasitas produksi, khususnya di sektor pertambangan, perkebunan, dan industri manufaktur. Kondisi ini akan menurunkan daya tarik investasi di sektor riil, terutama untuk mesin dan perlengkapan,” tegasnya.
Dikatakan Faisal, ancaman suku bunga tinggi --sebagai respons The Fed terhadap kebijakan Presiden Donald Trump, yang berpotensi mendorong kenaikan inflasi-- akan ikut mendorong bertahannya suku bunga tinggi di sektor keuangan dan mengurangi insentif investasi di sektor rill.
Kompleksnya tantangan percepatan investasi pada 2025 juga diperburuk oleh permasalahan struktural yang menghambat kontribusi investasi terhadap daya ungkit pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini tercermin dari rasio ICOR (Incremental Capital Output Ratio) yang diperoleh Indonesia yang tinggi, sebesar 6,3, dibandingkan Malaysia (2,5) dan Filipina (3.3).