PNBP Sektor Minerba Terus Meningkat
Ilustrasi produksi batu bara PTBA.-FOTO DOK. PTBA -
JAKARTA - Industri pertambangan cukup memberikan pemasukan bagi negara. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyebut total kontribusi sektor mineral dan batu bara (minerba) terhadap penerimaan negara bukan pajak (PNBP) terus meningkat signifikan.
Realisasi PNBP sektor ESDM 2023 mencapai Rp300,3 triliun, setara 116 persen dari target yang ditetapkan sebesar Rp254 triliun. Dari total tersebut, sumbangsih minerba mendominasi (58 persen) sebesar Rp172,96 triliun, setara 118,41 persen dari target yang telah ditetapkan sebesar Rp146,07 triliun.
Fluktuasi harga komoditas mineral merupakan faktor utama yang mendorong peningkatan PNBP minerba tahun 2023. Misalnya tren harga penjualan batu bara tahun 2021 sebesar USD121,47 per ton, tahun 2022 sebesar USD276,58 per ton, dan tahun 2023 mencapai rata-rata USD201,49 per ton, sebagaimana dikutip dari laman Kementerian ESDM, Jumat (27/12).
Selain peningkatan harga komoditas mineral, peningkatan produksi dan penjualan komoditas mineral juga turut mendorong peningkatan PNBP minerba tahun 2023. Pada tahun 2023, produksi batu bara mencapai 775,2 juta ton, produksi nikel mencapai 71,4 ribu ton, dan produksi ferronickel mencapai 535,2 ribu ton.
BACA JUGA:Rupiah Melemah ke Level Rp16.235 per USD
Sementara itu, produksi emas mencapai 83 ton, perak mencapai 348,6 ton, dan timah mencapai 67.600 ton. Jika dibandingkan 10 tahun silam atau tahun 2014, kinerja sektor minerba tersebut bisa dibilang melesat. Sebab pada 2014 lalu, kontribusi sektor minerba terhadap PNBP hanya di kisaran Rp 29 triliun.
Sayangnya, era berkah komoditas (windfall) tampaknya berakhir mulai awal 2024, tecermin dari penurunan harga batu bara. Dalam laporan APBN Kita yang dirilis November 2024, disebutkan bahwa harga batu bara masih mengalami moderasi sejak awal tahun hingga Oktober 2024 imbas eskalasi di Timur Tengah yang memicu kekhawatiran dampak yang lebih luas terhadap perekonomian global.
Penurunan lifting migas serta pelemahan tajam Harga Batubara Acuan (HBA) menjadi faktor dominan yang menekan pencapaian PNBP periode Januari-Oktober 2024. PNBP sektor minerba hingga 31 Oktober 2024 tercatat sebesar Rp89,73 triliun, setara 104,53 persen dari target yang sebesar Rp85,84 triliun.
Kendati melampaui target APBN 2024, akan tetapi realisasi PNBP sektor minerba per 31 Oktober 2024 tersebut masih lebih rendah dibandingkan capaian per 31 Oktober 2023 yang sebesar Rp110,19 triliun atau mengalami penurunan 18,57 persen.
BACA JUGA:Jasa Marga Kembali Terapkan Diskon Tarif Tol 10 Persen
Penurunan harga komoditas minerba di pasar internasional menjadi salah satu faktor pendorongnya. Rata-rata HBA bulan Januari sampai dengan Oktober 2024 terkontraksi 52,31 persen year-on-year (YoY).
Lalu, seperti apakah outlook sektor minerba atau industri pertambangan 2025?
Bank Dunia dalam laporan yang dirilis November 2024 memperkirakan harga komoditas mengalami penurunan 5 persen pada 2025 dan 2 persen pada 2026, setelah penurunan 3 persen tahun ini. Akibatnya, indeks harga komoditas agregat Bank Dunia diproyeksikan mencapai level terendah sejak 2020.